Harga Emas Pecah Rekor Termahal Lagi, Siap-Siap Tembus Level Segini

3 weeks ago 19

Liputan6.com, Jakarta Harga emas melonjak ke titik tertinggi baru pada hari Rabu (Kamis waktu Jakarta), mendekati level USD 4.000 per ons. Lonjakan harga emas ini terjadi saat pemerintah Amerika Serikat (AS) memasuki shutdown pertamanya dalam hampir tujuh tahun setelah anggota parlemen gagal mencapai kesepakatan tentang pendanaan pemerintah.

Dikutip dari CNBC, Kamis (2/9/2025), harga emas berjangka AS ditutup pada rekor USD 3.897,50 per ons. Sementara harga emas dunia di pasar spot  pada level USD 3.866,66. Harga telah naik hampir 50% sejak awal tahun.

Meskipun dampak penutupan pemerintah terhadap pasar biasanya minimal, waktu pelaksanaannya kali ini sangat signifikan. Data ketenagakerjaan AS yang penting, yang seharusnya dipublikasikan pada hari Jumat, akan tertunda sehingga mengaburkan prospek  bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) hanya beberapa minggu menjelang pertemuan berikutnya.

Presiden Donald Trump juga mengancam akan memanfaatkan penutupan ini untuk memangkas banyak pegawai federal, yang biasanya dirumahkan selama penutupan dan dipekerjakan kembali setelahnya.

Tanpa adanya jalur yang jelas menuju kesepakatan, juga tidak jelas berapa lama penutupan pemerintahan akan berlangsung. Selama masa jabatan pertama Trump, penutupan pemerintahan sebagian berlangsung selama 34 hari dan menjadi yang terpanjang dalam sejarah . 

Di tengah ketidakpastian, aset berisiko melemah. Sementara harga emas ang biasanya dipandang sebagai aset tempat berlindung yang aman di masa gejolak ekonomi atau geopolitik — melanjutkan reli besar-besarannya hingga mencapai rekor tertingginya yang ke-39 tahun ini.

Harga Emas Bisa Tembus USD 4.000?

Status emas sebagai aset safe haven sudah dipublikasikan dengan baik, tetapi kenaikan harga emas yang tak terelakkan selama beberapa tahun terakhir sungguh mencengangkan, dengan logam mulia mencapai titik tertinggi baru hari ini,” ujar Kepala Strategi Ekuitas di Morningstar, Michael Field.

Meskipun ia mencatat bahwa pendorong di balik demonstrasi hari Rabu adalah penutupan pemerintah AS, Field berpendapat bahwa hal itu hanyalah hal yang membuat unta patah semangat.

“Dua konflik besar yang sedang berlangsung, ketidakstabilan politik di Prancis, tarif yang baru diumumkan, semua ini berpadu menciptakan kondisi yang sangat tidak stabil bagi investor. Dan ketika situasi semakin sulit, harga emas justru menguat," tutup dia.

Analisis Emas: Kekuatan Bullish Terjaga, Investor Incar Level USD 3.900

Harga emas dunia melanjutkan tren kemenangannya selama lima sesi berturut-turut. Pada perdagangan sesi Asia hari Rabu (1/10/2025), harga emas naik 0,35% dan diperdagangkan di kisaran USD 3.846 per troy ons, melanjutkan penguatan dari malam sebelumnya di Amerika Utara. Meskipun sempat tertahan di bawah level tertinggi USD 3.871, momentum bullish emas sangat kuat.

Kenaikan harga emas ini didorong oleh dua sentimen utama yang berasal dari Amerika Serikat, yaitu:

  • Kekhawatiran Government Shutdown: Ancaman potensi penutupan pemerintahan AS kian nyata setelah negosiasi anggaran antara Partai Republik dan Demokrat menemui jalan buntu.
  • Data Pasar Tenaga Kerja Melemah: Sinyal perlambatan pasar tenaga kerja AS memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve (The Fed) akan segera memangkas suku bunga acuan.

Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, secara teknikal, tren emas masih menunjukkan kekuatan bullish yang solid. Pola candlestick dan indikator Moving Average menempatkan harga emas pada jalur kenaikan yang jelas.

“Jika tekanan bullish berlanjut, harga emas berpotensi menembus level psikologis JUSD 3.900 dalam jangka pendek,”  kata dia dalam keterangan tertulis, Rabu (1/10/2025)

Namun, ia mengingatkan potensi koreksi jangka pendek tetap perlu diwaspadai. “

Jika momentum melemah, emas bisa terkoreksi menuju area USD 3.837 sebagai support terdekat,” ujarnya.

Sinyal Cut Rate The Fed dan Potensi USD 3.900

Faktor fundamental terbaru dari Amerika Serikat secara meyakinkan mendukung narasi bullish pada emas. Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja mulai melambat.

Lowongan pekerjaan memang meningkat tipis dari 7,21 juta menjadi 7,23 juta pada Agustus. Namun, tingkat perekrutan justru turun menjadi 3,2%, level terendah sejak Juni 2024. Perlambatan rekrutmen ini menjadi sinyal kunci melemahnya daya serap pasar kerja, yang pada akhirnya mendukung peluang penurunan suku bunga oleh The Fed.

Ekspektasi pelonggaran moneter ini semakin diperkuat oleh data dari CME FedWatch Tool. Pasar saat ini memperkirakan probabilitas yang sangat tinggi, hampir 97%, bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pada Oktober. Ada tambahan peluang 76% untuk pemangkasan suku bunga lagi pada Desember. Prospek pemangkasan suku bunga ini menekan nilai Dolar AS dan menjadikan emas—sebagai aset tanpa imbal hasil—lebih menarik bagi investor global.

Andy Nugraha menambahkan, "Jika tekanan bullish berlanjut, harga emas berpotensi menembus level psikologis $3.900 dalam jangka pendek."

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |