Kekayaan Pemilik Boneka Labubu Tergerus Rp 189,62 Triliun Imbas Saham Rontok

2 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Pada Agustus, demam Labubu secara global membuat miliarder produsen mainan China Wang Ning lebih kaya ketimbang pendiri Alibaba Jack Ma. Namun, pada akhir 2025. Kondisi berubah pada akhir 2025. Seiring analis khawatir dengan popularitas Labubu ke depan.

Mengutip forbesmiddleast.com, Minggu (28/12/2025), miliarder Wang Ning (38) kehilangan kekayaan USD 11,3 miliar atau Rp 189,62 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.780) dari total kekayaannya yang pernah mencapai USD 27,5 miliar atau Rp 461,47 triliun. Hal ini seiring kekhawatiran terhadap boneka Labubu hanya sesaat.

CEO dan Chairman Pop Mart International Group masih memiliki kekayaan yang diperkirakan sebesar USD 16,2 miliar atau Rp 271,87 triliun versi Forbes. Kekayaan tersebut sebagian besar berasal dari kepemilikan saham di perusahaan pembuat mainan yang tercatat di Hong Kong.

Saham Pop Mart telah turun sekitar 40% dari puncaknya pada Agustus sebesar 339,80 dolar Hong Kong atau USD 43,7 menjadi sekitar 200 dolar Hong Kong yang membuat Jack Ma kembali berada di atas Wang dalam jajaran orang terkaya di China.

Analis Morningstar, Jeff Zhang menuturkan, tahun baru dapat membawa tantangan signifikan bagi Pop Mart. Pendapatan mungkin hanya tumbuh 30% dibandingkan dengan perkiraan 200% pada 2025, kata Jeff Zhang.

Efek basis yang tinggi dari tahun ini berperan, tetapi Zhang juga menunjukkan melemahnya permintaan di wilayah China Raya dan pertumbuhan yang lebih lambat di pasar luar negeri karena harga Labubu turun di pasar sekunder.

Di platform penjualan kembali Dewu di China, misalnya, harga transaksi Labubu terbaru, seri 4.0 yang menampilkan 28 mainan mewah berukuran kecil yang hadir dalam berbagai warna—telah turun 30% menjadi sekitar 115 yuan (USD 16,3) per buah sejak dirilis pada akhir Agustus.

Meskipun harga jual kembali masih lebih tinggi daripada harga resmi produk sebesar 79 yuan per buah, beberapa kolektor telah berhenti membeli karena mereka ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak dengan menjual kembali Labubu yang sebelumnya mereka kumpulkan secara online.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |