Denyut Merah Putih di Pasar Senen, Penjualan Turun Drastis

3 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang peringatan 17 Agustus, warna merah dan putih mulai menghiasi sepanjang jalan di Pasar Senen. Bendera-bendera berbagai ukuran berkibar di atas kepala, umbul-umbul panjang melambai-lambai, dan pakaian upacara tertata rapi di etalase toko, semuanya siap menunggu pembeli.

Pada Senin siang, 11 Agustus 2025, Pasar Senen tampak hidup dan ramai. Derap langkah orang hilir-mudik berpadu dengan suara pedagang yang saling bersahutan menawarkan dagangan, diiringi suara tawar-menawar yang tak kalah seru.

Di tengah keramaian itu, beberapa pembeli terlihat membawa bendera merah putih yang terlipat rapi, sementara yang lain sabar menunggu pesanan mereka selesai di toko bendera.  Suasana hangat dan riuh itu seperti menjadi pertanda bahwa perayaan HUT RI ke-80 sudah di depan mata.

Di salah satu sudut pasar, Siti Kusmayati (48) duduk tenang di tokonya, “Tunas Karya Mandiri,” yang berlokasi di Blok 3, Lantai 1 No. CKS 263-265. Tangannya lincah mencatat nota pembelian sambil sesekali melayani pembeli yang bertanya harga.

Toko itu telah menjadi bagian dari hidup keluarganya selama hampir lima puluh tahun. Awalnya, usaha ini berdiri pada era 1970-an, saat mertua Siti membuka jasa jahit atau tailor, sebelum akhirnya berkembang menjadi toko perlengkapan seperti sekarang.

“Usaha ini sebenarnya warisan orang tua, mertua saya, sejak tahun 70-an,” kata Siti sambil tersenyum.

“Dulu mereka tidak memasang reklame, hanya jasa jahit tailor saja. Setelah itu suami saya yang melanjutkan dan mengubahnya sesuai zaman. Kalau sudah mendekati Agustusan, kami lebih banyak menyiapkan bendera merah putih dan atribut yang berhubungan dengan kemerdekaan. Jadi memang fokus kami ikut suasana, banyak sekali yang cari atribut merah putih saat ini.” kata dia. 

Bendera Paling Laku

Menjelang Agustusan, barang-barang bernuansa merah putih langsung jadi primadona. Mulai dari bendera, umbul-umbul, hingga fitrase yang biasanya dipasang di kantor-kantor dan gedung-gedung, semua diburu oleh pembeli.

“Ya, pasti yang berkaitan dengan Agustus dan merah putih lah. Bendera, umbul-umbul, fitrase yang dipajang di kantor-kantor atau gedung-gedung. Itu yang paling laku, banyak dicari,” ujar wanita yang akrab disapa Ummi sambil menunjuk tumpukan bendera yang siap dijual.

Hal serupa juga diungkapkan oleh penjual di Toko Sheraton Advertising, yang berlokasi di Blok 3 Lantai 1 BKS 201–203. Toko yang menyediakan berbagai pernak-pernik ini telah berdiri selama hampir tiga dekade.

“Kalau kami, paling banyak jual bendera. Mulai dari bendera hias, bendera untuk dipasang di rumah, bendera mobil, sampai bendera kantor. Ada juga PDU untuk upacara,” jelas Sri Yati (40), penjaga toko tersebut.

Jauh dari Papua

Para pembeli tidak hanya berasal dari sekitar Jakarta, tetapi juga dari berbagai kota lain. “Enggak, seluruh Indonesia ada. Ternate ada. Terus, langganan Umi itu, ya. Di Lombok ada. Terus, di Bali ada. Di Papua ada. Tapi, enggak banyak. Kan, sekarang kan, saingan banyak,” ujar Siti.

Para pembeli datang bukan hanya dari Jakarta, tetapi juga dari berbagai kota lain. Mereka membeli untuk beragam kebutuhan, mulai dari pribadi hingga kantor. Salah satunya adalah Rohman, yang setiap tahun memesan bendera di Toko Tunas Karya Mandiri untuk keperluan kantornya.

Beragam jenis bendera dan umbul-umbul tersebut dijual dengan harga mulai dari belasan ribu hingga ratusan ribu rupiah, menyesuaikan ukuran dan bahan yang digunakan.

Omzet Turun

Meski pilihan lengkap dan stok melimpah, para pedagang justru mengeluhkan penjualan yang justru mengalami penurunan hingga 70 persen dari tahun sebelumnya.

“Turunnya 70 persen. Jauh, jauh banget. Kalau tahun kemarin masih mending, ya. Kita jual plate rice gini bisa ribuan meter. Kalau sekarang, mah, jauh, Neng. Umi aja sekarang, tuh, nyetoknya cuman berapa meter, ya. Kurang lebih seribu meter, ya. Tapi, masih banyak. Kalau tahun kemarin, tuh, seribu meter, tuh, lebih,” kata Siti.

Penjual dari toko juga mengeluhkan hal yang sama. “(Omzet) tahun ini terjun bebas. Dari 2 tahun terakhir sih, pokoknya kita tuh semenjak Covid aja itu menurun setengahnya, kalau sekarang lebih lagi, lebih turun lagi,” keluh Sri.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |