OJK: Sektor Jasa Keuangan Tetap Tangguh

8 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta Seiring ketidakpastian yang meningkat akibat tarif dagang AS dan indikator ekonomi global yang cenderung bergerak melemah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memonitor dinamika global dan domestik serta melakukan stress test untuk melihat dampaknya terhadap sektor jasa keuangan.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan saat ini sektor jasa keuangan nasional dinilai tetap resilien dengan permodalan yang solid dan mampu menyerap potensi peningkatan risiko ke depan. “Stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga di tengah-tengah tingginya dinamika perekonomian dan volatilitas pasar keuangan global,” ujar Mahendra dalam Konferensi Pers, Asesmen Sektor Jasa Keuangan dan Kebijakan OJK Hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan April 2025 di Jakarta, Jumat (9/5/2025).

Di tengah kondisi tersebut, OJK juga meminta Lembaga Jasa Keuangan secara proaktif melakukan asesmen atas perkembangan terkini dan melakukan asesmen lanjutan atas dampak kebijakan penerapan tarif yang dapat memengaruhi kinerja debitur khususnya yang memiliki eksposur pada sektor terdampak.

Hal ini dilakukan agar Lembaga Jasa Keuangan mampu mengambil langkah antisipatif dalam memitigasi peningkatan risiko termasuk membentuk pencadangan yang memadai.

Terkait aspek kebijakan terintegrasi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, OJK turut mendukung upaya pengembangan ekonomi daerah melalui pengembangan sektor agrikultur, pariwisata dan ekonomi kreatif dengan mengarahkan pembiayaan atau penyaluran kredit serta melibatkan asuransi untuk memitigasi risiko yang muncul dan membentuk ekosistem yang memadai.

“OJK juga mendorong penguatan peran sektor jasa keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah melalui program pengembangan ekonomi daerah atau PED yang dilaksanakan dalam wadah Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah, TPAKD, bersama para pemaku kepentingan,” jelas Mahendra.

Kinerja Industri Perbankan

Kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga. Pada Maret 2025, kredit tumbuh 9,16 persen yoy (Februari 2025: 10,30 persen) menjadi Rp7.908,42 triliun.

Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 4,75 persen yoy (Februari 2025: 5,75 persen yoy) menjadi Rp9.010 triliun, dengan giro, tabungan, dan deposito masing-masing tumbuh sebesar 4,01 persen, 7,74 persen, dan 4,75 persen yoy.

Likuiditas industri perbankan pada Maret 2025 tetap memadai, dengan rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) masing-masing 116,05 persen (Februari 2025: 116,76 persen) dan 26,22 persen (Februari 2025: 26,35 persen), masih di atas threshold masing-masing 50 persen dan 10 persen. Adapun Liquidity Coverage Ratio (LCR) berada di level 204,77 persen.

Sementara itu, kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,17 persen (Februari 2025: 2,22 persen) dan NPL net 0,80 persen (Februari 2025: 0,81 persen). Loan at Risk (LaR) juga relatif stabil, tercatat 9,86 persen (Februari 2025: 9,77 persen).

Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun rasio NPL gross dan LaR menurun dibandingkan posisi Maret 2024 yang masing-masing sebesar 2,25 persen dan 13,94 persen. Rasio LaR tersebut juga sudah di bawah level sebelum pandemi yaitu sebesar 9,93 persen pada Desember 2019.

Ketahanan perbankan juga tetap kuat tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 25,43 persen (Februari 2025: 26,95 persen), menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |