Kemandirian Obat Herbal: Bos Sido Muncul Minta Dukungan Riset dan Regulasi

3 weeks ago 20

Liputan6.com, Jakarta - Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat, mendorong pemerintah memperkuat kemandirian obat herbal di Indonesia agar ketergantungan impor obat dapat dikurangi. Menurutnya, potensi tanaman obat nusantara sangat besar, namun masih perlu didukung dengan riset dan regulasi.

“Untuk kemandirian obat, jadi kita harus mandiri. Tujuannya untuk mengurangi impor obat dan mengembangkan obat tradisional (herbal). Kami sebagai perusahaan berupaya mendukung hal tersebut,” kata Irwan Hidayat di depan sekitar seribu dokter dan dosen fakultas kedokteran yang menghadiri Pertemuan Ilmiah Nasional Perkumpulan Ahli Anatomi Indonesia di Hotel Harris Solo, Kamis (2/10/2025).

Irwan menjelaskan, langkah awal yang dilakukan perusahaannya adalah memproduksi bahan tunggal herbal dengan standar mutu yang jelas. “Saat ini Sido Muncul memiliki 59 produk berbasis bahan alami seperti kunyit, temulawak, daun dewa, pace (mengkudu), hingga jahe,” sebutnya.

Selain itu, ia menekankan pentingnya uji toksisitas secara rutin. Oleh sebab itu, ia mendorong pemerintah untuk menyediakan anggaran khusus guna melakukan uji toksisitas terkait khasiat bahan-bahan alami. Selama ini, tumbuhan yang diizinkan oleh BPOM untuk menjadi obat herbal hanya dibatasi sebanyak 350 jenis.

“Kalau pemerintah melakukan uji toksisitas 50 bahan setiap tahun, dalam 10 tahun jumlahnya bisa bertambah dari 350 menjadi 500 jenis bahan jamu yang teruji. Padahal kekayaan hayati kita mencapai 28 ribu spesies. Melakukan uji toksisitas itu sebenarnya mudah bagi pemerintah, karena hanya 50 bahan per tahun dengan biaya sekitar Rp150 juta per bahan,” ujarnya.

Membuka Ruang Riset

Menurutnya, program ini juga bisa melibatkan perguruan tinggi sehingga membuka ruang riset sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi akademisi.

“Dengan penelitian itu bisa memberikan pekerjaan kepada universitas agar mereka melakukan riset. Itu saja sudah memperkaya dunia penelitian,” katanya.

Irwan menambahkan, perusahaannya juga tengah menyusun buku berisi informasi ilmiah tentang produk herbal agar bisa menjadi rujukan tenaga medis. “Kami ingin para dokter tahu bahwa penelitian tentang herbal itu ada, sehingga bisa menjadi bahan edukasi bagi pasien maupun keluarga,” jelasnya.

Senada, Kepala Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran UNS, Nanang Wiyono, menilai kolaborasi antara akademisi, industri, dan pemerintah sangat penting untuk mendorong obat herbal menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

“Pak Irwan akan membagikan kompendium bahan alam kepada dokter di seluruh Indonesia. Ini langkah bagus untuk mempertemukan penelitian, industri, dan edukasi,” kata Nanang yang juga Ketua Panitia Pertemuan Ilmiah Nasional Perkumpulan Ahli Anatomi Indonesia.

Peluang Kolaborasi

Ia menambahkan, kemandirian farmasi tidak berarti meninggalkan obat modern, melainkan menyeimbangkan keduanya. “Praktik medis dan tradisional bisa disinergikan, tidak harus dipertentangkan,” ujarnya.

Nanang optimistis peluang kolaborasi semakin terbuka, baik melalui hibah pemerintah, dukungan industri, maupun peran perguruan tinggi.

“Harapannya, tanaman obat asli Indonesia bisa berkembang dan membawa manfaat luas bagi masyarakat,” katanya.

Reporter: Fajar Abrori

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |