Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan yang signifikan, yang tercermin dari gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor industri, diantaranya terjadi di Sritex, Sanken, dan Yamaha Music.
Ekonom sekaligus Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda, menyebut bahwa kondisi ekonomi Indonesia berada dalam situasi "lampu kuning." Beberapa sektor, terutama industri tekstil, menghadapi pemutusan hubungan kerja yang cukup besar pada tahun 2024-2025.
"Ekonomi saat ini sedang dalam kondisi lampu kuning. Kita melihat industri kita babak belur dihajar oleh kondisi global dan domestik yang sedang tidak baik-baik saja," kata Nailul Huda kepada Liputan6.com, Senin (3/3/2025).
Menurutnya, salah satu faktor utama yang mempengaruhi sektor industri Indonesia adalah penurunan permintaan ekspor, terutama dari dua negara besar seperti China dan Amerika Serikat (AS).
Permintaaan Turun
Permintaan yang terus menurun dalam dua tahun terakhir, berdampak langsung pada produksi TPT (Tekstil dan Produk Tekstil) di dalam negeri. Hal ini memaksa industri tekstil untuk merasionalisasi produksi, mengingat volume permintaan ekspor yang tidak sebanding dengan kapasitas produksi.
Di samping itu, sektor industri lokal juga semakin tertekan oleh produk impor, terutama dari China, yang jauh lebih murah. Beleid Permendag No. 8 Tahun 2020 yang mempermudah arus impor barang dari luar negeri, semakin memperburuk persaingan bagi produk lokal.
Alhasil masyarakat cenderung memilih produk impor karena harga yang lebih murah, bahkan sampai ada laporan mengenai produk impor ilegal dari China yang masuk ke pasar Indonesia.
China lebih Murah
"Masyarakat lebih memilih produk dari China yang lebih murah, dibandingkan dengan produk lokal. Terlebih kemarin ada info masuknya produk impor dari China secara ilegal," ujarnya.
Nailul Huda menilai, dengan keadaan seperti ini, kemungkinan terjadinya lebih banyak PHK masih terbuka lebar, terutama mengingat kondisi Purchasing Managers’ Index (PMI) yang belum menunjukkan perbaikan signifikan.
"Permintaan dalam negeri mungkin akan membaik dalam beberapa bulan ke depan namun tidak akan signifikan saya rasa," ujarnya.