Indonesia Mantapkan Langkah Jadi Pusat Industri Halal Dunia

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kembali menegaskan ambisinya menjadi pusat industri halal dunia. Hal itu diwujudkan melalui pembukaan Halal Indonesia International Industry Expo (Halal Indo) dan Indonesia Halal Industry Awards (IHYA) 2025 yang resmi digelar di ICE BSD City, Tangerang, pada tanggal 25 - 28 September 2025.

Ajang berskala internasional ini menjadi momentum penting, bukan sekadar pameran produk halal, tetapi juga bukti komitmen pemerintah untuk menjadikan industri halal sebagai motor pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus memperkuat posisi Indonesia di kancah global.

“Pameran ini adalah wadah bagi seluruh pelaku industri halal, dari makanan-minuman, kosmetik, farmasi, hingga fashion muslim untuk berkolaborasi dan meneguhkan ekosistem halal Indonesia,” ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Eko S.A. Cahyanto, saat pembukaan Halal Indo 2025, Kamis (25/9/2025).

Halal Indo 2025 berlangsung hingga 28 September mendatang dengan menghadirkan lebih dari 346 peserta pameran dari dalam dan luar negeri. Tahun ini, partisipasi internasional kian meluas, mulai dari Amerika Serikat, Malaysia, Thailand, Singapura, hingga Libya dan Kazakhstan.

Berbagai kegiatan pendukung juga dihadirkan, seperti business matching, live shopping, fashion show, workshop, hingga kompetisi untuk generasi muda. Panitia menargetkan 15 ribu pengunjung, naik signifikan dibanding 12 ribu pada tahun lalu.

Tak hanya itu, Halal Indo 2025 juga terhubung dengan jaringan pameran halal internasional seperti Mega Halal Bangkok di Thailand, Mihas di Malaysia, dan Halal Expo Istanbul. Artinya, produk halal Indonesia kini semakin dikenal di panggung global.

Dalam sambutannya, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, menegaskan mengenai dorongan pemerintah terhadap industri halal bukan sekadar agenda sektoral, melainkan didasari kebutuhan nyata pasar domestik dan global.

Data yang dipaparkan Agus memperlihatkan betapa besar peluang yang ada. Pada 2023, konsumsi umat Muslim di enam sektor syariah mencapai USD 2,43 triliun, dan diprediksi melonjak menjadi USD 3,36 triliun pada 2028. Dari jumlah itu, makanan halal diproyeksikan tumbuh dari USD 1,43 triliun menjadi hampir USD 1,93 triliun. Sementara fashion muslim diperkirakan naik dari USD 327 miliar menjadi USD 433 miliar.

“Potensi ini sangat besar. Indonesia tidak boleh hanya menjadi pasar produk halal dunia, tetapi harus menjadi pusat produksi dan inovasi halal global,” tegas Agus.

Menurutnya, saat ini sudah ada lebih dari 140 ribu industri halal di Indonesia dengan dominasi sektor makanan dan minuman. Jumlah produk yang tersertifikasi halal pun telah mencapai 584 ribu produk dengan lebih dari 162 ribu sertifikat.

Untuk mewujudkan visi besar tersebut, Kemenperin telah menyiapkan strategi yang terangkum dalam Strategi Baru Industri Nasional yang akan diluncurkan akhir Oktober. Dokumen ini memasukkan satu bab khusus mengenai percepatan pengembangan industri halal.

Ada lima fokus utama:

1. Penguatan ekosistem halal,
2. Peningkatan daya saing lewat inovasi,
3. Perluasan pasar dalam dan luar negeri,
4. Kolaborasi multipihak, serta
5. Pengembangan SDM halal.

“Dengan strategi yang tepat dan komitmen bersama, industri halal Indonesia dapat menjadi kekuatan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing,” ujar Agus.

Selain itu, Kemenperin juga menyiapkan roadmap pengembangan industri halal 2025–2029 yang menargetkan subsektor unggulan seperti makanan-minuman, tekstil, fashion, serta kosmetik dan farmasi.

Meski peluangnya besar, tantangan industri halal di Indonesia juga tidak ringan. Menperin mengakui masih ada kendala serius pada ketersediaan bahan baku, minimnya riset dan inovasi, hingga regulasi lintas kementerian yang perlu diselaraskan.

Namun, optimisme tetap terjaga. Data State of the Global Islamic Economy Report 2024–2025 menunjukkan Indonesia kini menempati peringkat ketiga ekosistem industri halal dunia, naik hampir 20 poin dibanding dua tahun sebelumnya. Capaian ini menempatkan Indonesia di bawah Malaysia dan Arab Saudi, namun dengan tren peningkatan tercepat.

Hal ini sejalan dengan bonus demografi, di mana lebih dari 53 persen penduduk Indonesia adalah generasi milenial dan Gen Z. Pemerintah berharap generasi muda menjadi motor penggerak gaya hidup halal, baik sebagai konsumen cerdas, inovator digital, maupun wirausahawan di sektor halal.

Dengan dukungan regulasi, pasar domestik yang besar, dan posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, peluang untuk menjadi kiblat industri halal dunia terbuka lebar.

Halal Indo 2025 pun dipandang sebagai langkah nyata menuju cita-cita tersebut. Ajang ini bukan sekadar etalase produk halal, melainkan forum strategis untuk memperkuat kolaborasi, mendorong investasi, dan memicu inovasi.

“Halal Indo tidak hanya pameran. Ini adalah panggung bagi masa depan industri halal Indonesia,” tegas Agus.

Dalam ia menyampaikan pernyataan terakhir untuk para generasi muda, "jangan ragu-ragu maupun malu, untuk bisa mengembangkan diri kalian sebagai industrialis, saya mendorong sebagai industrialis, karena nilai tambah dari Indonesia itu berada pada sektor industri " pungkas Agus Gumiwang.