Kelas Menengah Kini Tak Doyan Flexing, Lebih ke Pencarian Makna Hidup

3 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Hakuhodo International Indonesia melalui Sei-katsu-sha Lab menyingkap hasil studi terbaru berjudul "Navigating the In Between - Living as Indonesian Middle Class. 

Dari hasil studi tersebut, pandangan kelas menengah terhadap pola konsumsi (Value on Consumption) mengalami pergerseran. Semula yang konsumsi untuk Flexing kini Konsumsi untuk feeling good.

"Di dunia yang terus bergerak tanpa henti, kita semua dituntut beradaptasi. Kelas menengah sedang berada di pusaran perubahan, mereka membawa mimpi yang mendorong indonesia untuk maju sekaligus menanggung tekanan yang terbentuk oleh zaman,” kata Group CEO Hakuhodo International Indonesia, Devi Attamimi, dalam konferensi pers, di Jakarta, Kamis (6/11/2025).

Di Sei-katsu-sha Lab, kata Devi, pihaknya mempelajari manusia bukan sebagai tren, melainkan sebagai kisah hidup yang terus berkembang. Bagi para pelaku industri pemasaran, peran kita adalah mendengarkan, memahami, dan membangun hubungan yang membuat hidup terasa lebih bermakna.

Ia menjelaskan, kelas menengah tidak lagi belanja semata untuk menunjukkan status mereka. Belanja kini mempunyai fungsi yang penting dalam bertahan di tengah-tengah ketidakpastian. Belanja yang tepat ditujukan untuk memprioritaskan diri mereka sendiri agar bisa merasa nyaman dan cukup.

Hasil Studi 

Dari hasil studi, 90 persen menyebut kualitas yang konsisten sebagai alasan utama loyalitas terhadap merek, mencerminkan menghargai kualitas berarti juga menghargai diri sendiri.

"Mereka membeli bukan untuk pamer, tetapi untuk mengisi kembali semangat diri,” ujarnya.

Seorang responden bahkan menyebut motornya sebagai "penyemangat hidup," simbol keberanian dalam menjalani hari.

Kelas Menengah Sisihkan Anggaran untuk “Me Time”

Sementara, 70 persen merasa terhubung dengan Brand yang mampu meningkatkan suasana hati mereka, membuktikan bahwa kedekatan emosional kini menjadi faktor utama

Meski anggaran terbatas, banyak yang tetap menyishkan sebagian pendapatan untuk kebutuhan "Mental Therapy" seperti hobi, hiburan, atau waktu pribadi. 

"61 persen mengaku rutin memberi hadiah kecil untuk diri sendiri sebagai cara menjaga 'kewarasan' di masa penuh ketidakpastian,” pungkasnya.

Andil Besar Warga ke Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2025 yang mencapai 5,04 persen secara tahunan (year on year) didorong dari aktivitas belanja masyarakat yang terus meningkat.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh Edy Mahmud, menjelaskan bahwa kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 53,14 persen. 

Angka ini tumbuh 4,89 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Artinya, konsumsi rumah tangga masih menjadi motor penggerak utama perekonomian nasional, menegaskan bahwa daya beli masyarakat tetap kuat dan menjadi fondasi utama pertumbuhan

"Komponen pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB adalah konsumsi rumah tangga dengan kontribusi sebesar 53,14 persen pada triwulan III 2025," kata Edy Mahmud, dalam konferensi pers Pertumbuhan Ekonomi Triwulan III-2025 BPS, Rabu (5/11/2025).

Edy menyampaikan, jika dibandingkan triwulan II-2025 atau secara quarter to quarter (Q to Q) tumbuh sebesar 1,43 persen. Sementara, secara c to c perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,01 persen speanjang periode Januari hingga September 2025. 

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2025 secara quarter to quarter (Q to Q) sejalan dengan pola musiman, seperti yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya yaitu pertubuhan Q to Q selalu lebih rendah daripada triwulan II-2025," ujarnya. 

Belanja dan Pariwisata Jadi Penggerak Aktivitas Ekonomi

BPS mencatat, kenaikan belanja masyarakat tampak jelas di berbagai sektor, terutama transportasi, komunikasi, restoran, dan hotel*l yang tumbuh hingga 6,41 persen. 

Peningkatan ini sejalan dengan naiknya mobilitas penduduk, konsumsi bahan bakar, serta jumlah penumpang moda transportasi seperti kereta dan kapal laut.

Kemudian, sektor restoran dan hotel juga mencatat pertumbuhan tinggi, yakni 6,32 persen, didorong oleh meningkatnya jumlah perjalanan wisatawan domestik. 

Dari sisi investasi, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memberikan kontribusi penting terhadap perekonomian, yakni 29,09 persen dari total PDB. 

Peningkatan ini didorong oleh subkomponen mesin dan perlengkapan yang tumbuh 17 persen serta kendaraan yang naik 6,24 persen.

“PMTB tumbuh positif didorong oleh sub komponen mesin dan perlengkapan yang tumbuh sebesar 17 persen, serta kendaraan yang tumbuh 6,24 persen,”  pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |