Liputan6.com, Jakarta - Ketegangan perang Iran-Israel dikhawatirkan mengganggu ekonomi global, termasuk Indonesia. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) disebut telah memiliki daya tahan terhadap ancaman krisis ekonomi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo), Edy Misero, menyampaikan sejumlah krisis ekonomi yang pernah dilalui. Kekuatan UMKM nyatanya mampu menjadi bantalan ekonomi nasional.
"Pelaku-pelaku UMKM di Indonesia sudah mengalami hal-hal yang namanya krisis, krisis ekonomi itu," kata Edy saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (25/6/2025).
Misalnya, krisis ekonomi pada 1998 saat lengsernya Presiden ke-2 RI, Soeharto. Kemudian, hantaman krisis ekonomi pada masa pandemi Covid-19. Kedua kondisi itu mampu dilalui oleh UMKM.
"Pelaku UMKM keluar daripada masalah-masalah kesulitan ekonomi," tegas dia.Dia mencatat, UMKM menjadi tulang punggung ekonomi nasional dengan kontribusi sebesar 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan menyerap 97 persen tenaga kerja Indonesia.
Atur Tata Kelola
Edy menyampaikan bahwa aspek tata kelola UMKM menjadi kunci bertahan di masa krisis. Hal ini berkaitan dengan pola operasional usaha tersebut.
Kendati begitu, upaya tersebut tak bisa berhasil jika hanya dijalankan oleh UMKM. Masyarakat pun dinilai perlu mengambil peran penting dengan melirik produk-produk lokal.
"Artinya, belajarlah untuk mulai tidak terlalu konsumtif. Kalau masih bisa ada yang disimpan sebagai saving, simpanlah. Sehingga pada masa-masa sulit kita tetap bisa survive," kata dia.
"Belajarlah masyarakat juga untuk melirik. Berhenti untuk melihat barang impor. Bagaimana melihat barang-barang produksi lokal. Bagaimana membeli barang-barang yang dihasilkan oleh pelaku-pelaku UMKM. Sehingga kita saling menopang satu dengan yang lain," sambung Edy.
Khawatir Harga BBM Naik
Sebelumnya, Asosiasi Industri Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Akumandiri) menyoroti potensi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akibat memanasnya konflik Iran-Israel. Pemerintah diminta mampu menahan harga agar tidak menjadi beban, khususnya bagi pelaku usaha mikro.
Ketua Umum Akumandiri, Hermawati Setyorinny, menyampaikan bahwa kenaikan harga minyak mentah dunia dikhawatirkan ikut memengaruhi harga BBM di dalam negeri. Alhasil, pelaku usaha mikro akan menjadi pihak yang paling terdampak.
"Nah itu harusnya ada pemerintah, harus hadir di sisi pelaku usaha mikro ya. Yang kita omongin bukan yang gede-gede, ya. Tapi mikro, dia ada di posisi itu, jadi tetap kalau bisa ya tidak dinaikkan harganya (BBM)," kata Hermawati saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (25/6/2025).
Berpihak ke Masyarakat Kecil
Menurutnya, alih-alih menaikkan harga BBM akibat melonjaknya harga minyak dunia, pemerintah sebaiknya mengalokasikan dana dari efisiensi anggaran lain. Pasalnya, BBM menjadi salah satu komponen penting dalam perhitungan biaya pokok produksi usaha mikro.
"Jadi kayaknya itu sih elemen penting ya dalam untuk berusaha, sebenarnya kan di minyak, di bahan bakar itu. Kalau itu terjadi ya, karena kalau itu terjadi pasti harga barang-barang juga naik," kata dia."Enggak cuma sesimpel itu, gitu ya. Pasti semuanya akan naik. Nah itu kayaknya pemerintah harus ada regulasi kebijakan dan berpihak kepada—bukan hanya berpihak—tapi ada di posisi masyarakat kecil, gitu," tegas Hermawati.