Jejak Sejarah BRI: Lahir dari Kas Masjid, Kini jadi Pilar Ekonomi Rakyat 

6 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Menapaki usia ke-130 pada Desember 2025, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus mengukuhkan diri sebagai bank yang lahir dari rakyat dan untuk rakyat. Didirikan pada 16 Desember 1895 oleh Patih Purwokerto Raden Aria Wirjaatmadja, cikal bakal BRI bermula dari semangat menghadirkan keadilan akses keuangan bagi pegawai pribumi melalui lembaga yang awalnya bernama Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren.

Kisah BRI tak lepas dari inisiatif pribadi Raden Aria yang dikenal kerap memberikan bantuan kepada masyarakat dari dana pribadi. Namun, meningkatnya permintaan membuat sumber dana tersebut tak lagi mencukupi. Bersama tokoh kepercayaan seperti Atma Sapradja, Atma Soebrata, dan Djaja Soemitra, ia lalu menggagas pemanfaatan kas Masjid Purwokerto sebagai solusi.

Gagasan ini disambut positif oleh Kiai Mohammad Redja Soepena selaku penghulu masjid dan mendapat restu Asisten Residen E. Sieburgh, yang bahkan menyarankan pembentukan komisi khusus di bawah pimpinan Raden Aria. Sayangnya, rencana ini terhenti karena aturan Hindia Belanda yang melarang penggunaan dana masjid untuk kegiatan non-ibadah.

Meski demikian, semangat pengelolaan keuangan tetap hidup. Proses pinjam-meminjam terus berjalan dengan tingkat pengembalian yang baik, yang pada akhirnya mendapat dukungan dari kalangan priyayi Eropa yang menganut aliran politik etis. Dari sinilah De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Bestuurs Ambtenaren resmi berdiri, dikenal luas sebagai Bank Priyayi Purwokerto, dan dinilai prospektif sebagai sarana investasi.

Mengalami Berbagai Transformasi Nama dan Peran Strategis

Selama lebih dari satu abad, lembaga ini mengalami berbagai perubahan nama, antara lain:

  • Hulp-en Spaarbank der Inlandshe Bestuurs Ambtenaren (1895)
  • De Poerwokertosche Hulp Spaar-en Landbouw Credietbank
  • Centrale Kas Voor Volkscredietwezen Algemene (1912)
  • Algemene Volkscredietbank (1934)
  • Syomin Ginko saat pendudukan Jepang (1942–1945) 

Setelah Indonesia merdeka, peran strategis BRI ditegaskan melalui UU No. 21 Tahun 1968 sebagai bank umum dengan mandat pembangunan ekonomi nasional.

Tumbuh sebagai Raksasa Keuangan yang Menjangkau Pelosok 

Kini, BRI telah menjelma menjadi institusi keuangan terbesar di Tanah Air. Melalui inisiatif Holding Ultra Mikro bersama Pegadaian dan PNM, BRI telah menjangkau 34,5 juta debitur aktif dan 185 juta rekening simpanan mikro. Jaringan layanannya menjangkau hingga pelosok negeri, dengan lebih dari 687 ribu E-Channel dan 1,2 juta AgenBRILink tersebar di 66.648 desa.

“Sebagai institusi yang telah berdiri lebih dari satu abad, BRI terus memperkuat inklusi keuangan. Dengan basis nasabah terbesar dan jaringan layanan yang luas, kami berkomitmen menghadirkan akses keuangan yang merata hingga pelosok negeri,” ujar Dhanny, Corporate Secretary BRI .

Super App BRImo juga mencatatkan pertumbuhan pesat dengan lebih dari 44,4 juta pengguna. Di sisi lain, BRI juga menjadi penyalur Kredit Usaha Rakyat (KUR) terbesar di Indonesia, mendukung program makan bergizi gratis, serta memperkuat koperasi desa melalui KDMP.

BRI juga turut aktif dalam program tiga Juta Rumah dengan menyalurkan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk lebih dari 25 ribu rumah.

Komitmen Tak Berubah: Untuk Rakyat, Dari Rakyat 

Jejak langkah BRI sejak dari kas masjid hingga menjadi pilar ekonomi rakyat menunjukkan bahwa komitmen terhadap pemberdayaan tak pernah berubah. Di usia ke-130 ini, semangat inklusi keuangan dan pelayanan hingga pelosok terus diperkuat, menjadi bukti bahwa semangat awal dari Purwokerto masih menyala hingga kini.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |