Dwelling Time Januari–Oktober 2025 Sentuh 2,93 Hari

7 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga National Single Window (LNSW) melaporkan agregat dwelling time sepanjang Januari hingga Oktober 2025 berada di level 2,93 hari. Angka tersebut masih sedikit lebih tinggi dari target rata-rata dwelling time 2025 yang diharapkan dapat ditekan hingga 2,87 hari.

Kepala LNSW Oza Olavia menyampaikan, target tersebut tetap memungkinkan untuk dicapai, meski sangat dipengaruhi oleh dinamika operasional di lapangan dan faktor eksternal yang kerap berubah. Ia mencontohkan, periode libur panjang, seperti Lebaran, yang biasanya membuat indeks dwelling time meningkat signifikan karena adanya penyesuaian operasional aktivitas bongkar muat di pelabuhan.

"Itu kalau misalnya libur itu panjang banget, biasanya ada holiday atau Lebaran, kebetulan Lebaran kita dua minggu (libur), pelabuhan tidak boleh di open, itu otomatis dia akan ada penumpukan di Pelabuhan. Kalau ada penumpukan, pasti waktunya akan tinggi," ujarnya dalam media gathering, Kamis (4/12/2025).

Karena itu, Oza menegaskan pentingnya keterbukaan informasi terkait faktor yang menyebabkan fluktuasi indikator tersebut, terutama ketika terjadi kondisi ekstrem.

"Kalaupun begitu kita harus bisa menjelaskan, menginformasikan di mana penyebab-penyebabnya itu yang harus kita mitigasi. Bukan karena misalnya ada hal-hal tertentu sehingga dia tertahan, tapi karena lebih bagaimana ada kondisi-kondisi yang ekstrem yang harus kita informasikan," lanjutnya.

LNSW juga mencatat dwelling time pada Oktober 2025 berada di level 2,47 hari. Sementara itu, rata-rata dwelling time pada 2024 tercatat 2,86 hari, meningkat dari 2,62 hari pada 2023, dan sedikit lebih tinggi dibanding 2022 yang berada pada 2,84 hari.

Oza mengingatkan, perbandingan antar negara tidak dapat dilakukan secara langsung, mengingat karakteristik logistik Indonesia berbeda dengan negara hub seperti Singapura.

Indonesia, kata dia, merupakan negara dengan pelabuhan yang melakukan proses bongkar muat secara penuh, sementara Singapura didominasi aktivitas transit di mana kontainer hanya lewat, diturunkan sementara, lalu dipindahkan ke kapal lain tanpa proses distribusi atau pemeriksaan yang kompleks.

"Itulah kenapa dalam melihat dwelling time kita juga harus melihat tipikal dari ekspor logistik dari suatu negara," pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |