Beras Sumbang Deflasi, Stabilisasi Harga Diklaim Berhasil

3 weeks ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi merepons terkait beras yang mengalami deflasi pada September 2025. Stabilisasi harga diklaim berhasil menjaga kondisi di pasaran. 

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut harga beras mulai turun dan mencatatkan deflasi 0,13 persen secara bulanan. Padahal, kata Arief, cabai dan bawang mendorong kenaikan inflasi, tetapi beras justru mengalami deflasi. 

“Penyaluran beras SPHP di pasar tradisional dan ritel modern serta ke berbagai saluran distribusi lainnya itu tentunya berdampak pada kondisi perberasan di mana pasokan menjadi terjaga dan stok beras ke pasaran ini terus kita dorong," kata Arief dalam keterangan resmi, Jumat (3/10/2025).

Selain sebaran stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP), gelontoran bantuan pangan beras selama dua bulan kepada 18,2 juta orang juga turut berkontribusi.

Berdasarkan Panel Harga Pangan Bapanas per 1 Oktober 2025, rata-rata harga beras premium secara nasional di tingkat konsumen mengalami penurunan dibanding minggu lalu sebesar 0,08 persen, dari Rp 16.011 per kilogram (kg) menjadi Rp 15.982 per kg. Sementara untuk beras medium turun sebesar 0,15 persen dari Rp 13.887 per kg menjadi Rp 13.856 per kg. 

Adapun realisasi penjualan beras SPHP telah mencapai 424.520 ton atau sekitar 28,17 persen dari total target 1,5 juta ton di tahun 2025. Sementara realisasi penyaluran bantuan pangan beras untuk periode Juni-Juli 2025 telah mencapai 363.959 ton atau 99,57 persen dari target sebesar 365.541 ton. 

Tambahan Bantuan Pangan Buat Jaga Inflasi

Arief menjelaskan, untuk menguatkan pengendalian inflasi dan menjaga daya beli masyarakat, pemerintah telah memperpanjang bantuan pangan. Yakni, pada Oktober-November 2025 sebagai bagian dari stimulus ekonomi.

Bantuan tersebut berupa beras 10 kilogram (kg) per bulan selama dua bulan ditambah 2 liter minyak goreng merek ‘Minyakita’ per bulan. 

"Ini masih menyasar kepada 18,277 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM)," ucap Arief.

Inflasi September 2025

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2025 terjadi inflasi sebesar 0,21 persen.

"Pada September 2025 terjadi inflasi sebesar 0,21 persen secara bulanan, atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen atau IHK dari 108,51 pada Agustus 2025 menjadi 108,74 pada September 2025," kata Deputi Bidang Statistik Produksi M.Habibullah, dalam konferensi pers BPS, Rabu (1/10/2025). 

Secara tahunan atau year on year terjadi inflasi sebesar 2,65 persen. Kemudian secara tahun kalender terjadi inflasi sebesar 1,82 persen.

 Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan inflasi sebesar 0,38 persen dengan andil inflasi sebesar 0,11 persen.

Cabai-Ayam Sumbang Inflasi

Komoditas yang dominan kelompok ini adalah cabai merah, dan daging ayam ras, yang memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,13 persen.

Selain itu, komoditas yang juga memberikan andil inflasi adalah emas dan perhiasan sebesar 0,08 persen. Sigaret kretek mesin, biaya kuliah akademi perguruan tinggi, cabai hijau dan sigaret kretek tangan andil inflasi masing-masing 0,01 persen.

Di sisi lain, BPS mencatat terdapat komoditas yang masih memberikan andil deflasi pada September 2025, yaitu komoditas bawang merah dengan andil deflasi 0,12 persen, komoditas tomat dengan andil deflasi 0,03 persen dan beberapa komoditas seperti bawang putih, cabai rawit, beras, ketimun dan biaya sekolah menengah atas dengan andil deflasi masing-masing 0,01 persen.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |