Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS Hari Ini 3 Juni 2025, Kesepakatan Tarif Dagang Vietnam jadi Sentimen

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) naik 45 poin atau 0,27% menjadi 16.202 dari sebelumnya 16.247 pada perdagangan Kamis (3/7/2025).

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menuturkan, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS didorong kesepakatan tarif antara Vietnam dengan AS.

"Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan menguat di kisaran Rp16.200 - Rp16.250 dipengaruhi oleh sentimen positif dari global terkait kesepakatan tarif antara Vietnam dan AS,” ujar dia seperti dikutip dari Antara.

Mengutip Anadolu Agency, Presiden AS Donald Trump mengumumkan pihaknya mencapai kesepakatan dagang setelah berbicara dengan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Vietnam To Lam.

Adapun syarat yang diberikan Donald Trump adalah Vietnam akan membayar AS tarif sebesar 20% untuk semua barang yang dikirim ke wilayah AS, dan tarif sebesar 40% untuk setiap pengiriman barang.

AS disebut akan memiliki akses total ke pasar Vietnam untuk perdagangan dengan tarif nol.

“Sementara (sentimen) dari domestik (berasal dari) inflasi yang masih rendah memberikan ruang bagi BI (Bank Indonesia) untuk penurunan suku bunga acuannya,” kata Rully.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan kinerja inflasi hingga Juni 2025 tetap berada dalam rentang target pemerintah. Inflasi pada semester I tercatat sebesar 1,38 persen (year-to-date/ytd), masih dalam target sasaran inflasi pemerintah yaitu 2,5±1 persen pada 2025.

Adapun inflasi bulanan pada Juni 2025 tercatat sebesar 0,19 persen (month-to-month/mtm) dan secara tahunan 1,87 persen (year-on-year/yoy).

Rupiah Dekati Rp 16.250 Usai Trump Mau Dongkrak Tarif Impor Jepang 35%

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan pada Rabu, 9 Juli 2025. Rupiah ditutup melemah 47 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 50 poin di level Rp 16.246 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.188.

“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.230 - Rp 16.300,” ungkap pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (9/6/2025).

Rupiah melemah di tengah meningkatnya taruhan bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada bulan September mendatang.

Namun, Ketua The Fed Jerome Powell sebagian besar mengulangi sikap hati-hati bank sentral AS. Dia menyatakan bahwa ketidakpastian atas dampak inflasi dari tarif Trump akan membuat bank sentral tidak memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Adapun ketidakpastian terkait implikasi fiskal dari RUU pemotongan pajak dan belanja yang didukung oleh Presiden AS Donald Trump, yang disetujui dalam pemungutan suara Senat.

Perhatian pasar juga tertuju pada langkah Trump yang mempertimbangkan kenaikan tarif dagang 30% hingga 35% terhadap Jepang.

Rencana tersebut diumumkan Trump melihat belum tercapainya kesepakatan dagang kedua negara sebelum batas waktu minggu depan. Sejauh ini, AS telah menandatangani kesepakatan dagang dengan Inggris dan kerangka kerja perdagangan terbatas dengan Tiongkok.

“Tarif perdagangan AS yang lebih tinggi diperkirakan akan menyebabkan gangguan ekonomi yang meluas,” papar Ibrahim.

Utang Pemerintah Sentuh Rp 10.269 Triliun

Posisi utang pemerintah pada akhir anggaran 2024 mencapai Rp10.269 triliun.

Kendati mencerminkan besarnya kewajiban negara, namun neraca pemerintah per 31 Desember 2024 mencerminkan posisi keuangan yang solid, dengan total aset Rp13.692,4 triliun, kewajiban Rp10.269,0 triliun, dan ekuitas Rp3.423,4 triliun. Sedangkan, posisi ekuitas negara sebesar Rp3.423,4 triliun merupakan gambaran kekayaan bersih serta kekuatan fiskal negara dalam menghadapi ketidakpastian dan risiko global yang masih tinggi.

Saldo Anggaran Lebih (SAL) per akhir 2024 tercatat sebesar Rp457,5 triliun. Jumlah ini turun tipis dari posisi awal tahun yang sebesar Rp459,5 triliun.

Pemanfaatan SAL

Ibrahim menyoroti, penurunan tersebut terjadi seiring pemanfaatan SAL untuk pembiayaan APBN. Meski begitu, level SAL masih memadai.

Pos anggaran SAL, berfungsi sebagai penyangga fiskal dalam menghadapi berbagai risiko dan ketidakpastian ke depan. Sedangkan, arus kas dari aktivitas investasi mencatatkan nilai negatif dari aktivitas investasi mencerminkan komitmen pemerintah untuk terus melakukan investasi produktif guna mendorong akselerasi pembangunan nasional,” ujarnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |