Hashim Djojohadikusumo Tegaskan Komitmen Indonesia Hadapi Perubahan Iklim

15 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Utusan Khusus Presiden untuk Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, menegaskan komitmen kuat Indonesia dalam memimpin aksi global menghadapi perubahan iklim. Hal itu ia sampaikan saat menjadi pembicara kunci di ajang Investing on Climate by Editors’ Choice Award 2025 yang digelar di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan.

Hashim mengingatkan bahwa dampak perubahan iklim semakin terlihat dan berpotensi menjadi bencana besar apabila kerusakan lingkungan terus berlangsung. Ia menegaskan perlunya mitigasi dan edukasi publik untuk menjaga keberlanjutan bumi bagi generasi mendatang.

“Dampak negatif perubahan iklim yang dahsyat, luar biasa, dan mengakibatkan ribuan korban, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di negara tetangga… This is going to keep on, inevitable,” kata Hashim dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (6/12/2025).

Ia mencontohkan hujan ekstrem yang turun “lima tahun dalam lima hari” sehingga memicu banjir besar dan kerusakan hutan akibat aktivitas manusia. Hashim menilai edukasi publik masih harus diperkuat.

“Menebang pohon itu bukan sekadar cari nafkah. Tetapi sebenarnya itu adalah pidana,” tegasnya.

Hashim juga melaporkan hasil keterlibatannya dalam COP30 Brasil. Indonesia mendapat apresiasi internasional usai bergabung dengan Tropical Forest Forever Fund, inisiatif restorasi hutan tropis yang digagas Presiden Brasil Lula da Silva.

Dapat Pengakuan Global

Selain diplomasi lingkungan, Hashim mengungkap bahwa Indonesia juga mendapat pengakuan global setelah terbitnya Peraturan Presiden Nomor 110 Tahun 2025 tentang instrumen Nilai Ekonomi Karbon dan Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca Nasional. Meski begitu, ia menegaskan bahwa tantangan terbesar justru berada pada implementasi kebijakan di lapangan. “Di Indonesia, banyak Undang-undang dan aturan bagus, tetapi titik lemahnya implementasi,” ujarnya.

Hashim juga menyampaikan optimisme terhadap masa depan energi bersih Indonesia melalui pemanfaatan energi terbarukan dan teknologi carbon capture and storage (CCS) dengan kapasitas 500–700 gigaton CO₂. Teknologi ini diyakini dapat menempatkan Indonesia sebagai salah satu superpower penyerapan karbon dunia.

Pemerintah menargetkan penurunan emisi mulai 2030–2031 melalui rehabilitasi hutan dan transisi energi bersih. Hashim menilai peran publik sangat penting, terutama melalui edukasi dan informasi yang tepat.

Dianugerahi Penghargaan

Pada kesempatan tersebut, Hashim juga dianugerahi penghargaan “Inspirational Figure in Environmental and Social Sustainability”. Ia dinilai mampu mendorong percepatan komitmen pemerintah dalam agenda iklim, termasuk target net zero emission 2060 atau lebih cepat serta pengurangan emisi 1,5 gigaton CO₂ pada 2035.

Penghargaan diberikan dalam rangkaian program Investing on Climate, sebuah inisiatif penilaian kontribusi pelaku usaha terhadap agenda iklim nasional. Managing Director Investing on Climate, Umar Idris, mengatakan bahwa tahun ini terdapat 40 perusahaan terbaik terpilih dari lebih dari 1.000 peserta, baik emiten BEI maupun perusahaan non-publik. “Penghargaan ini diberikan kepada pelaku usaha dan tokoh yang memiliki perhatian dan telah berkontribusi nyata mencegah perubahan iklim,” tuturnya.

Umar menilai transisi menuju ekonomi rendah emisi dapat menjadi mesin pertumbuhan baru. Ia menegaskan Indonesia membutuhkan investasi iklim yang bertanggung jawab demi menciptakan peluang ekonomi sekaligus menjaga ekologi untuk masa depan yang lebih berkelanjutan.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |