Liputan6.com, Jakarta Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), menyambut baik langkah pemerintah dalam menggulirkan stimulus ekonomi untuk menjaga daya beli masyarakat. Namun ia menyoroti perlunya perhatian khusus terhadap kelas menengah yang selama ini kerap luput dari jangkauan kebijakan fiskal.
Sekretaris Jenderal HIPMI, Anggawira menggarisbawahi pentingnya memperluas cakupan stimulus agar juga menjangkau masyarakat kelas menengah. Ia menilai bahwa kelompok ini kerap terjepit dalam kebijakan ekonomi.
Mereka tidak memenuhi kriteria penerima bantuan sosial, tetapi juga belum sepenuhnya kuat untuk menghadapi tekanan ekonomi yang berkepanjangan.
"Kelas menengah merupakan kelompok penyangga ekonomi nasional. Mereka berkontribusi besar terhadap konsumsi, perpajakan, hingga stabilitas sosial. Namun dalam banyak kebijakan, kelas menengah kerap 'terjepit' tidak cukup miskin untuk dibantu, namun belum cukup kuat untuk bertahan sendiri," katanya kepada Liputan6.com, Selasa (3/6/2025)..
HIPMI mendorong adanya stimulus yang bersifat selektif dan produktif bagi kelas menengah. Menurut Anggawira, stimulus semacam ini tidak hanya membantu kelompok tersebut tetap bertahan, tetapi juga menjaga agar konsumsi domestik tidak jatuh secara sistemik. Ia mengusulkan beberapa bentuk stimulus yang bisa dipertimbangkan oleh pemerintah.
Keringanan Kredit
Stimulus tersebut antara lain berupa keringanan kredit perumahan atau kendaraan produktif seperti mobil operasional dan motor kerja, insentif pendidikan untuk anak-anak kelas menengah berupa potongan Uang Kuliah Tunggal (UKT) atau beasiswa, serta program voucher belanja lokal atau cashback untuk belanja domestik.
Kebijakan-kebijakan ini dinilai dapat memberikan ruang fiskal bagi kelas menengah sekaligus mendorong perputaran ekonomi di tingkat lokal.
"Stimulus untuk kelas menengah ini penting agar tidak terjadi pelemahan konsumsi secara sistemik, yang bisa berdampak pada perlambatan pemulihan ekonomi secara keseluruhan," tegas Anggawira.
Dampak Stimulus Bagi Dunia Usaha
Lebih lanjut, ia menekankan efektivitas dari stimulus sangat bergantung pada kecepatan realisasi dan ketepatan sasaran. Bagi dunia usaha, stimulus diharapkan bukan hanya meredam tekanan jangka pendek, tetapi juga menciptakan efek berantai yang mampu menggerakkan sektor riil secara lebih luas.
"Dalam konteks dunia usaha, kami berharap stimulus ini juga mampu menciptakan efek pengganda (multiplier effect) terhadap sektor riil, terutama UMKM yang masih menjadi tulang punggung ekonomi nasional," tambahnya.
Selain untuk kelas menengah, HIPMI juga menilai stimulus tambahan yang menyasar sektor usaha produktif sangat diperlukan. Anggawira menyebutkan sejumlah insentif yang idealnya dapat dikaji lebih lanjut oleh pemerintah, seperti insentif fiskal dan pajak bagi UMKM dan startup yang tengah berupaya scale-up, subsidi bunga pinjaman bagi sektor padat karya dan berorientasi ekspor, serta dukungan logistik dan distribusi melalui potongan tarif tol dan bahan bakar.
Ia juga menyoroti pentingnya pembebasan atau pengurangan iuran BPJS Ketenagakerjaan bagi sektor yang terdampak, agar pelaku usaha tetap memiliki ruang untuk menjaga arus kas tanpa mengorbankan perlindungan bagi pekerja.
Dengan kombinasi stimulus yang tepat, baik dari sisi konsumsi rumah tangga maupun produktivitas usaha, HIPMI berharap pemulihan ekonomi nasional dapat berlangsung secara lebih merata dan berkelanjutan.