Liputan6.com, Jakarta - PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) mencatatkam pendapatan premi asuransi mencapai Rp 4,02 triliun pada 2024. Asuransi sektor energi menjadi salah satu penopangnya.
Direktur Utama Jasindo, Andy Samuel menerangkan, premi Rp 4,02 triliun itu menunjukkan kenaikan 21,65 persen dibandingkan 2023. Laba bersih Perusahaan juga melonjak 52,91 persen menjadi Rp157,33 miliar.
"Selain pencapaian keuangan, Risk Based Capital (RBC) Jasindo pada akhir 2024 tercatat sebesar 150,40 persen," kata Andy dalam keterangannya, Senin (28/4/2025).
Kinerja tadi ditopang beberapa pertumbuhan positif, diantaranya Asuransi Properti yang mencatatkan hasil underwriting sebesar Rp 145,23 miliar tumbuh signifikan sebesar Rp 59,71 miliar atau 69,82 persen.
Asuransi Rekayasa turut memberikan kontribusi sebesar Rp 26,07 miliar, diikuti oleh Asuransi Cargo yang melonjak hingga Rp20,34 miliar, mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 138,98 persen atau setara Rp 11,83 miliar.
Andy mencatatkan tingkst pertumbuhan tertinggi ada di sektpor energi. Rinciannya, Asuransi Energy Onshore mencatat pertumbuhan tertinggi 93,79 persen, seiring meningkatnya proyek energi di daratan. Asuransi Energy Offshore melonjak 51,96 persen.
"Menegaskan dominasi Jasindo dalam sektor migas," katanya.
Perlindungan Kargo hingga Armada Kapal
Berikutnya, asuransi Cargo tumbuh 27,64 persen, sejalan dengan meningkatnya aktivitas distribusi dan perdagangan nasional. Asuransi Engineering meningkat 15,29 persen, didorong oleh ekspansi dan peningkatan proyek infrastruktur strategis nasional.
Asuransi Marine Hull naik 20,63 persen, mencerminkan peningkatan kebutuhan proteksi armada pelayaran. Asuransi Kendaraan tumbuh 10,12 persen, mencerminkan pertumbuhan segmen ritel dan distribusi otomotif nasional. Asuransi Liability naik 3,42 persen, mengindikasikan tren positif pada kesadaran mitigasi risiko hukum dan gantirugi.
“Kinerja positif ini merupakan hasil dari upaya penguatan mitigasi risiko, di mana Jasindo berfokus pada penerapan prudent underwriting dan menyesuaikan profil risiko dengan risk apetite perusahaan sehingga kinerja positif perusahaan dapat lebih sustain,” ujar Andy.