Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menerima anugerah Bintang Jasa Musim Semi Tahun 2025 “The Order of the Rising Sun, Gold and Silver Star” dari Pemerintah Jepang. Penghargaan ini diberikan kepada Menko Airlangga atas jasa dan kontribusi memperkuat hubungan ekonomi antara Jepang dan Indonesia.
Menko Airlangga mengatakan, anugerah kehormatan dari Pemerintah Jepang ini tak hanya menjadi simbol kuatnya persahabatan Indonesia dan Jepang, namun juga menjadi kado spesial dalam momentum peringatan HUT RI ke-80 pada tahun ini.
Perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia mempunyai peran cukup penting, yang membuat hubungan kedua negara harus tetap dijaga lebih kuat, sehingga akan menjaga keberlangsungan bisnis yang selama ini sudah berjalan baik.
“Terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto yang sudah mengizinkan saya hadir (di Jepang) untuk menerima penghargaan ini. Tentu kami mengapresiasi dukungan Pemerintah dan stakeholders Jepang dalam berbagai kerja sama dengan Indonesia, terutama sejak 2016 ketika saya menjadi Menteri Perindustrian, sampai dengan 2019 saya menjadi Menko Perekonomian,” kata Menko Airlangga, dalam Press Briefing di KBRI Tokyo Jumat (9/5/2025).
Selain kepada Menko Airlangga, penghargaan yang diserahkan langsung oleh Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba itu, diberikan juga kepada Menteri Luar Negeri Indonesia periode 2009-2014 Marty Natalegawa.
“Tadi (setelahnya) ada pertemuan dengan Kaisar Jepang. Di mana dalam pertemuan itu, Kaisar menyampaikan terima kasih atas kerja sama Jepang dengan negara-negara mitra, karena yang hadir di situ bukan hanya dari Indonesia, tetapi dari berbagai negara di seluruh dunia. Selain itu, Kaisar juga berpesan agar semuanya tetap sehat dan kembali dengan selamat,” papar Menko Airlangga.
Proyek AZEC yang Sudah Diluncurkan
Indonesia juga turut aktif dalam inisiatif Asia Zero Emission Community (AZEC) yang diluncurkan oleh Perdana Menteri Jepang periode 2021-2024 Fumio Kishida pada gelaran G20 Tahun 2022 di Indonesia.
Salah satu proyek AZEC sudah diluncurkan pada 5 Mei 2025 yakni Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh di Solok, Sumatera Barat. Sementara itu, beberapa proyek yang masih dalam pipeline seperti Proyek Legok Nangka Waste-to-Energy, PLTP Sarulla, serta Proyek Jaringan Transmisi antara Jawa-Sumatera.
“Untuk AZEC, Pemerintah Jepang sudah menyiapkan dana khusus sebesar USD 500 juta, dan sekarang Indonesia dan Jepang sudah menyiapkan lebih dari 175 MoU, yang dalam pipeline itu beberapa proyeknya terkait pengurangan emisi menuju Indonesia Net Zero Emission di 2060," kata dia.
"Dalam pertemuan antara Presiden Prabowo dan Mantan PM Kishida beberapa waktu lalu, patut diapresiasi bahwa Indonesia dan Jepang membuat joint task force, yang kebetulan di Indonesianya dipimpin Kemenko Perekonomian,” ungkap Menko Airlangga.
Sejumlah Pertemuan
Dalam lawatan ke Jepang kali ini, Menko Airlangga bertemu dengan antara lain Menteri Ekonomi Perdagangan dan Industri Jepang Muto Yoji. Pada pertemuan ini telah disepakati penguatan kerja sama sektor perdagangan dan investasi, serta didorong juga penyelesaian IJEPA yang sudah diratifikasi Parlemen Jepang dan targetnya di Indonesia akan diselesaikan pada semester II-2025.
Kemudian, dengan Chairman Keidanren (Federasi Bisnis Jepang yang beranggotakan 1.542 perwakilan usaha, 106 asosiasi industri, dan organisasi ekonomi regional dari 47 perfektur di Jepang), dan juga dengan President of the Japan Chamber of Commerce and Industry (JCCI) Ken Kobayashi.
“Kaidanren terus mendukung posisi Indonesia dalam proses aksesi di OECD maupun CP-TPP. Lalu, dengan JCCI, terdapat beberapa proyek yang sudah berjalan seperti MRT di Jakarta, dan terakhir kemarin baru saja disepakati terkait PLTP Muara Laboh yang menjadi bagian dari AZEC,” ucap Menko Airlangga.
Investor Terbesar ke-6
Sebagai informasi bahwa sampai 2024, Jepang merupakan investor asing terbesar ke-6 bagi Indonesia, dengan nilai investasi yang mencapai USSD3,46 miliar. Pada triwulan IV-2024, PMA Jepang di Indonesia didominasi oleh sektor kendaraan bermotor dan alat transportasi, transportasi, gudang dan telekomunikasi, industri kimia dan farmasi, industri mesin, elektronik, serta instrumen kedokteran.
“Dalam pertemuan kemarin juga dibahas terkait kondisi geopolitik, yang mana para pengusaha di Jepang juga sama-sama mempunyai keprihatian terhadap disrupsi perekonomian yang sedang terjadi. Nah, Indonesia sendiri merasa bahwa Jepang ini salah satu investor besar, dan trade kedua negara juga terus meningkat, dan mereka berpesan agar kita harus melanjutkan kerja sama yang ada (meskipun) di tengah ketidakpastian ini,” pungkas Menko Airlangga.