Liputan6.com, Jakarta - CEO Tesla Elon Musk telah berjanji “secara signifikan” memangkas perannya di pemerintahan Amerika Serikat (AS). Hal ini setelah Tesla melaporkan penurunan besar dalam laba dan penjualan pada awal 2025.
Mengutip BBC, ditulis Kamis (24/4/2025), Elon Musk telah memimpin badan penasihat yang baru dibentuk yakni Department for Government Efficiency (DOGE). Sejak tahun lalu, Elon Musk fokus di pusat pemotongan pengeluaran dan lapangan kerja AS.
Namun, Musk menuturkan, alokasi waktunya untuk Doge akan berkurang signifikan mulai bulan depan. Elon Musk akan menghabiskan satu hingga dua hari per minggu setelah tudingan telah mengalihkan fokusnya dari Tesla. Keterlibatan Elon Musk di dunia politik telah memicu protes dan boikot mobil Tesla di seluruh dunia.
Pegawai pemerintah sementara seperti Musk biasanya dibatasi bekerja selama 130 hari setahun. Jika dihitung sejak hari pelantian Presiden AS Donald Trump akan berakhir akhir bulan depan.
Namun, tidak jelas kapan Elon Musk yang menyumbang lebih dari seperempat miliar dolar AS untuk pemilihan kembali Donald Trump akan mengundurkan diri sepenuhnya.
Trump menuturkan, awal bulan ini akan mempertahankan Musk selama dapat dipertahankannya.
Bos perusahaan teknologi itu akan mengalokasikan lebih banyak waktu untuk Tesla. Namun, ia juga isyaratkan tidak akan meninggalkan pemerintahan Donald Trump sepenuhnya. Ia menyebutkan pekerjaan itu “kritis” dan berjanji untuk tetap bekerja selama presiden menginginkan dirinya melakukannya dan selama itu berguna.
Pada Selasa waktu setempat Tesla melaporkan penurunan penjualan mobil sebesar 20% untuk tiga bulan pertama tahun ini dibandingkan periode sama tahun lalu. Sementara itu, laba turun terpangkas lebih dari 70%.
Perseroan memperingatkan investor kalau tekanan dapat berlanjut, menolak memberikan perkiraan pertumbuhan sambil mengatakan “perubahan sentimen politik” dapat secara signifikan merugikan permintaan. Elon Musk menyalahkan pemboikotan mobil Tesla pada orang yang akan mencoba menyerangnya dan tim doge.
Tarif Trump
Tarif Trump terhadap China juga sangat membebani Tesla. Meskipun kendaraan yang dijual Tesla di pasar dalam negeri dirakit di AS, perusahaan itu bergantung pada banyak suku cadang yang dibuat di China. "Kebijakan perdagangan yang berkembang pesat" dapat merusak rantai pasokannya dan meningkatkan biaya, menurut perusahaan itu.
"Dinamika ini, bersama dengan perubahan sentimen politik, dapat berdampak signifikan pada permintaan produk kami dalam waktu dekat,"
Musk telah berselisih pendapat tentang perdagangan dengan tokoh pemerintahan Trump lainnya, termasuk penasihat perdagangan Peter Navarro.
Pada Selasa, Musk mengatakan, Tesla adalah perusahaan mobil yang paling tidak terpengaruh oleh tarif karena rantai pasokannya yang terlokalisasi di Amerika Utara, Eropa, dan Tiongkok. Namun, ia menambahkan tarif "masih sulit bagi perusahaan yang marginnya rendah".
"Saya akan terus mengadvokasi tarif yang lebih rendah daripada tarif yang lebih tinggi, tetapi hanya itu yang dapat saya lakukan," katanya.
Elon Musk Jual X ke Perusahaan AI Miliknya, Segini Nilainya
Sebelumnya, pada Jumat malam, Elon Musk mengumumkan telah menjual perusahaan media sosialnya, X dahulu bernama Twitter, ke xAI, perusahaan kecerdasan buatan (AI) miliknya. xAI akan membayar USD 45 miliar atau sekitar Rp 745,51 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 16.567) untuk X, sedikit lebih mahal dibandingkan harga yang dibayar Musk saat membeli pada 2022.
Namun, kesepakatan baru ini mencakup utang sebesar USD 12 miliar atau sekitar Rp 198,80 triliun. Musk menulis di akun X-nya kesepakatan ini membuat nilai X menjadi USD 33 miliar atau sekitar Rp 546,71 triliun.
“Masa depan xAI dan X saling terhubung. Hari ini, kami secara resmi mengambil langkah untuk menggabungkan data, model, komputasi, distribusi, dan talenta. Kombinasi ini akan membuka potensi besar dengan menggabungkan keahlian AI canggih xAI dengan jangkauan luas X," tulis Musk, dikutip dari CNN, Sabtu (29/3/2025).
Musk tidak mengumumkan perubahan langsung pada X, meskipun chatbot AI xAI bernama Grok sudah terintegrasi ke dalam platform media sosial tersebut. Ia mengatakan, kombinasi ini akan “memberikan pengalaman yang lebih cerdas dan bermakna.” Menurut dia, nilai perusahaan gabungan ini mencapai USD 80 miliar atau sekitar Rp 1.325 triliun.
Musk telah melakukan banyak perubahan pada X sejak membelinya pada 2022, yang menyebabkan beberapa pengiklan besar meninggalkan platform tersebut. Ia memecat 80% karyawan perusahaan, mengubah sistem verifikasi akun, dan mengaktifkan kembali akun yang sebelumnya ditangguhkan, termasuk akun kelompok supremasi kulit putih.
Meskipun nilai X lebih rendah dibandingkan harga yang dibayarkan Musk saat membelinya, perusahaan ini mengalami pemulihan. Pada Oktober lalu, firma investasi Fidelity memperkirakan nilai X turun hampir 80% sejak dibeli Musk. Namun, pada Desember, nilai X mulai pulih meskipun masih sekitar 30% dari harga pembelian awal.
Ingin Bangun Reputasi sebagai Pemimpin di AI
Berita ini juga muncul di tengah sorotan terhadap peran Musk di Departemen Efisiensi Pemerintah dalam pemerintahan Trump, yang menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana ia masih fokus pada perusahaannya, terutama Tesla. Dengan menggabungkan X dan xAI, Musk dapat menyelaraskan usahanya dengan lebih efisien.
Musk juga ingin membangun reputasi sebagai pemimpin di bidang AI, yang menjadi fokus utama bagi pemerintahan Trump dan industri teknologi. Awal tahun ini, Musk memimpin kelompok investor yang berusaha membeli OpenAI, pembuat ChatGPT, dengan harga hampir USD 100 miliar—langkah besar dalam persaingannya dengan CEO OpenAI, Sam Altman.
Belum jelas bagaimana akuisisi ini akan membantu ambisi AI Musk. Namun, integrasi yang lebih erat dengan X memungkinkan xAI untuk lebih cepat memperkenalkan model AI dan fitur terbaru ke khalayak luas.