Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia kembali mencetak rekor baru setelah menembus level USD 4.011 per troy ounce. Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai tren kenaikan ini berpotensi berlanjut hingga menyentuh level USD 4.040 bahkan USD 4.065 dalam waktu dekat.
"Setiap hari harga emas dunia terus mengalami kenaikan. Update, untuk saat ini harga emas dunia diperdagangkan di USD 4.011 per tray ons. Ada kemungkinan besar bahwa harga mas dunia ini akan naik di USD 4.040,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (8/10/2025).
Dia menuturkan, momentum ini memperlihatkan kuatnya minat investor terhadap emas sebagai aset lindung nilai (safe haven) di tengah kondisi ekonomi dan politik global yang tidak pasti. Ibrahim menambahkan, proyeksi untuk November pun menunjukkan arah yang sama.
"Di bulan November ada perubahan lagi. Kemungkinan besar harga emas dunia itu di USD 4.110. Kalau seandainya terkoreksi, harga emas di USD 3.976,” ujarnya.
Kenaikan ini terjadi seiring dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap stabilitas global. Indeks dolar AS yang masih berada di kisaran 98–99 memperlihatkan sinyal penguatan, namun bukan berarti investor meninggalkan emas. Justru, keduanya bergerak sejalan akibat meningkatnya permintaan terhadap aset aman di tengah ketegangan geopolitik.
"Artinya, ada kemungkinan besar harga dolar, indeks dolar ini akan terus mengalami penguatan,” ujarnya.
Faktor Geopolitik Global Jadi Pendorong Utama Lonjakan Harga
Salah satu pemicu utama kenaikan harga emas adalah ketegangan geopolitik yang meluas, terutama di Eropa dan Timur Tengah.
Ibrahim menjelaskan, konflik Rusia–Ukraina kembali memanas setelah serangan drone Ukraina ke kilang minyak Kirisi di Rusia pada 4 Oktober lalu. Kilang tersebut merupakan salah satu yang terbesar di Rusia dan diperkirakan akan tutup hingga satu bulan ke depan.
"Yang kita lihat bahwa kilang minyak ini walaupun serangannya tanggal 4 Oktober, kemungkinan besar akan tutup sampai satu bulan. Kilang minyak Kirisi ini adalah minyak terbesar di Rusia. Sehingga ini yang membuat permintaan untuk minyak mentah ini kemungkinan akan mengalami kenaikan,” ujarnya.
Faktor Lainnya
Tak hanya dari Rusia, situasi politik di Prancis juga menambah kekhawatiran investor. Krisis politik di negara tersebut muncul setelah Perdana Menteri mundur akibat mosi tidak percaya. Hingga kini, belum ada pengganti yang disepakati.
Sementara di Asia, Jepang juga menghadapi tekanan politik dan ekonomi. Perdebatan antara calon perdana menteri Takaichi dan Bank of Japan terkait arah suku bunga membuat yen melemah tajam. Kondisi ini semakin memperkuat posisi emas sebagai aset pilihan di tengah volatilitas pasar.
"BOJ menginginkan menaikan suku bunga, tapi Takaichi menginginkan tetap menurunkan suku bunga atau mempertahankan suku bunga. Ini yang membuat mata uang yen mengalami pelemahan yang cukup signifikan dan berdampak terhadap harga emas dunia. Itu dari Eropa dan Asia,” pungkasnya.
Harga Emas Dunia
Sebelumnya, harga emas mencapai USD 4.000 untuk pertama kalinya dalam sejarah pada perdagangan hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena investor mencari tempat berlindung yang aman dari kurs dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah, volatilitas geopolitik, ketidakpastian ekonomi, dan inflasi yang membandel.
Harga emas dunia ditutup pada rekor USD 4.004,40 per ons, setelah mencapai titik tertinggi intraday sepanjang masa di USD 4.014,60.
Harga emas telah naik sekitar 50% tahun ini karena kurs dolar AS telah turun 10% dan Presiden Donald Trump mengacaukan sistem perdagangan global dan mengancam independensi Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed).
Bank sentral dan investor ritel membeli emas dengan cepat. Tiongkok dan negara-negara lain beralih dari obligasi pemerintah AS ke emas setelah Washington memberlakukan sanksi berat terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina pada tahun 2022, dan investor ritel mencari perlindungan terhadap inflasi.
Kebijakan the Fed
Kenaikan harga logam mulia terjadi setelah The Fed memangkas suku bunga pada bulan September untuk pertama kalinya tahun ini, membuat instrumen utang jangka pendek seperti surat utang negara (Treasury bill) kurang menarik bagi investor.
Pasar memperkirakan The Fed akan kembali menurunkan suku bunga acuan sebanyak dua kali lagi, di mana saat ini berada di kisaran 4,00% hingga 4,25%, sebelum akhir tahun. The Fed akan mengadakan pertemuan berikutnya dalam tiga minggu, pada 29 Oktober.