Liputan6.com, Jakarta - Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) menegaskan, sumber dana Danantara berasal dari dividen yang diperoleh setiap tahun, dan bukan dari dana perbankan BUMN.
Hal itu disampaikan Chief Executive Officer (CEO) atau Kepala Eksekutif Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Roeslani dalam acara Indonesia Economic Outlook 2025, seperti dikutip dari Antara, Rabu, 26 Februari 2025, ditulis Sabtu (1/3/202)
Rosan menuturkan, dana yang digunakan untuk investasi oleh BPI Danantara adalah dividen tahunan yang dihasilkan oleh seluruh BUMN, dan bukan dari operasional atau dana yang ada di bank BUMN.
"Dana yang kita dapatkan, ini kan adalah dana dari dividen setiap tahun yang dihasilkan oleh semua BUMN ini. Nah ini biar pemahamannya sama dulu nih. Jadi kita investasi ini di level Danantara ini, bukan kita ambilin dari misalnya operasional BUMN, bukan, salah. Ini pengertian yang benar-benar salah," tutur dia.
Rosan menuturkan, anggapan terkait dana yang digunakan berasal perbankan BUMN untuk investasi adalah pemahaman yang keliru dan tidak sesuai dengan prinsip pengelolaan BPI Danantara.
"Biar ini sama dulu, clear dulu, bukan kita bilang oh dana bank-bank diambilin untuk investasi, dari dana masyarakat, itu benar-benar sangat-sangat menyesatkan," kata dia.
Rosan menegaskan, dana yang diperoleh bukanlah dana masyarakat yang ada di bank BUMN, tetapi dividen yang sebelumnya disetorkan ke Menteri Keuangan dan sekarang dikelola secara mandiri oleh Danantara.
"Nanti duit dari Bank Mandiri, Bank BNI, kita ambilin buat investasi, itu adalah pengertian yang salah, salah total. Justru kita bisa berinvestasi dari dividen dari keuntungan yang dibagikan kepada yang selama ini diberikan kepada Menteri Keuangan. Sekarang dapat kami kelola sendiri, untuk apa? Untuk investasi," kata dia.
Pengelolaan Dana Dividen
Rosan juga menuturkan, dengan pengelolaan dana dividen yang lebih terstruktur, BPI Danantara dapat lebih optimal saat melakukan investasi, terutama di sektor-sektor strategis seperti energi dan ketahanan pangan.
"Kita bisa investasikan ke bidang-bidang tentunya hilirisasi, energi baru terbarukan, ketahanan pangan, ketahanan energi, yang intinya mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian Indonesia," ucapnya.
Rosan menambahkan, pengelolaan dana investasi dilakukan dengan hati-hati dan transparan, bukan hanya keputusan sepihak, melainkan melalui proses yang melibatkan berbagai pihak dalam struktur organisasi Danantara.
Dalam proses pengelolaan investasi, BPI Danantara memiliki komite investasi yang terdiri atas berbagai level, termasuk CEO, Chief Investment Officer, hingga pengawas internal yang bertugas memastikan prinsip kehati-hatian.
Pengelolaan yang berlapis ini dimaksudkan untuk menjaga efisiensi dan produktivitas dalam menjalankan investasi, sembari tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian yang sangat penting dalam sektor ini.
Rosan menuturkan, dengan struktur pengawasan yang jelas, BPI Danantara dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia, seperti penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan sektor energi baru terbarukan.
"Jadi ini memang kita buat berlapis untuk asas kehati-hatian, kita selalu utamakan. Tapi tanpa mengurangi dari segi efisiensi dan juga produktivitas," kata dia.
Danantara Bentuk Dua Holding
Sebelumnya, Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) akan memiliki induk usaha yang berperan pada sisi operasional dan investasi. Keduanya memiliki fokus tersendiri dalam mengelola perusahaan pelat merah.
Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria menjelaskan tujuan pembentukan Holding Operasional dan Holding Investasi dalam badan baru tersebut. Tujuan besarnya, kedua holding akan mengoptimalkan pengelolaan BUMN.
Perlu diketahui, seluruh BUMN ditargetkan bisa dikelola oleh Danantara maksimal akhir Maret 2025, bulan depan.
"Pemisahan ini dilakukan karena karakteristik risiko dari masing-masing aspek sangat berbeda. Dengan demikian, masyarakat dapat memahami bahwa operasional BUMN tidak akan bercampur dengan investasi. Struktur ini telah didesain sejak awal untuk menghindari pencampuran risiko," kata Dony dalam BNI Investor Daily Roundtable, di Jakarta, Kamis (27/2/2025).
Pertama, dalam holding operasional, akan dilakukan berbagai proses, dimulai dari fundamental business review. Setiap perusahaan dalam BUMN akan dianalisis dari berbagai aspek, termasuk revenue stream, business model, ukuran pasar, serta proyeksi masa depan.
"Analisis ini bertujuan untuk mengklasifikasikan perusahaan yang memiliki kapasitas untuk dikembangkan, sebagaimana yang diharapkan oleh Presiden agar BUMN dapat menjadi pemain global, bukan hanya domestik," ungkapnya.
Berikutnya, BUMN dalam Holding Operasional akan diklasterisasi ulang dan dilakukan konsolidasi. Pasalnya, masih banyak lini bisnis serupa yang terbesar di banyak BUMN.
"Dengan adanya Danantara, proses konsolidasi bisnis ini dapat dilakukan dengan lebih mudah," ujarnya.
Holding Investasi
Kedua, Holding Investasi yang akan mengoptimalkan peran BUMN untuk melakukan investasi ke proyek-proyek jumbo. Sumber utama investasi ini dari dividen BUMN.
"Sebagai ilustrasi, jika dividen yang disetorkan mencapai Rp 200 triliun, maka dana ini dapat dikelola untuk menghasilkan kapasitas investasi yang jauh lebih besar, sebagaimana konsep repayment capacity dalam dunia perbankan," kata Wakil Menteri BUMN ini.
Dia menegaskan, model ini membuat risiko investasi tidak berhubungan langsung dengan BUMN. Semua dana investasi ditempatkan dalam sovereign wealth fund, yaitu Danantara.
"Dengan adanya pemisahan pengelolaan ini, kapasitas ekonomi Indonesia meningkat pesat. Jika sebelumnya investasi hilirisasi sangat bergantung pada investor asing, kini Indonesia dapat mengambil peran lebih besar," tuturnya.