Liputan6.com, Jakarta Di era global saat ini, kepatuhan terhadap regulasi menjadi pilar utama yang harus diperkuat oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Tekanan internasional menuntut perusahaan untuk membangun sistem tata kelola yang kuat dan transparan.
Memenuhi standar global sangat penting untuk memastikan kelancaran operasional bisnis dan menjaga kepercayaan di pasar internasional.
Regulasi global seperti undang-undang anti-korupsi, pengendalian ekspor, dan sanksi ekonomi kini tidak lagi terbatas pada negara maju. Perusahaan Indonesia, khususnya yang terlibat dalam perdagangan lintas negara, juga terdampak dan harus mulai menyesuaikan diri dengan standar internasional.
Kepatuhan bukan hanya soal dokumen. Yang lebih penting adalah membangun budaya perusahaan yang menjunjung tinggi etika, transparansi, dan akuntabilitas.
Kepemimpinan yang kuat serta kesadaran di semua tingkatan organisasi menjadi kunci dalam mewujudkan hal ini. Ketika sistem internal sudah kokoh, risiko pelanggaran dan sanksi dapat diminimalkan.
Manajemen risiko juga harus terintegrasi dengan strategi bisnis. Regulasi global terus berkembang seiring dengan dinamika geopolitik dan kemajuan teknologi.
Oleh karena itu, perusahaan harus tetap gesit dan terus memperbaharui pengetahuannya agar tidak tertinggal. Untuk menghadapi tantangan ini, perusahaan memerlukan panduan dan dukungan yang konkret.
Forum berbagi pengetahuan menjadi sarana penting dalam memberikan hal tersebut. Salah satu forum tersebut adalah workshop bertajuk "Penguatan Kepatuhan dan Manajemen Risiko di Indonesia" yang diselenggarakan Moores Rowland Indonesia.
Penasihat Senior di Moores Rowland Indonesia Marzuki Darusman menekankan perlunya Indonesia segera menetapkan definisi konflik kepentingan, baik dalam hukum maupun praktik. Ia menyebutkan bahwa ketiadaan definisi ini dalam regulasi saat ini menjadi hambatan besar dalam pemberantasan korupsi.
"Kompleksitas regulasi internasional semakin meningkat. Perusahaan tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan reaktif; mereka harus secara proaktif membangun sistem kepatuhan,” ujar Marzuki.