Liputan6.com, Jakarta Informasi soal lowongan kerja terbaru terus bertebaran di tengah situasi ekonomi tak pasti, baik dari dalam maupun luar negeri. Seperti di luar negeri, dengan adanya janji dari Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) soal 1,7 juta lowongan kerja di luar negeri di 100 negara.
Sementara di dalam negeri, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta juga buka kesempatan merekrut pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (P2SU) atau pasukan oranye sebanyak 1.652 posisi.
Lantas, mana yang lebih menjanjikan?
Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Tadjudin Nur Effendi menilai, janji 1,7 juta lowongan kerja di luar negeri oleh Menteri P2MI Abdul Kadir Karding semustinya terjamin. Lantaran, itu terjalin berkat adanya relasi antar pemerintah yang bersifat government to government (G2G).
"Sampai negara itu berani mengatakan kepada pemerintah Indonesia, kami butuh tenaga kerja Indonesia 1,7 juta. Berarti dia di sana menjamin kekurangan tenaga kerja, dan menjamin keberadaannya. Dia yang minta lho kalau menurut P2MI," ujarnya kepada Liputan6.com, Kamis (24/4/2025).
Tadjudin lantas mencontohkan Jepang, yang dilaporkan membutuhkan sekitar 150 ribu tenaga kerja. Kebutuhan tak sedikit itu muncul lantaran Negeri Sakura tengah defisit jumlah pekerja lokal dibandingkan kebutuhan industrinya.
"Yang jelas saya tahu itu Jepang. Duta besar Jepang mengatakan, welcome tenaga kerja Indonesia ke Jepang karena membutuhkan tenaga kerja. Pada kenyataannya banyak anak muda kita yang bekerja di sana. Berarti jaminannya ada," ungkapnya.
Negara Maju Juga Butuh Pekerja Indonesia
Tak hanya Jepang, ia menyebut beberapa negara maju dengan kebutuhan pekerja tinggi juga perlu dukungan dari tenaga kerja Indonesia (TKI). Semisal Australia hingga negara di kawasan Uni Eropa seperti Polandia, yang juga diklaim sangat melindungi para tenaga kerjanya.
"Australia lumayan, tetapi kebanyakan bekerja di sektor pertanian modern. Belum pernah saya dengar ada keluhan," kata Tadjudin.
"Polandia juga lumayan, belum pernah terdengar hal-hal negatif. Sektor pertanian juga (yang paling membutuhkan tenaga kerja dari Indonesia)," dia menambahkan.