Antam Impor Emas 30 Ton dari Singapura dan Australia, Ini Alasannya

3 weeks ago 42

Liputan6.com, Jakarta - PT Aneka Tambang Tbk atau Antam (ANTM) memiliki sejumlah langkah untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Salah satunya mengimpor emas sekitar 30 ton dari Singapura dan Australia.

Hal itu disampaikan Direktur Utama Antam Achmad Ardianto saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR yang membidangi BUMN, dikutip dari Antara, Senin (29/9/2025).

"Mungkin sekitar 30-an ton,” kata Achmad.

Ia menyampaikan hal itu saat disinggung mengenai berapa jumlah emas yang diimpor oleh Antam dari Singapura.

Ia menuturkan, Antam mengimpor emas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam negeri. Saat ini, ia menuturkan, tambang emas milik Antam yang berlokasi di Pongkor, Jawa Barat hanya dapat memproduksi 1 ton emas dalam satu tahun.

Sedangkan, realisasi penjualan emas Antam pada 2024 mencapai 43 ton. Pada 2025, Antam menargetkan penjualan emas mencapai 45 ton.

Untuk merealisasikan target penjualan tersebut, dia menempuh sejumlah langkah, seperti memanfaatkan emas yang dijual oleh masyarakat ke Antam (buyback).

Langkah Lain Antam

Buyback adalah kegiatan menjual kembali emas (perhiasan atau logam mulia) yang sebelumnya telah dibeli kepada lembaga atau toko emas yang menawarkannya, dengan menggunakan harga buyback.

“Itu (buyback) menjadi sumber bagi kami untuk dicetak dengan versi yang baru, tetapi hanya dapat 2,5 ton dalam setahun. Kita masih kekurangan emas,” ujar Ardianto.

Langkah lain yang ditempuh oleh Antam untuk memperoleh emas adalah mengajukan penawaran pembelian emas kepada perusahaan-perusahaan yang memurnikan emasnya di Antam.

Akan tetapi, penawaran tersebut jarang menemui titik kesepakatan, sebab tersandung oleh pajak dan tidak adanya kewajiban perusahaan tambang untuk menjual emasnya kepada Antam.

Impor dari Perusahaan Afiliasi

"Jadi, tidak ada kewajiban bagi perusahaan tambang yang menambang di Indonesia untuk menjual ke Antam dan B2B (business to business)-nya tidak selalu menguntungkan, maka Antam masuk ke opsi ketiga (impor emas),” ujar dia.

Ardianto pun memastikan, emas yang diimpor oleh Antam berasal dari perusahaan yang terafiliasi dengan London Bullion Market (LBMA) yang berlokasi di Singapura maupun Australia. Antam, kata dia, membelinya dengan harga pasar.

“Kenapa Antam impor? Karena terpaksa, karena kebutuhan masyarakat besar, sementara sumbernya tidak ada,” tutur dia.

Ardianto sekaligus menegaskan bahwa bukan Antam yang mengekspor emas ke luar negeri. Yang mengekspor emas, kata dia, merupakan perusahaan-perusahaan tambang emas lainnya yang ada di Indonesia.

“Antam tidak pernah mengekspor emas. Yang mengekspor emas itu adalah perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia,” kata Ardianto.

Kinerja Keuangan

Sebelumnya, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat kinerja keuangan positif sepanjang semester I 2025. Hal itu ditunjukkan dari pertumbuhan pendapatan dan laba hingga Juni 2025.

Mengutip keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Sabtu (30/8/2025), PT Aneka Tambang Tbk (Antam) meraih penjualan Rp 59,01 triliun hingga Juni 2025. Penjualan itu bertambah 154,10% dari periode sama tahun sebelumnya Rp 23,18 triliun.

Beban pokok penjualan bertambah  139,69% dari Rp 21,18 triliun menjadi Rp 50,78 triliun. Meski demikian, Perseroan mencatat laba kotor melonjak 311,16% menjadi Rp 8,23 triliun hingga Juni 2025 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2 triliun.

Sementara itu, beban usaha Antam naik 42,74% menjadi Rp 2,10 triliun hingga semester I 2025 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,47 triliun. Perseroan mencatat laba usaha meroket 1.052% menjadi Rp 5,13 triliun hingga Juni 2025 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 532,32 miliar.

Aset Perseroan

PT Aneka Tambang Tbk mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk naik 202,8% menjadi Rp 4,69 triliun hingga semester I 2025 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,55 triliun.

Seiring hal itu, Perseroan membukukan laba per saham dasar dan dilusi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik menjadi Rp 195,43 pada semester I 2025 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 64,52.

Sementara itu, ekuitas Perseroan naik menjadi Rp 33,70 triliun hingga Juni 2025 dari Desember 2024 sebesar Rp 32,19 triliun.  Liabilitas Perseroan naik menjadi Rp 14,67 triliun hingga Juni 2025 dari Desember 2024 sebesar Rp 12,32 triliun.

Aset Perseroan naik menjadi Rp 48,37 triliun hingga Juni 2025 dari Desember 2024 sebesar Rp 44,52 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas sebesar Rp 10,5 triliun hingga Juni 2025.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |