Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia menunjukkan pergerakan yang cenderung berhati-hati menjelang rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat (AS) atau Nonfarm Payrolls (NFP) pada Jumat (5/7/2025). Dalam perdagangan sesi Amerika Utara pada Rabu (3/7/2025), harga emas tercatat bergerak di kisaran USD 3.344 per troy ounce, mencerminkan sikap wait and see pelaku pasar menjelang rilis data penting tersebut.
Analis Dupoin Futures Indonesia, Andy Nugraha, menilai bahwa pergerakan emas saat ini masih berada dalam tren naik (bullish). Ia menjelaskan, pola candlestick dan indikator Moving Average pada grafik harga emas dunia saat ini menunjukkan sinyal awal terbentuknya tren bullish.
"Moving Average jangka pendek telah mulai memotong ke atas moving average jangka menengah, sementara rangkaian ‘higher low’ dan ‘higher high’ pada candlestick mengonfirmasi adanya dorongan beli yang konsisten,” jelas dia dalam keterangan tertulis, Kamis (3/7/2025).
Dari sisi teknikal, Andy memproyeksikan bahwa jika tekanan beli berlanjut pasca rilis NFP, harga emas berpotensi naik menuju level USD 3.362. Namun, ia juga mengingatkan risiko koreksi tetap terbuka jika momentum gagal bertahan, dengan support terdekat berada di kisaran USD 3.330.
Fundamental: Antara Defisit AS dan Ketidakpastian Pasar Tenaga Kerja
Dari sisi fundamental, kondisi fiskal Amerika Serikat juga menjadi sorotan. Usulan kebijakan pajak dari pemerintahan Presiden Donald Trump diprediksi akan memperlebar defisit anggaran, yang secara historis dapat mendorong permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas.
Sementara itu, laporan ADP Employment menunjukkan bahwa banyak perusahaan memilih untuk menahan proses rekrutmen alih-alih melakukan pemutusan hubungan kerja. Hal ini mencerminkan kehati-hatian sektor korporasi dalam merespons ketidakpastian ekonomi. Di sisi lain, kabar soal pemutusan 9.000 pekerjaan oleh Microsoft ikut memperkuat sentimen hati-hati di pasar tenaga kerja.
Laporan NFP dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS diperkirakan menunjukkan pertambahan sekitar 110.000 pekerjaan pada Juni, menurun dari 139.000 pada Mei. Tingkat pengangguran juga diperkirakan naik tipis dari 4,2% menjadi 4,3%, masih dalam batas toleransi The Fed sebesar 4,4%.
Hasil data ini akan menjadi penentu arah kebijakan suku bunga selanjutnya. Bila data lemah, peluang pemangkasan suku bunga makin terbuka, yang secara historis mendukung harga emas.
Geopolitik dan Suku Bunga Tetap Jadi Faktor Penentu
Di tengah tren bullish, reli harga emas sempat tertahan oleh meredanya tensi geopolitik. Kabar mengenai potensi gencatan senjata selama 60 hari di konflik Israel–Gaza dan kesepakatan damai sementara antara Israel dan Iran turut menekan minat pasar terhadap aset safe haven seperti emas.
Fokus investor juga tertuju pada tenggat waktu 9 Juli terkait keputusan tarif antara Amerika Serikat dan mitra dagangnya. Presiden Trump telah menegaskan tidak akan memperpanjang tenggat tersebut, yang menimbulkan potensi guncangan dalam perdagangan global dan turut mempengaruhi sentimen terhadap komoditas termasuk emas.
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell, dalam forum ECB di Sintra, menyatakan bahwa kebijakan pemangkasan suku bunga akan sepenuhnya bergantung pada data ekonomi yang akan datang. Artinya, The Fed tidak akan terburu-buru, dan pemangkasan suku bunga kemungkinan baru akan dilakukan pada September.
Outlook: Masih Positif, Tapi Waspada
Dengan mempertimbangkan faktor teknikal, fundamental, dan geopolitik yang terus berkembang, Andy Nugraha menilai bahwa pergerakan emas dalam waktu dekat kemungkinan tetap akan bergerak dalam kisaran USD 3.330–USD 3.362 per troy ounce, dengan bias masih cenderung positif.
Namun, pasar akan menunggu konfirmasi dari data NFP untuk menentukan arah selanjutnya.