Selain Pertumbuhan Ekonomi Dunia, Begini Ramalan Ekonomi Negara Lain

1 day ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2026 melemah di kisaran 3%. Angka tersebut dipengaruhi oleh dampak lanjutan tarif resiprokal Amerika Serikat dan kerentanan rantai pasok global.

"Pada tahun 2026 mendatang pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan melemah menjadi 3% dipengaruhi dampak lanjutan tarif resiprokal Amerika Serikat dan kerentanan rantai pasok global," kata Perry Warjiyo dalam RDG Desember 2025, Rabu (17/12/2025).

Menurut Gubernur Perry, ke depan Ketidakpastian perekonomian global diperkirakan tetap tinggi dengan prospek pertumbuhan ekonomi dunia yang masih lemah.

Oleh karena itu, memerlukan kewaspadaan dan pengamatan respon kebijakan untuk memperkuat daya tahan ekonomi domestik dari dampak pelambatan global serta untuk mendorong pertumbuhan yang lebih tinggi di dalam negeri.

Disisi lain, Bank Indonesia juga merevisi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2025. Di mana pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 November 2025, diproyeksikan sekitar 3,1%. Namun, pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) 16-17 Desember 2025 menjadi 3,2%.

"Perekonomian global dalam jangka pendek sedikit membaik namun dengan ketidakpastian yang masih tinggi pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan menjadi sekitar 3,2% dipengaruhi oleh kenaikan ekonomi Jepang dan India yang didukung konsumsi rumah tangga dan kebijakan stimulus fiskal," ujarnya.

Prospek Perekonomian Negara Lain

Adapun Gubernur Perry menyampaikan prospek ekonomi kawasan Eropa tetap baik ditopang konsumsi rumah tangga investasi dan kondisi ketenagakerjaan.

Sementara, ekonomi Amerika Serikat pada 2025 ini masih melambat dipengaruhi dampak temporari government saat daun dan pelemahan pasar tenaga kerja.

"Prospek ekonomi Tiongkok juga terus melambat dipengaruhi permintaan domestik yang tetap lemah," ujarnya.

Pasar Keuangan Global

Di pasar keuangan global suku bunga kebijakan moneter Amerika Serikat Fed Funds Rate (FFR) turun 25 basis poin pada Desember 2025 dengan kecenderungan penurunan yang lebih terbatas ke depan.

Kemudian, BI mencatat tingkat imbal hasil atau Yield US treasury Untuk tenor dua tahun cenderung bergerak naik, sementara Yield US treasury 10 tahun masih tinggi sejalan dengan tingginya tingkat hutang pemerintah Amerika Serikat.

"Perkembangan ini menyebabkan indeks mata uang dolar AS (DXY) masih tetap tinggi dan masih tetap terbatasnya aliran masuk modal asing ke emerging market," pungkasnya.

Bos Bank Indonesia Pede Pertumbuhan Ekonomi 2026 dan 2027 Lebih Baik

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan optimisme tinggi terhadap prospek ekonomi Indonesia pada 2026 dan 2027. Dunia meski masih dibayangi ketidakpastian global, pemerintah menegaskan fundamental ekonomi Indonesia tetap solid dan berdaya tahan. 

"Dengan sinergi itu insyallah kinerja ekonomi Indonesia tahun 2026 dan 2027 akan lebih baik, pertumbuhan lebih tinggi,” kata Perry dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia, di Jakarta, Jumat (28/11/2025).

Menurut Perry, dengan stabilitas ekonomi yang tetap terjaga, pertumbuhan yang relatif tinggi, serta kemampuan menghadapi gejolak global menjadi dasar keyakinan tersebut.

Perry menyebut, faktor kunci di balik ketahanan ekonomi nasional hanya satu yaitu, sinergi. Kolaborasi erat antara pemerintah, Bank Indonesia, sektor swasta, industri keuangan, hingga masyarakat dinilai mampu menjaga stabilitas dan mendorong akselerasi pertumbuhan.

"Alhamdulillah ekonomi nasional berdaya tahan, dari rentetan gejolak global, stabilitas terjaga, pertumbuhan relatif tinggi, kuncinya hanya satu "Sinergi",” ujarnya.

Oleh karena itu, dengan fondasi tersebut, pemerintah percaya kinerja ekonomi Indonesia pada 2026 dan 2027 akan semakin baik. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang menguat, arus investasi yang membesar, serta kinerja ekspor yang tetap solid meski ekonomi global diproyeksikan melambat.

Nilai Tukar Stabil, Sektor Keuangan Tetap Kokoh

Selain itu, optimisme ini juga didukung oleh komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Fundamental ekonomi yang sehat dinilai mampu memperkuat ketahanan eksternal Indonesia. 

Perry memastikan, neraca pembayaran tetap sehat, cadangan devisa mencukupi, dan pertumbuhan kredit perbankan terus meningkat seiring pemulihan ekonomi.

"Nilai tukar akan dijaga stabil dengan komitmen tinggi Bank Indonesia juga fundamental yang baik, stabilitas eksternal terjaga, neraca pembayaran sehat, cadangan devisa cukup," ujarnya.

Arah ke Depan Bank Indonesia

Ke depan, Perry mengajak seluruh pihak untuk memperkuat sinergi dan melanjutkan transformasi struktural ekonomi nasional.

Upaya transformasi diarahkan untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih tinggi, inklusif, dan berdaya tahan, dengan tetap mengandalkan potensi sumber daya alam serta memperkuat ekonomi kerakyatan.

"Ke depan mari semakin perkuat sinergi, transformasi struktur ekonomi nasional untuk mendorong pertumbuhan lebih tinggi dan berdaya tahan, berbasis pada sumber daya alam dan ekonomi kerakyatan, bersatu kita tangguh dan mandiri,” pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |