Elon Musk Akui Kewalahan Urus Bisnis Usai Pimpin Departemen Efisiensi AS

20 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Orang terkaya di dunia, Elon Musk mengungkapkan mengalami kesulitan dalam menjalankan bisnisnya, menyusul penurunan drastis pada saham Tesla.

Saham Tesla telah jatuh setiap minggu sejak Musk menjabat kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) di bawah Presiden AS Donald Trump, dalam upaya untuk mengurangi pengeluaran pemerintah federal AS dan jumlah pegawai.

Mengutip CNBC International, Selasa (11/3/2025) Musk juga berharap untuk tetap berada di pemerintahan Trump selama satu tahun lagi. Tesla sejauh ini telah kehilangan lebih dari 50% kapitalisasi pasarnya, yang setara dengan hampir USD 800 miliar.

"Ini akan baik-baik saja dalam jangka panjang," tulis Musk di platform media sosial X.

Elon Musk mencatat, saat ini ada lebih dari 100 orang di tim DOGE, yang ditempatkan di hampir setiap lembaga pemerintah.

Ia mengatakan, jumlah tersebut mungkin meningkat menjadi 200. "Kecuali kita dihentikan, kita akan memperoleh penghematan sebesar USD 1 triliun," beber Musk.

Selain Tesla dan X, bisnis Musk lainnya termasuk perusahaan eksplorasi ruang angkasa SpaceX dan perusahaan neuroteknologi Neuralink.

Dalam sebuah wawancara, jurnalis Fox Business Larry Kudlow mengatakan bahwa sebagai pimpinan DOGE, "Anda melepaskan hal-hal lain."

"Bagaimana Anda menjalankan bisnis Anda yang lain?" tanya Kudlow.

Musk menjawab, "Dengan susah payah".

Estimasi penghematan Musk telah dipertanyakan, dan DOGE telah menghapus beberapa penghematan terbesar yang tercantum di situs webnya.

Sejak DOGE memulai upayanya, lapangan kerja pemerintah federal turun sebanyak 10.000 pekerjaan pada bulan Februari, menurut data yang dirilis hari Jumat oleh Biro Statistik Tenaga Kerja.

Promosi 1

Kekayaan Elon Musk Susut Rp 116,5 Triliun dalam Satu Hari, Ini Penyebabnya

Diwartakan sebelumnya, kekayaan Musk mengalami penurunan drastis. Pada Maret 2025, kekayaan Elon Musk anjlok hingga di bawah USD 400 miliar. Kekayaan Elon Musk sentuh USD 347,7 miliar atau sekitar Rp 5.709 triliun pada 4 Maret 2025. Hal ini membawa posisi Elon Musk berada di posisi dua dari daftar orang terkaya dunia berdasarkan Forbes.

Pada 12 Februari 2025, kekayaan Elon Musk turun USD 12,5 miliar atau Rp 204,6 triliun (kurs Rp 16.371 per USD), menjadi USD 378,8 miliar atau sekitar Rp 6,188 triliun. Untuk pertama kali, kekayaan Elon Musk di bawah USD 400 miliar saat itu.

Penurunan ini terutama disebabkan oleh anjloknya harga saham Tesla hingga 27 persen. Tesla mengalami penurunan penjualan year over year pertamanya di tahun 2024, dengan penjualan 20.000 kendaraan lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya.

Persaingan ketat dengan produsen mobil China, BYD, yang menawarkan harga lebih terjangkau dan teknologi AI yang lebih maju, juga menjadi faktor penyebabnya. Hal ini menjadi pukulan bagi Tesla yang belum mampu mewujudkan janji teknologi AI-nya, sebagian karena hambatan regulasi.

Koreksi saham Tesla berlanjut pada Maret 2025 sehingga menekan kekayaan Elon Musk. Harga saham Tesla turun 4,43 persen menjadi USD 272,04 pada Selasa, 4 Maret 2025.

Seiring hal itu, kekayaan Elon Musk turun USD 7,1 miliar atau sekitar Rp 116,5 triliun pada Selasa, 4 Maret 2025 menjadi USD 347,7 miliar. Hal ini berdasarkan real time Forbes.

Harta Elon Musk turun USD 116,3 miliar atau sekitar Rp 1.908 triliun dari rekor sekitar USD 464 miliar pada 17 Desember.  Saat itu, saham Tesla tembus rekor USD 480 per saham. 

Saham Tesla Melemah

Tesla, sumber utama kekayaan Elon Musk (sekitar 60 persen), mengalami tahun yang sangat buruk. Penurunan permintaan dan kontroversi yang melibatkan Elon Musk dalam politik turut memperburuk situasi.

Pada 4 Maret 2025, kekayaan Elon Musk turun lagi USD 7,1 miliar, menjadi USD 347,7 miliar. Ini merupakan penurunan USD 116,3 miliar dari rekor tertinggi USD 464 miliar pada 17 Desember 2024, saat saham Tesla mencapai puncaknya di USD 480 per saham.

Penurunan harga saham Tesla juga berdampak pada indeks S&P 500, yang turun lebih dari 1 persen di tahun 2025 dan menyentuh level terendah. Situasi ini semakin diperparah oleh kebijakan tarif dagang yang diterapkan Presiden AS Donald Trump.

Tarif Dagang Pengaruhi Tesla

Kebijakan tarif dagang yang diterapkan Presiden AS Donald Trump terhadap Kanada, China, dan Meksiko berdampak signifikan terhadap Tesla. China merupakan pasar terbesar kedua untuk kendaraan listrik Tesla.

Sementara itu, produsen mobil AS lainnya bergantung pada impor suku cadang dari Kanada. "Tarif akan berdampak pada bisnis dan profitabilitas kami mengingat Tesla masih sangat bergantung pada suku cadang dari seluruh dunia untuk semua bisnis kami," ujar Chief Financial Officer Tesla Vaibhav Taneja seperti dikutip dari Forbes.

Ketergantungan Tesla pada rantai pasokan global membuatnya sangat rentan terhadap kebijakan proteksionis seperti tarif dagang. Hal ini semakin memperburuk penurunan harga saham Tesla dan kekayaan Elon Musk.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |