Liputan6.com, Jakarta PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) bersama Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia (KSBSI) menciptakan budaya kerja berkelanjutan dengan menganut Environmental, Social, Governance (ESG).
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, PLN EPI telah menjalankan berbagai inisiatif untuk membangun tata kelola yang inklusif dan berorientasi keberlanjutan dalam memenuhi kebutuhan energi primer pembangkit listrik.
“Kami mengelola seluruh kebutuhan energi primer PLN Grup, mulai dari batubara, gas, BBM, hingga biomassa. Semua diarahkan mendukung transisi energi dan pencapaian Net Zero Emission 2060,” kata Mamit, dikutip Selasa (3/6/2025).
Ia menambahkan, PLN EPI membentuk Direktorat khusus biomassa dan mendorong substitusi batubara dengan cofiring berbasis limbah organik.
Selain itu, penguatan budaya kerja internal dilakukan melalui integrasi nilai AKHLAK, pelatihan lintas unit, serta keterlibatan pegawai dalam program sosial Employee Volunteering Program (EVP), seperti donor darah, penanaman mangrove, dan Jumat Berkah.
“Target kami bukan hanya efisiensi operasional, tapi juga menciptakan happy workplace. Kami punya daycare, ruang laktasi, dan engagement score kami tahun lalu mencapai 80,58,” ujarnya.
Pendekatan Dialog Sosial
Di sisi lain, Presiden KSBSI, Elly Rosita Silaban menyoroti pentingnya kolaborasi dan pendekatan dialog sosial dalam menyelesaikan isu-isu ketenagakerjaan.
“Kita tak bisa terus menggunakan pendekatan naming and shaming. Perlu ruang dialog yang sehat agar pekerja merasa aman dan mau terlibat dalam serikat,” ungkapnya.
Elly juga menyinggung tantangan ketimpangan kapasitas antara serikat pekerja dan pengusaha dalam hal riset dan pelaporan publik.
“Buruh sering kalah dalam narasi karena tidak punya akses pendanaan untuk membuat kajian. Padahal banyak praktik baik di lapangan yang tidak terdokumentasikan,” jelasnya.
Meski demikian, ia mengapresiasi inisiatif Perusahaan-perusahaan, seperti PLN EPI yang membuka ruang kolaborasi dan melibatkan pekerja dalam proses pengambilan kebijakan.
“Kami ingin hadir bukan sekadar menuntut, tapi juga memberi kontribusi untuk keberlangsungan bisnis,” tegasnya.
Indonesia Butuh Investasi Rp 3.000 Triliun Penuhi Kebutuhan Listrik hingga 2034
Sebelumnya, PT PLN (Persero) menyampaikan bahwa Indonesia memerlukan dana investasi sebesar USD 188 miliar atau sekitar Rp 2.967 triliun untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional hingga tahun 2034.
Angka ini tercantum dalam dokumen Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) untuk periode 2025 hingga 2034.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, menjelaskan bahwa dana tersebut mencakup investasi proyek sebesar USD 171 miliar atau sekitar Rp 2.699 triliun, ditambah belanja modal perawatan (maintenance CAPEX) dan bunga selama masa konstruksi (Interest During Construction/IDC) sebesar USD 17 miliar atau sekitar Rp 268 triliun.
"Ini adalah kebutuhan investasinya hampir sekitar Rp 3.000 triliun. PLN tidak mungkin menjalankan tugas sini dalam suasana kesendirian," kata Darmawan dalam Sosialisasi RUPTL PLN 2025-2034, di Jakarta, Senin (2/6/2025).
Adapun Proyek-Proyek Listrik yang Direncanakan 2025–2034, pertama, pembangunan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) baseload sebesar 22,1 GW senilai USD 63 miliar.
Kedua, pembangunan pembangkit panas bumi (geothermal) baseload berkapasitas 16,6 GW senilai USD 26 miliar. Ketiga, pengembangan energi terbarukan variabel (angin dan surya) sebesar 24,3 GW senilai USD 34 miliar.
Proyek Lainnya
Keempat, sistem penyimpanan energi baterai (BESS) 6 GW/27 GWh dengan nilai USD 4 miliar. Kelima, pembangkit listrik tenaga nuklir 0,5 GW senilai USD 3,2 miliar.
Keenam, pembangunan jaringan transmisi dan gardu sepanjang 47.758 km senilai USD 24 miliar. Ketujuh, pembangunan jaringan distribusi dan gardu sepanjang 197.998 km dengan nilai USD 11 miliar.
Kedelapan, penerapan jaringan listrik pintar (smart grid) secara menyeluruh di lima kawasan di 38 provinsi senilai USD 5 miliar. Kesembilan, dana pemeliharaan (maintenance CAPEX) dan bunga masa konstruksi (IDC) sebesar USD 17 miliar.