Pegiat Batik Diminta Mampu Beradaptasi Lewat Inovasi dan Keberlanjutan

3 weeks ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menilai Hari Batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober menjadi momentum penting untuk menjaga batik sebagai warisan budaya di daerah penghasil batik.

Seiring hal itu, Kementerian UMKM juga mengajak perajin hingga pelaku usaha batik untuk adatif dengan perubahan zaman termasuk di dalamnya desain, teknologi produksi hingga pemanfaatan teknologi untuk pemasaran.

“Inovasi dan keberlanjutan penting, di mana para perajin batik harus mampu beradaptasi dengan zaman itu, baik dari sisi desain, teknologi produksi maupun (aspek) ramah lingkungan,” ujar Staf Ahli Menteri UMKM Bidang Komunikasi dan Hubungan Antar Lembaga Sudaryano Rahmalifman Lamangkona di Jakarta, Kamis, (2/10/2025), seperti dikutip dari Antara.

Ia menuturkan, Kementerian UMKM melalui Deputi Usaha Kecil bersama SMESCO Indonesia juga memberikan dukungan ekosistem batik melalui berbagai program, mulai dari pembiayaan, pendampingan, digitalisasi, hingga promosi global.

Sudaryano menilai, semua upaya itu diperlukan agar UMKM batik Indonesia semakin kuat berdaya saing dan mendunia.

“Kita ingin menjadikan batik sebagai bukti bahwa tradisi dan kemajuan ekonomi bisa berjalan beriringan, sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang kuat dan dapat berperan dalam ekonomi global,” kata dia.

Jadi Momen Penting

Namun, ia tidak menampik, keberlanjutan usaha dan budaya batik Indonesia memerlukan regenerasi yang cepat dan tepat, agar batik dapat terus terjaga tradisi dan perputaran roda ekonomi di dalam ekosistemnya.

"Tugas kita bersama adalah memastikan bahwa kisah itu tidak berhenti di satu generasi, melainkan terus berlanjut, tumbuh, dan menjadi inspirasi bagi dunia. Karena itu saya mengajak kita semua untuk mencintai produk dalam negeri dengan memakai batik sebagai kebanggaan,” tutur dia.

Untuk itu, Hari Batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober, menurut dia, menjadi momentum penting dalam menjaga batik sebagai warisan budaya di daerah-daerah penghasil batik seperti Pekalongan, Malang, Cirebon, hingga Magelang, serta kebanggaan nasional di panggung dunia.

Sudaryano pun mengajak anak-anak muda untuk berperan aktif menjaga ekosistem batik dengan membeli, mempromosikan, dan menjadikan batik dari UMKM sebagai bagian dari gaya hidup.

“Bukan hanya sekadar kita mewarisi kerajinan, tapi kemudian kita harus bangga bahwa batik ini memang menjadi simbol nasional dan simbol budaya Indonesia yang harus kita jaga dan kita banggakan, serta sebagai simbol persatuan yang memperkuat jati diri bangsa,” kata Sudaryano.

Semangat Sejauh Mata Memandang dalam Merawat Batik

Sebelumnya, Industri batik Indonesia menghadapi persaingan yang semakin ketat akibat masuknya produk impor dalam jumlah besar. Sejauh Mata Memandang menyoroti kondisi ini sebagai tantangan nyata bagi para artisan lokal untuk tetap eksis dan bersaing di pasar global.

Chitra Subyakto, desainer Sejauh Mata Memandang, menjelaskan, "Tantangannya adalah banyak sekali barang dari luar. Banyak sekali barang impor yang masuk. Jadi, para artisan batik harus cukup bisa bersaing dengan (produk) dari negara luar," saat ditemui di Jakarta, 28 September 2025.

Kondisi ini, menurutnya, mendorong kreator dan artisan Indonesia untuk terus berinovasi, sekaligus menjaga kualitas dan identitas tradisional batik.

Bagi Sejauh Mata Memandang, tantangan ini tidak hanya soal ekonomi, tapi juga upaya melestarikan warisan budaya yang kaya dan berharga. Setiap langkah inovasi dan produksi harus memperhatikan nilai tradisi agar batik tetap relevan bagi generasi masa kini dan mendatang.

Merawat Batik Lewat Kolaborasi

Sejauh Mata Memandang menanggapi tantangan ini dengan membangun kolaborasi bersama artisan di berbagai daerah. Chitra menjelaskan, "Makanya kita bikin Studio Sejauh, bermitra dengan mitra-mitra kita."

"Jadi, mereka semua ada dari Pekalongan, Temanggung, dan Wonosobo. Kami selalu ngobrol mereka perlu apa. Mereka selalu punya ilmu-ilmu baru. Kami justru selalu belajar dari mereka."

Kolaborasi ini memungkinkan setiap artisan mempertahankan metode batik tradisional, termasuk batik tulis dan teknik pewarnaan alami, sambil menyesuaikan karya dengan kebutuhan pasar modern. Potensi industri batik Indonesia tetap luas, dan keberlangsungan tradisi dapat dijaga melalui pendidikan, dialog, dan keterlibatan langsung dalam produksi.

Chitra menegaskan optimisme terhadap masa depan batik, mengingat potensinya masih "sangat besar." "Masih sekali kok, karena sebenarnya ini sesuatu yang nggak boleh hilang juga. Kita bangga memakainya."

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |