Ada 62 Perjalanan Kereta Cepat Whoosh per Hari saat Nataru

2 hours ago 1

Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menetapkan masa angkutan Natal dan Tahun Baru (Nataru) selama 18 hari, terhitung mulai 18 Desember hingga 4 Januari. Penetapan tersebut sejalan dengan kebijakan yang telah disampaikan oleh Kementerian Perhubungan dan PT Kereta Api Indonesia (KAI).

General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa mengatakan, selama masa Posko Nataru, KCIC akan melakukan sejumlah peningkatan layanan untuk mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang. 

Jumlah perjalanan Whoosh per hari meningkat dari 48 perjalanan pada Nataru tahun lalu menjadi 62 perjalanan pada periode Nataru 2025–2026. Selain itu, jarak waktu antar kereta atau headway kini ditetapkan setiap 30 menit.

"Jadi memang semasa penetapan Nataru ini, ada sejumlah peningkatan-peningkatan yang tentunya akan kita lakukan. Karena memang ada prediksi akan terjadinya peningkatan jumlah penumpang,” ujarnya dalam Media Briefing, Jumat (19/12/2025).

Eva menjelaskan, peningkatan layanan Whoosh pada Nataru tahun ini juga terlihat dari bertambahnya frekuensi kedatangan kereta, hingga kapasitas tempat duduk. 

"Untuk ketersediaan tempat duduk sendiri, ini kalau Nataru tahun lalu perhari itu secara total itu ada ketersediaan sekitar 28.848. Untuk yang sekarang di tahun ini karena sudah meningkat jadi 62 perjalanan, sehingga ketersediaan tempat duduk perhari ini juga meningkat, mencapai sekitar 37.262,” jelas Eva.

Secara total, selama 18 hari masa Nataru, KCIC menyiapkan 659.898 tempat duduk untuk layanan Whoosh. Jumlah tersebut meningkat sekitar 27 persen dibandingkan Nataru tahun lalu yang mencapai 519.264 tempat duduk.

KAI Tutup 193 Perlintasan Sebidang Demi Keselamatan Angkutan Nataru

Sebelumnya, PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI terus memperkuat keselamatan di perlintasan sebidang sebagai bagian dari kesiapan menghadapi Angkutan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru 2025/2026). Langkah ini dilakukan untuk mendukung mobilitas masyarakat yang aman, tertib, dan lancar di tengah meningkatnya volume perjalanan kereta api serta aktivitas lalu lintas selama libur akhir tahun.

Perlintasan sebidang menjadi salah satu titik krusial dalam sistem keselamatan transportasi. Oleh karena itu, KAI secara konsisten melakukan penataan, penutupan perlintasan berisiko, serta peningkatan pengamanan di sejumlah titik prioritas. Upaya ini dilakukan melalui kolaborasi dengan pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait.

“Perlintasan sebidang adalah ruang berbagi antara perjalanan kereta api dan pengguna jalan. Keselamatan di titik ini akan terjaga optimal ketika infrastruktur yang memadai berjalan seiring dengan disiplin dan kewaspadaan masyarakat,” ujar Vice President Corporate Communication KAI Anne Purba dalam keterangan tertulis, Jumat (19/12/2025).

Sepanjang Januari hingga November 2025, KAI telah menutup 193 perlintasan sebidang, baik yang terdaftar maupun tidak terdaftar. Penutupan ini merupakan bagian dari komitmen berkelanjutan perusahaan dalam menekan potensi kecelakaan sekaligus menciptakan lingkungan perjalanan yang lebih aman bagi penumpang kereta api dan pengguna jalan.

Jumlah Perlintasan Sebidang Terus Turun

Data KAI menunjukkan, jumlah perlintasan sebidang di Indonesia terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Pada 2024, tercatat terdapat 3.896 perlintasan sebidang, terdiri dari 2.803 perlintasan terdaftar dan 1.093 tidak terdaftar. Dari jumlah tersebut, 1.832 perlintasan telah dijaga, sementara 971 lainnya belum dijaga.

Memasuki 2025, jumlah perlintasan sebidang turun menjadi 3.703 titik. Rinciannya, 2.776 perlintasan terdaftar dan 927 perlintasan tidak terdaftar. Pada periode yang sama, jumlah perlintasan tidak dijaga berkurang menjadi 912 titik, sedangkan perlintasan yang dijaga meningkat menjadi 1.864 titik.

Penurunan ini mencerminkan penguatan komitmen KAI dalam meningkatkan keselamatan, keteraturan lalu lintas, serta kenyamanan perjalanan di sekitar jalur kereta api. Penataan dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan tingkat risiko, kondisi wilayah, serta koordinasi lintas instansi agar hasilnya optimal dan berkelanjutan.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |