Harga Emas Hari Ini Berpotensi Makin Berkilau, Target Baru USD 4.056

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia kembali menunjukkan performa gemilang, memperpanjang reli penguatan selama tiga sesi perdagangan berturut-turut. Logam mulia ini bahkan sempat menembus rekor tertinggi baru pada Rabu (8/10/2025), mencapai level USD 4.056 per troy ons, dengan kenaikan harian lebih dari 1,70%.

Pergerakan harga emas yang melonjak sekitar 54% sepanjang tahun ini mencerminkan perpaduan solid antara faktor teknikal dan fundamental yang secara kolektif masih mendukung tren bullish berlanjut.

Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, dari sisi teknikal, tren penguatan harga emas dunia masih sangat terjaga. Berdasarkan pola candlestick dan indikator Moving Average, harga emas saat ini masih bergerak nyaman di atas area support utama dan belum menunjukkan tanda-tanda pembalikan arah yang signifikan.

"Jika tekanan beli berlanjut, harga emas berpotensi menguji kembali level USD 4.056 bahkan menembus lebih tinggi," ujar Andy dalam keterangan tertulis, Kamis (9/10/2025).

Namun, ia juga mengingatkan bahwa kegagalan mempertahankan momentum dapat memicu koreksi, dengan potensi pelemahan terdekat mengarah ke area USD 3.986 per troy ons.

Secara fundamental, lonjakan harga emas saat ini tidak terlepas dari tingginya ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global. Pada Kamis (9/10/2025), harga emas dunia diperdagangkan stabil di sekitar USD 4.010 setelah sedikit terkoreksi dari level tertingginya di USD 4.059 pada sesi Asia pagi.

Investor global terus memburu emas sebagai aset safe haven di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi fiskal dan politik di Amerika Serikat (AS).

Salah satu pendorong utama adalah penutupan pemerintahan AS (Shutdown) yang telah memasuki hari kesembilan tanpa adanya kesepakatan anggaran antara Partai Republik dan Demokrat. Situasi ini menambah kecemasan pasar. Pemerintahan Presiden Donald Trump bahkan telah memperingatkan bahwa tidak ada jaminan pembayaran bagi pegawai federal selama shutdown berlangsung, yang semakin menekan sentimen risiko.

Selain krisis politik AS, reli emas juga terjadi meskipun Dolar AS justru menguat 0,45% ke level 99,00. Daya tarik emas diperkuat oleh penurunan tipis imbal hasil obligasi 10 tahun AS ke 4,113%, yang menunjukkan penurunan imbal hasil riil.

Kondisi ini secara historis memiliki korelasi negatif yang kuat, sehingga memperkuat daya tarik logam kuning tersebut.

Kebijakan moneter dari bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), menjadi motor penggerak fundamental utama lainnya. The Fed baru saja melakukan pemangkasan suku bunga acuan pada pertemuan bulan September, menandai penurunan pertama sejak akhir 2024.

Lebih lanjut, The Fed mengisyaratkan kemungkinan dua kali penurunan suku bunga tambahan hingga akhir tahun ini. Berdasarkan data dari FedWatch CME, pelaku pasar kini memperkirakan ada 78% peluang penurunan suku bunga lagi pada Desember mendatang.

Secara historis, penurunan suku bunga akan mendukung harga emas karena menurunkan biaya peluang (opportunity cost) untuk memegang aset tanpa imbal hasil seperti emas.

Meski seluruh faktor tampak mendukung kenaikan, terdapat potensi faktor pembatas kenaikan. Kabar meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah sedikit meredam permintaan ekstrem terhadap aset aman.

Presiden Trump baru-baru ini mengumumkan tercapainya fase pertama kesepakatan damai antara Israel dan Hamas, termasuk rencana pembebasan sandera dalam waktu 72 jam.