Catatan BPS Soal Kinerja Ekspor Impor September 2025: Harga Logam Mulia Naik, Energi Merosot

11 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan catatan peristiwa yang mempengaruhi kinerja ekspor dan impor Indonesia pada September 2025.

Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini, menyampaikan pada September 2025 secara umum harga komoditas di pasar global bervariasi baik secara month to month maupun secara year on year.

"Kenaikan harga secara bulanan dan tahunan terjadi pada kelompok logam mulia serta logam dan mineral dan kemudian peningkatan harga komoditas logam mulia ini lebih didorong oleh peningkatan harga emas," kata Pudji dalam konferensi pers BPS, Senin (3/11/2025).

Di sisi lain harga komoditas energi mengalami penurunan secara bulanan dan tahunan hal ini disebabkan karena terjadinya penurunan harga minyak mentah dan batu bara.

"Sedangkan harga komoditas pertanian mengalami perubahan atau penurunan secara bulanan tetapi meningkat secara tahunan," ujarnya.

Khusus untuk harga komoditas batu bara mengalami penurunan secara month to month sebesar 5,20% maupun secara tahunan atau yoy sebesar 23,62%

Catatan Peristiwa lainnya

BPS mencatat sementara untuk harga komoditas Minyak kelapa sawit mengalami peningkatan baik secara month to month sebesar 1,19% maupun secara year on year yaitu sebesar 5,65%.

"Kemudian pada September 2025 ini PMI manufaktur negara mitra dagang utama seperti India Amerika Serikat dan Tiongkok berada pada zona Expensive sementara Jepang berada di zona kontraksi," ujarnya.

Kinerja Ekspor dan Impor September 2025

BPS mencatat nilai impor pada September 2025 mencapai USD 20,34 miliar atau naik 7,17% dibandingkan kondisi September 2024.

"Nilai impor migas sebesar USD 2,64 miliar atau naik 4,29 persen secara tahunan. Sementara itu, nilai impor nonmigas adalah sebesar USD 17,70 miliar dan mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 7,62%," ujarnya.

Nilai Ekspor

Sementara, pada September 2025 nilai ekspor mencapai USD 24,68 miliar atau naik 11,41% dibandingkan dengan September 2024. Untuk rinciannya, nilai ekspor migas tercatat senilai USD 0,99 miliar atau turun 13,61%.

Kemudian, nilai ekspor non migas tercatat naik sebesar 12,79% dengan nilai USD 23,68 miliar. Peningkatan nilai ekspor September 2025 secara tahunan terutama didorong oleh kenaikan nilai ekspor non migas yaitu pada komoditas logam mulia dan perhiasan atau permata atau HS 71 yang naik 168,57% dengan andil 5,66%.

Ekspor-Impor Melonjak, BPS: Bukan karena Tarif Trump

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan pertumbuhan tinggi terjadi pada komponen ekspor dan impor belum berkaitan langsung dengan kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Wilayah BPS, Moh. Edy Mahmud, menjelaskan bahwa tarif tambahan dari AS belum berlaku pada periode yang dicatat dalam rilis triwulan II 2025.

"Seingat saya tarif itu kan belum diberlakukan ya, nanti berlakunya efektif di Agustus. Jadi, mungkin bisa jadi ada penyesuaian-penyesuaian tapi sampai dengan Juni 2025 tarif baru itu memang belum diberlakukan," kata Edy dalam konferensi pers Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2025, Selasa (5/8/2025).

Edy menambahkan bahwa komoditas utama yang menopang ekspor Indonesia selama triwulan II antara lain minyak kelapa sawit (CPO), besi dan baja termasuk feronikel, batu bara, mesin dan peralatan listrik, serta minyak dan gas bumi.

Aktivitas Ekonomi Global Meningkat

"Kemudian besi dan baja, jadi ekspor veronikel kita besi dan baja termasuk kategori ini juga cukup tinggi, bahan bakar mineral terutama batu bara, mesin dan peralatan listrik serta migas," ujarnya.

Meski belum dipengaruhi tarif baru dari AS, kinerja ekspor dan impor Indonesia tercatat meningkat tajam pada triwulan II 2025. Lonjakan ini dinilai sebagai indikasi positif dari meningkatnya aktivitas ekonomi global serta permintaan terhadap komoditas unggulan Indonesia.

"Nah sementara tarif Trump ini baru akan direncanakan berlaku pada 7 Agustus ya, 7 Agustus 2025. Jadi, ini kondisi yang tadi saya sampaikan kondisi sampai dengan bulan Juni 2025," ujarnya.

Faktor Pendorong Ekspor-Impor

Edy menjelaskan, pertumbuhan tinggi terjadi pada komponen ekspor dan impor. Pertumbuhan ekspor didorong oleh kenaikan nilai ekspor non-migas dan kunjungan wisatawan mancanegara.

"Sementara, pertumbuhan impor didorong oleh kenaikan impor barang modal serta bahan baku penolong baik secara nilai maupun volume," ujarnya.

Edy menyampaikan, jika dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia Triwulan II-2025, konsumsi rumah tangga masih menjadi sumber pertumbuhan terbesar yaitu 2,64 persen dari 5,12 persen pada pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2025.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |