CEO Lyft Pernah Tinggalkan Microsoft demi Gabung ke Amazon, Ini Cara Jeff Bezos Meyakinkannya

2 weeks ago 15

Liputan6.com, Jakarta - Keputusan David Risher meninggalkan Microsoft pada 1996 sempat mengejutkan banyak pihak, termasuk Bill Gates.

Saat itu, Microsoft sudah menjadi salah satu perusahaan teknologi terbesar dunia dengan pendapatan hampir USD 8,7 miliar per tahun.

Namun, Risher memilih hengkang dan bergabung dengan Amazon, yang saat itu hanyalah startup buku online kecil dengan pendapatan USD 15,7 juta atau Rp 260,14 miliar (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.570) per tahun. Demikian mengutip dari CNBC, Rabu (8/10/2025).

Dalam podcast Fortune Leadership Next yang tayang pada 30 September, Risher, yang kini menjabat sebagai CEO Lyft menyampaikan, "itu bukan keputusan yang sepenuhnya rasional.”

Ia kemudian menjabat Vice President Senior yang memimpin divisi ritel Amazon di Amerika Serikat dari 1997 hingga 2002.

Risher mengungkapkan, Gates sempat mencoba untuk membujuknya agar tetap bertahan di Microsoft.

Saat itu, Risher dikenal sukses karena berhasil mengembangkan produk basis data pertama Microsoft, Access. Gates yang kala itu merupakan orang terkaya di dunia dengan kekayaan sekitar USD 18 miliar atau Rp 2.982 triliun, merasa heran.

Ia mempertanyakan alasan Risher ingin meninggalkan perusahaan besar demi startup dengan pendapatan yang lebih kecil. Saat membujuk Risher, Jeff Bezos baru mendirikan Amazon selama dua tahun.

“‘Segalanya berjalan baik di sini. Jadi kamu benar-benar ingin meninggalkan perusahaan sebesar ini demi toko buku online kecil yang bahkan belum dikenal orang? Itu keputusan paling bodoh yang pernah saya dengar,’” kenang Risher menirukan ucapan Gates.

Meski begitu, Risher sudah terlanjur yakin. Ia mengaku, Jeff Bezos mampu meyakinkannya dengan visi yang sangat kuat.

Terpikat oleh Visi Jeff Bezos

Risher pertama kali berkenalan dengan Bezos setahun sebelum bergabung ke Amazon. Kala itu, Bezos meneleponnya untuk menanyakan referensi kerja bagi calon karyawan baru.

"Kami berbincang cukup lama, dan saya terkesan dengan pertanyaan-pertanyaannya,"

Bayangkan, CEO Amazon meluangkan waktu 45 menit untuk melakukan pengecekan latar belakang,” ujar Risher dalam wawancara bersama jurnalis Danielle Newnham pada 2015.

Setahun kemudian, Risher semakin terpesona dengan visi Bezos hingga memutuskan untuk mengikuti proses wawancara di Amazon. Ada dua hal yang membuatnya yakin. Pertama, obsesi Bezos terhadap pengalaman pelanggan.

"Gagasan bahwa kamu bisa meningkatkan kehidupan jutaan pelanggan dengan mengambil tanggung jawab itu secara serius itu sangat kuat," kata Risher.

Alasan kedua adalah keyakinan Bezos, Amazon akan tumbuh menjadi perusahaan besar di masa depan. Saat itu, Amazon masih kecil dan hanya menjual buku.

Namun, Bezos sudah memiliki pandangan jauh ke depan. Mulai dari buku, lalu memperluasnya ke berbagai kategori produk hingga menjadi “toko serba ada” seperti sekarang.

"Saya pikir jika kita melakukan segalanya dengan benar, pada tahun 2000 nanti kita akan menjadi perusahaan bernilai satu miliar dolar," ujar Bezos kepada Risher kala itu.

Dari Startup Kecil Jadi Raksasa E-Commerce

Bagi Risher, tawaran itu terasa sangat menggoda. Menjadi bagian dari pertumbuhan luar biasa antara teknologi dan budaya merupakan kesempatan yang langka menurutnya.

“Saya berpikir, seberapa sering kamu bisa bergabung dengan perusahaan yang berada di titik penting dan ikut membangunnya menjadi sesuatu yang bernilai miliaran dolar?” ujarnya kepada Fortune, dilansir dari CNBC.

Prediksi Bezos pun terbukti. Pada tahun 1999, Amazon berhasil mencatat pendapatan sebesar USD 1,6 miliar, setahun lebih awal dari target yang ditetapkan.

Risher, yang saat itu menjadi karyawan ke-37 di Amazon, memegang peran penting dalam ekspansi perusahaan ke kategori baru seperti musik, film, dan mainan.

Saat ia meninggalkan Amazon pada 2002 untuk menjadi dosen di University of Washington, pendapatan tahunan perusahaan ini sudah melonjak hingga USD 3,9 miliar.

Gaya Kepemimpinan Terinspirasi Jeff Bezos dan Bill Gates

Di usianya yang menginjak 60 tahun, Risher menjabat sebagai CEO Lyft. Tanggung jawab ini ia emban sejak 2023. Ia menyebut gaya kepemimpinannya banyak terinspirasi oleh dua mantan bosnya, Bill Gates dan Jeff Bezos.

Meski kariernya kini telah jauh berkembang, Risher masih mengenang masa-masa awal Amazon dengan penuh kebanggaan.

“Itu benar-benar seperti roket yang melesat cepat dan rasanya luar biasa untuk menjadi bagian dari perjalanan itu,” kenangnya.

“Membangun sesuatu yang belum pernah ada sebelumnya, dalam skala sebesar itu, adalah pengalaman yang sangat berkesan,” ungkap Risher.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |