Investasi Real Estate Komersial Asia Pasifik Naik 15%, Indonesia Jadi Sorotan

Liputan6.com, Jakarta - Investasi real estate komersial (CRE) di kawasan Asia Pasifik terus menunjukkan momentum positif. Menurut laporan JLL, nilai transaksi CRE pada kuartal II 2025 mencapai USD 31,2 miliar, naik 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Secara kumulatif, total investasi semester pertama tahun ini tercatat USD 67,6 miliar, tumbuh 17% secara tahunan (YoY).

JLL mencatat pertumbuhan ini terjadi meski investor masih berhati-hati akibat ketidakpastian ekonomi global dan proses due diligence yang semakin panjang. Jepang dan Korea Selatan menjadi motor penggerak utama, dengan sektor perkantoran dan hunian sebagai kontributor terbesar.

“Meski investor menghadapi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, real estate komersial Asia Pasifik terus menarik investor global. Hal ini menunjukkan kekuatan fundamental kawasan dan resilience sektor ini,” ujar CEO Asia Pacific Capital Markets, JLL Stuart Crow dalam keterangan tertulis, Sabtu (4/10/2025).

Korea Selatan mencatat lonjakan terbesar dengan nilai transaksi USD 6 miliar di kuartal II, naik 72% YoY. Sementara itu, Jepang mempertahankan posisi sebagai pasar terkuat dengan investasi USD 7,6 miliar, tumbuh 31% YoY.

Korea Selatan mencatat akumulasi investasi semester I 2025 sebesar USD 12,8 miliar, naik 64% YoY. Lonjakan ini terutama ditopang oleh transaksi perkantoran, yang menyumbang 77% dari total volume.

Pasar hotel juga mencatat aktivitas signifikan dengan sejumlah pemilik memanfaatkan kinerja positif untuk melepas aset di harga premium.

Jepang tidak kalah solid dengan total investasi semester pertama USD 21,3 miliar, naik 23% YoY. Sektor perkantoran mendominasi berkat investor domestik, sementara sektor hunian mencapai level tertinggi sejak Q1 2022. Minat kuat datang dari J-REITs dan investor global seperti Warburg Pincus, Aberdeen, dan CapitaLand yang mengincar aset multifamily.

Menurut survei JLL terhadap 75 investor, sektor industri & logistik, energi & infrastruktur, serta ritel dinilai paling rentan terhadap risiko geopolitik. Sebaliknya, sektor hunian, life sciences, dan kesehatan dipandang lebih defensif karena ditopang permintaan domestik.

Pasar Indonesia juga mendapat sorotan positif. “Real estate komersial Indonesia tetap menarik minat investasi pada kuartal II 2025, khususnya di sektor manufaktur dan industri. Terlepas dari tantangan global, permintaan domestik yang solid menjadikan Indonesia salah satu destinasi utama di Asia Tenggara,” ujar Farazia Basarah, Country Head, JLL Indonesia.

Secara regional, sektor perkantoran memimpin dengan nilai transaksi USD 13,3 miliar, naik 24% YoY. Sektor industri & logistik tumbuh 12% menjadi YSD 6,3 miliar, sementara hunian melonjak 92% YoY menjadi USD 3,6 miliar, didominasi Jepang.

Investor private wealth juga semakin agresif, dengan total transaksi USD 4,7 miliar, naik 32% YoY. Dari angka tersebut, 45% dialokasikan ke sektor perkantoran, meningkat signifikan dibandingkan kuartal II 2024 yang hanya 28%.

Menurut Pamela Ambler, Head of Investor Intelligence Asia Pacific JLL, tren penurunan suku bunga bank sentral regional mendorong biaya utang lebih rendah, sehingga menciptakan iklim transaksi lebih kondusif.