Liputan6.com, Jakarta Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan operasional bandara dan penerbangan tidak terdampak erupsi Gunung Semeru, Selasa, 12 Agustus 2025 pagi. Pengetesan sebaran abu vulkanik terus dilakukan secara berkala.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Lukman F Laisa telah mendapat laporan dari pihak sekitar erupsi Gunung Semeru.
"Berdasarkan laporan Otoritas Bandar Udara Wilayah III Surabaya, Bandar Udara Abdulrachman Saleh Malang masih beroperasi normal dan tetap dibuka untuk layanan penerbangan," kata Lukman dalam keterangan resmi yang diterima Liputan6.com, Selasa (12/8/2025).
Dia menjelaskan, sebagai langkah lanjut penanganan dampak abu vulkanik, Bandara Abdulrachman Saleh Malang secara berkala melalukan paper test pada pukul 06.00–08.00 WIB dan 08.00–10.00 WIB. Hasilnya negatif terhadap kontaminasi abu vulkanik.
"Direktorat Jenderal Perhubungan Udara terus melakukan koordinasi dengan Otoritas Bandar Udara, AirNav Indonesia, dan pihak terkait untuk memastikan keselamatan, keamanan, dan kelancaran operasional penerbangan," tuturnya.
Berdasarkan informasi dari VAAC Darwin, PVMBG dan BMKG sebagaimana tertuang dalam ASHTAM No. VAWR4679 dan SIGMET 41 WAAF, pada Selasa (12/8) pukul 11.00 WIB teramati sebaran abu vulkanik Gunung Semeru pada ketinggian hingga 15.000 kaki, bergerak ke arah barat dengan kecepatan sekitar 5 knot dan intensitas tetap.
Informasi ini berlaku sejak 12 Agustus 2025 pukul 11.00 WIB hingga 13 Agustus 2025 pukul 11.00 WIB dengan area sebaran sesuai koordinat yang dilaporkan.
Gunung Semeru Erupsi
Sebelumnya, Gunung Semeru mengalami beberapa kali erupsi pada Selasa pagi (12/8/2025), hingga pukul 07.30 WIB. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, tinggi kolom letusan terbesar Gunung Semeru hari ini teramati mencapai 1.000 meter di atas puncak, atau sekitar 4.676 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu erupsi Gunung Semeru kali ini teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas sedang ke arah barat daya. Saat laporan ini dibuat, erupsi masih berlangsung.
Petugas Pos Pantau Gunung Semeru Liswanto mengimbau masyarakat dan wisatawan yang berada di sekitar Gunung Semeru untuk tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 8 km dari puncak (pusat erupsi).
Masyarakat Diminta Tak Mendekat
"Di luar jarak tersebut, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 km dari puncak," katanya.
Masyarakat juga diimbau tidak beraktivitas dalam radius 3 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Selain itu, warga juga diminta waspada potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat serta potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.
Aktivitas Kegempaan Gunung Semeru
Berdasarkan data PVMBG, menurut hasil pemantauan sepanjang Senin (11/8/2025), periode pukul 00.00-24.00 WIB, Gunung Semeru tercatat mengalami 47 kali gempa Letusan/Erupsi dengan amplitudo 10-22 mm, dan lama gempa 50-248 detik, lalu 14 kali gempa Hembusan dengan amplitudo 4-8 mm, dan lama gempa 39-105 detik.
Pada periode pengamatan itu juga, Gunung Semeru mengalamu 4 kali Harmonik dengan amplitudo 3-8 mm, dan lama gempa 104-234 detik, serta 8 kali gempa Tektonik Jauh dengan amplitudo 3-15 mm, S-P 14-86 detik dan lama gempa 40-225 detik.