Liputan6.com, Jakarta Raksasa teknologi yang didirikan Jeff Bezos, Amazon mengumumkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 100 karyawannya di divisi perangkat dan layanan.
Melansir CNBC International, Kamis (15/5/2025) unit perangkat dan layanan Amazon mencakup berbagai macam bisnis platform e-commerce tersebut, yaitu asisten suara Alexa, perangkat keras Echo, bel pintu video Ring, dan robotaxi Zoox.
“Sebagai bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk membuat tim dan program kami beroperasi lebih efisien, dan agar lebih selaras dengan peta jalan produk kami, kami telah membuat keputusan sulit untuk menghilangkan sejumlah kecil peran,” kata juru bicara Amazon, Kristy Schmidt dalam sebuah pernyataan.
“Kami tidak membuat keputusan ini dengan mudah, dan kami berkomitmen untuk mendukung karyawan yang terdampak melalui transisi mereka,” tuturnya.
Namun, Amazon tidak mengungkap unit mana dalam organisasi yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja.
Tetapi perusahaan itu mengatakan pihaknya terus merekrut dalam divisi perangkat dan layanan.
Sudah PHK 27.000 Karyawan
Sebelumnya, CEO Amazon Andy Jassy berencana untuk memangkas biaya di seluruh perusahaan, memberhentikan 27.000 karyawan sejak awal tahun 2022.
PHK 2022 dan 2023
Pengurangan karyawan di Amazon terus berlanjut tahun ini, meskipun dalam skala yang lebih kecil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Organisasi perangkat dan layanan mengalami PHK pada tahun 2022 dan 2023.
Tahun lalu, sebagai bagian dari dorongan untuk kembali bekerja di kantor, Amazon berupaya menyederhanakan struktur perusahaannya dengan mengurangi jumlah manajer untuk meratakan organisasi.
Jassy menetapkan sasaran untuk meningkatkan rasio kontributor individu terhadap manajer di Amazon setidaknya sebesar 15% pada akhir kuartal pertama tahun ini.
Microsoft PHK Massal 6 Ribu Karyawan
Sebelumnya, raksasa teknologi Microsoft juga mengumumkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 3% karyawannya di semua level, tim, dan wilayah.
Melansir CNBC International, PHK kali ini di Microsoft akan memengaruhi sekitar 6.000 tenaga kerja.
"Kami terus menerapkan perubahan organisasi yang diperlukan untuk memposisikan perusahaan dengan sebaik-baiknya agar sukses di pasar yang dinamis," kata juru bicara Microsoft dalam keterangannya.
Sebelum mengumumkan PHK, Microsoft mencatat kinerja yang lebih baik dari perkiraan, dengan laba bersih kuartalan mencapai USD 25,8 miliar. Juru bicara perusahaan menekankan bahwa PHK tidak terkait dengan kinerja terbaru Microsoft.
Gelombang PHK Terbesar Microsoft
Microsoft memiliki 228.000 karyawan di seluruh dunia pada akhir Juni 2024.
Pada Selasa (13/5), negara bagian Washington mengungkapkan bahwa perusahaan itu mengurangi jumlah karyawan yang terkait dengan kantor pusatnya di Redmond sebanyak 1.985 karyawan, termasuk 1.510 karyawan di kantor.
Secara total, PHK kali ini diperkirakan menjadi gelombang PHK terbesar Microsoft sejak penghapusan 10.000 posisi pada tahun 2023.