Susul Indonesia, Trump Kasih Tarif 19% untuk Malaysia dan Filipina

20 hours ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengabarkan, dua negara tetangga yakni Malaysia dan Filipina kini dikenakan porsi tarif impor yang sama oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, sebesar 19%.

"Hari ini, tanggal 31 (Agustus) ini, sudah ada pengumuman lagi, beberapa negara memang di Asean juga mendapatkan 19%.  Malaysia, Filipina, baru hari ini. Tadi kami sudah dapat infonya," ujarnya dalam Peresmian Export Center Balikpapan dan Batam, Jumat (1/8/2025).

Tak hanya Malaysia, Trump diketahui menetapkan tarif 19% untuk negara ASEAN lainnya, yakni Thailand dan Kamboja. Adapun nilai itu lebih besar dari ancaman tarif 25% untuk Malaysia, dan juga ancaman 36% untuk Thailand dan Kamboja. 

Sementara Filipina lebih dulu dipatok tarif 19% jelang akhir Juli 2025 lalu. Lebih tinggi dari pengumuman sebelumnya sebesar 17%, tetapi sedikit lebih rendah dari ancaman tarif 20%. 

Meskipun sudah mengantongi tarif Trump 19%, Mendag menyebut Pemerintah RI masih terus bernegosiasi dengan pihak Washington DC. 

"Dengan Amerika, kita masih proses perundingan, tetapi kan kita sudah mendapatkan 19%," ungkapnya. 

Indonesia-Uni Eropa Tuntaskan IEU-CEPA

Selain kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat, Pemerintah RI terus mengeksplorasi diversifikasi pasar ekspor lain lewat perjanjian bilateral. Seperti kesepakatan Indonesia-Uni Eropa lewat IEU-CEPA yang sebentar lagi akan diselesaikan. 

"Jadi kita sudah selesai, kemarin diumumkan bapak Presiden, kita sudah menyelesaikan secara substansi perundingan IEU-CEPA. Nanti kita bisa masuk ke 27 negara di Uni Eropa dengan banyak fasilitas, termasuk tarif 0 persen," kata Mendag. 

Lagi-lagi Indonesia tidak sendirian. Negara ASEAN lain yakni Vietnam pun disebut telah menuntaskan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dengan Uni Eropa. "Di Asean mungkin baru Indonesia dan Vietnam yang mempunyai perjanjian (sejenis) dengan IEU-CEPA," imbuhnya. 

Menurut dia, sejumlah perjanjian dagang tersebut turut memberikan potensi bagi para pelaku usaha UMKM, agar bisa menjamah pasar ekspor.  

"Ini kesempatan yang bagus, karena mereka juga sangat suka produk-produk UMKM, negara Uni Eropa. Karena produk itu ciri khas kita yang tidak dimiliki negara lain," ucap Mendag. 

Terlebih, Indonesia juga menyepakati perdagangan bebas dengan Uni Ekonomi Eurasia hingga Kanada. "Artinya kita membuka pasar baru yang banyak, kesempatan yang banyak, yang belum semua negara itu mempunyai perjanjian, misal dengan Eurasia dan Kanada," pungkasnya. 

Kena Tarif 0%, Indonesia Bisa Ekspor CPO 1 Juta Ton per Tahun ke Eropa

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, kesepakatan dagang Indonesia-Uni Eropa (IEU-CEPA) bakal dilakukan penandatanganan pada September 2025.

Dalam perjanjian ini, Indonesia bakal mendapat tarif bea masuk 0 persen untuk dua komoditas, yakni minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan minyak inti sawit (palm kernel oil/PKO).

Untuk ekspor CPO, Airlangga menuturkan, pembebasan bea masuk ini berlaku memiliki kuota maksimal 1 juta ton per tahun. Sementara untuk ekspor minyak kernel sawit mengacu pada angka ekspor di tahun sebelumnya.

"Saya pikir untuk Indonesia dalam agreement, kita sepakat pada dua komoditas, CPO and palm kernel oil. Kita sepakat dalam kuota perdagangan, CPO dengan sekitar 1 juta. PKO itu tergantung pada ekspor tahun lalu ke Eropa," jelasnya di Jakarta, Kamis (31/7/2025).

Komoditas lain yang tengah dalam tahap diskusi agar bisa mengantongi tarif 0 persen yakni produk biodiesel.

"Lalu untuk biodiesel, kita masih dalam tahap diskusi. Kita belum ekspor biodiesel saat ini. Kita mengonsumsi secara domestik," ujar Airlangga.

IEU-CEPA Rampung September 2025

Adapun Airlangga meyakini, kesepakatan politik Indonesia dan Uni Eropa dalam Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) bakal dirampungkan lewat proses penandatanganan pada September 2025 mendatang.

Dengan harapan, perjanjian dagang itu bisa mulai diratifikasi dan diimplementasikan lebih cepat pada tahun depan.

"Dalam IEU-CEPA, kami percaya bahwa September (2025) kita akan memfinalisasi seluruh dokumen. Komisioner (Uni Eropa untuk Perdagangan dan Keamanan Ekonomi) Maros Sefcovic, dia berencana datang ke Jakarta di September untuk menandatangani dokumen," kata Airlangga.

"Apalagi IEU-CEPA nanti akan efektif mudah-mudahan bisa dipercepat di tahun depan. Sehingga peluang dengan penurunan tarif ke 0 ini peluangnya sangat terbuka luas," dia menambahkan.

Negara Eropa Saling Berebut Investasi

Perjanjian IEU-CEPA dinilai sebagai katalis utama masuknya investasi berkualitas tinggi dari negara-negara anggota Uni Eropa. Beberapa negara telah menunjukkan minat yang signifikan:

1. Jerman: Tertarik pada pengembangan kendaraan listrik dan rantai pasok industri teknologi tinggi.

2. Prancis: Siap mendukung transisi energi nasional melalui PLTS dan teknologi hijau.

3. Belanda: Fokus pada kerja sama pelabuhan pintar dan logistik digital ramah lingkungan.

4. Italia: Berminat pada sektor farmasi, alat kesehatan, dan bioteknologi.

5. Denmark: Menawarkan kemitraan dalam bidang energi angin dan efisiensi energi.

6. Finlandia: Membuka peluang kerja sama di sektor digital, kecerdasan buatan, dan pendidikan jarak jauh.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |