Trump Perintahkan Blokade Kapal Tanker Minyak Venezuela, Harga Minyak Global Menguat

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan pemblokiran total terhadap kapal tanker minyak keluar dan masuk Venezuela. Kebijakan ini menjadi langkah terbaru Washington untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dengan menyasar sektor energi, yang selama ini menjadi sumber pendapatan utama negara tersebut.

Perintah tersebut diumumkan Trump pada Selasa (16/12/2025) melalui akun Truth Sosial miliknya. Dalam unggahan itu, Trump menuduh rezim Venezuela terlibat dalam berbagai kejahatan internasional, mulai dari terorisme hingga perdagangan narkoba dan manusia.

“Karena pencurian aset kami, serta berbagai alasan lain termasuk terorisme, penyelundupan narkoba, dan perdagangan manusia, rezim Venezuela telah ditetapkan sebagai Organisasi Teroris Asing,” tulis Trump dikutip dari Channel News Asia, Rabu (17/12/2025).

“Oleh karena itu, hari ini saya memerintahkan blokade total dan lengkap terhadap semua kapal tanker minyak yang dikenai sanksi yang masuk dan keluar dari Venezuela,” lanjutnya 

Meski demikian, hingga kini belum jelas bagaimana pemerintah AS akan menerapkan kebijakan blokade tersebut di lapangan. Sejumlah analis menilai, Washington berpotensi kembali mengerahkan Penjaga Pantai AS atau bahkan unsur militer untuk mencegat kapal tanker, seperti yang dilakukan dalam operasi penyitaan kapal minyak Venezuela pekan lalu.

Trump Kerahkan Ribuan Personel Militer

Sebelumnya, pemerintahan Trump dilaporkan telah mengerahkan ribuan personel militer dan hampir selusin kapal perang, termasuk sebuah kapal induk, ke kawasan Karibia dan perairan sekitar Venezuela. Langkah itu memicu kekhawatiran akan meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Amerika Latin.

Menanggapi pernyataan Trump, pemerintah Venezuela dengan tegas menolak kebijakan tersebut. Dalam pernyataan resminya, Caracas menyebut langkah AS sebagai “ancaman mengerikan” yang melanggar kedaulatan negara dan hukum internasional.

Di sisi lain, pasar energi global langsung bereaksi terhadap pengumuman tersebut. Harga minyak dunia tercatat menguat lebih dari 1 persen dalam perdagangan Asia pada Rabu, Kontrak berjangka minyak mentah Brent naik 70 sen atau sekitar 1,2 persen menjadi USD 59,62 per barel.

Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 73 sen atau 1,3 persen ke level USD 56,00 per barel.

Harga minyak mentah berjangka AS bahkan sempat naik lebih dari 1 persen menjadi USD 55,96 per barel, setelah sebelumnya ditutup di level USD 55,27 per barel pada Selasa, yang merupakan penutupan terendah sejak Februari 2021.

Pelaku pasar menilai kenaikan harga tersebut dipicu oleh kekhawatiran akan potensi penurunan ekspor minyak Venezuela. Namun, sebagian investor masih menunggu kejelasan apakah blokade Trump hanya akan berlaku bagi kapal tanker yang terkena sanksi atau juga mencakup kapal-kapal lain.

Kondisi Perang

Dari sisi hukum, kebijakan ini menuai perdebatan serius. Pakar hukum internasional dari Fakultas Hukum Universitas California, Berkeley, Elena Chachko, menyebut bahwa blokade merupakan instrumen yang secara tradisional dikaitkan dengan kondisi perang.

“Blokade biasanya dianggap sebagai instrumen perang dan hanya diperbolehkan dalam kondisi yang sangat ketat. Ada pertanyaan serius, baik dari sudut pandang hukum domestik maupun hukum internasional,” ujarnya.

Kritik juga datang dari dalam negeri AS. Anggota DPR AS dari Partai Demokrat, Joaquin Castro, menyebut langkah Trump sebagai tindakan perang yang tidak mendapatkan persetujuan Kongres.“Ini adalah perang yang tidak pernah disahkan oleh Kongres dan tidak diinginkan oleh rakyat Amerika,” tulis Castro melalui akun X miliknya.

Dalam beberapa hari terakhir, AS diketahui telah menyita sejumlah kapal tanker minyak Venezuela di lepas pantai negara tersebut. Akibatnya, banyak kapal bermuatan jutaan barel minyak memilih bertahan di perairan Venezuela daripada mengambil risiko penyitaan.

Sejak insiden tersebut, ekspor minyak mentah Venezuela dilaporkan anjlok tajam. Kondisi ini semakin diperburuk oleh serangan siber yang melumpuhkan sistem administrasi perusahaan minyak negara PDVSA pada pekan ini, sehingga memperdalam krisis ekonomi yang tengah dihadapi Venezuela.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |