Sinergitas Stakeholders untuk Mendukung Swasembada Pangan

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bersama Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional mengedukasi dan menginspirasi seluruh lapisan masyarakat, mulai dari individu, komunitas, hingga organisasi, agar dapat berpartisipasi secara proaktif dan berkelanjutan dalam setiap upaya pelestarian air. Langkah ini bertujuan bersama-sama mencapai swasembada pangan nasional yang berkelanjutan.

Bentuknya dengan menyelenggarakan Webinar Air Untuk Negeri dengan tema: “Sinergitas Stakeholders dalam Melestarikan Air Guna Mendukung Swasembada Pangan”, pada Senin (16/6/2025). Acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Air Dunia tahun 2025.

“Kita perlu menggaris bawahi sumber daya air karena 80% dari total pasokan air kita digunakan untuk sektor pertanian. Di sisi lain, lebih dari 50% sumber daya air kita terancam pencemaran. Angka ini menjadi tantangan besar bagi kita semua menunjukkan perlunya tindakan yang bersama, kolaboratif, dan juga strategis di tengah supaya mendukung swasembada pangan sebagaimana visi Bapak Presiden Prabowo Subianto”, kata Sekretaris Kementerian Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Ayudhia G.L. Kalae saat membuka webinar ini.

Ayodhia berharap webinar ini dapat menjadi ajang diskusi yang melahirkan langkah konkret menuju tata kelola air yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Dikatakan, penyelenggaraan webinar ini merupakan sebuah wujud nyata dari komitmen yang kuat dari Kementerian PU dan Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional.

Tema webinar ini tidak dapat dilepaskan dari peran krusial air sebagai tulang punggung utama ketahanan pangan nasional. Tanpa ketersediaan air yang memadai dan berkualitas, cita-cita swasembada pangan akan sulit, bahkan mustahil untuk direalisasikan.

Menteri Lingkungan Hidup selaku Anggota Dewan Sumber Daya Air Nasional, Hanif Faisol Nurofiq, menyatakan apresiasi terselenggaranya acara kegiatan webinar dalam rangka memperingati Hari Air Dunia ke-33 Tahun 2025.

"Tema ini bukan hanya menggambarkan pentingnya peran air dalam kehidupan kita. Tetapi juga mencerminkan tanggung jawab yang besar, yang kita semua miliki, untuk berperan aktif menangani masalah air dan sanitasi. Sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya air, serta menjaga kelestarian sumber daya alam ini bagi generasi mendatang," papar dia saat menjadi keynote speaker dalam webinar ini.

Komitmen Indonesia

Senada dengan Menteri Hanif, mantan Menteri Luar Negeri Indonesia yang kini menjabat sebagai Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Isu Air Dunia, Retno Marsudi dalam keynote speech-nya menyatakan apresiasi yang tinggi Kepada Kementerian PU dan Sekretariat Dewan Sumber Daya Air Nasional atas inisiatif menyelenggarakan webinar ini.

"Ini menggambarkan komitmen Indonesia untuk terus berkontribusi dalam agenda air di tingkat nasional, juga tingkat global," ujarnya.

Dia mengatakan jika Air adalah fondasi sistem pangan, sistem agrikultur dunia. Untuk satu orang dibutuhkan sekitar 2.000-5.000 liter air setiap harinya.

"Kita dapat bayangkan pada 2050, saat populasi Indonesia melebihi 300 juta penduduk: berapa banyak air yang diperlukan? Disinilah kita harus kembali melihat air sebagai sumber daya yang tidak boleh disia-siakan. Air adalah kehidupan kita. Dan merupakan enabler ketahanan pangan bagi semua orang. Dengan manajemen air yang berkelanjutan, swasembada  pangan akan memberikan multiplier effect yang dapat dirasakan seluruh bangsa Indonesia, termasuk menekan kasus stunting dan malnutrisi anak di Indonesia," ungkap Retno Marsudi.

Retno Marsudi menyampaikan bahwa ini bukan merupakan beban tambahan atau additional burden, melainkan investasi untuk masa depan.  Ke depan inovasi bidang pertanian dengan mempertimbangkan efisiensi penggunaan air akan dapat menjadi game changer dalam mewujudkan ketahanan pangan dunia. Kerja sama adalah faktor krusial dalam mencapai swasembada pangan nasional, dan Indonesia berpotensi menjadi teladan dalam pengelolaan air berkelanjutan.

“Di tengah dunia yang sedang penuh ketidakpastian, kerja sama merupakan kunci keberhasilan. Sebagai wakil dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), saya terus mengajak semua negara untuk memperkuat kerja sama dan meninggalkan pendekatan zero-sum. Indonesia tentunya dapat menjadi contoh baik bagi pengelolaan air dan pangan, juga diharapkan dapat ikut memajukan kerja sama dengan negara lain. Saya dan PBB siap untuk mendukung Indonesia mengatasi tantangan air," tandasnya.

Fondasi Ketahanan Pangan

Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU, Lilik Retno Cahyadiningsih yang membacakan keynote speech dari Menteri PU Bapak Dodi Hanggodo menyatakan bahwa acara webinar ini menggarisbawahi air sebagai sumber kehidupan dan dalam konteks pembangunan nasional, air merupakan fondasi bagi ketahanan pangan. Sedangkan pangan sendiri adalah kebutuhan dasar manusia dan pilar utama ketahanan nasional. 

Lilik memaparkan air adalah tulang punggung utama dalam produksi pangan. Untuk mendukung swasembada pangan ini kita tidak bisa menutup mata terhadap berbagai tantangan. Yaitu,pertama ketimpangan distribusi air wilayah-wilayah surplus air tidak selalu beririsan dengan sentra produksi pangan.

Kedua, perubahan iklim meningkatkan ketidakpastian pasokan air dengan risiko banjir dan kekeringan ekstrim musim hujan dan kemarau tidak lagi bisa diprediksi secara akurat.  Ketiga, degradasi sumber daya air akibat pencemaran, sedimentasi dan kerusakan ekosistem di hulu.

Keempat, konversi lahan pertanian memperkecil luas daerah irigasi teknis yang berfungsi optimal. Kelima, pencemaran air dari limbah industri dan rumah tangga yang dibuang ke sungai serta saluran irigasi. Kemudian, ketidakseimbangan dan pemanfaatan antar sektor pertanian, industri dan konsumsi rumah tangga saling berebut sumber daya," demikian dibacakannya. 

"Maka dari itu, penyediaan air bagi sistem irigasi eksisting terutama untuk pertanian rakyat harus menjadi prioritas. Presiden Prabowo terus menegaskan komitmen pemerintah untuk mencapai swasembada pangan sebagai langkah strategis agar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional secara mandiri di tengah tantangan global," lanjutnya. 

Lilik juga menegaskan untuk mewujudkan diperlukan kolaborasi lintas sektor melalui pendekatan Integrated Water Resources Management.

“Tak ada satu pihak pun yang bisa bekerja sendiri. Kolaborasi pentahelix antara pemerintah, akademisi, petani, sektor swasta, dan masyarakat sipil adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara konservasi, pemanfaatan, dan pengendalian daya rusak air,” pungkas Lilik.

Melalui sinergi yang kuat dan terkoordinasi antarberbagai pemangku kepentingan, yang meliputi pemerintah, akademisi, praktisi, petani, komunitas lokal, sektor swasta, dan masyarakat umum, diharapkan target swasembada pangan dapat tercapai secara holistik dan berkelanjutan. Sinergi ini mencakup pertukaran pengetahuan, kolaborasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi irigasi yang efisien, implementasi kebijakan yang mendukung konservasi air, serta edukasi publik yang masif mengenai pentingnya pengelolaan sumber daya air.

Webinar ini diharapkan tidak hanya berhenti pada tahap edukasi, tetapi mampu memicu gerakan nyata di lapangan yang secara konsisten menjaga kelestarian sumber daya air demi terwujudnya kedaulatan pangan nasional.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |