Liputan6.com, Jakarta - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter kembali kedatangan dua trainset rangkaian KRL baru produksi China. Kedua trainset ini merupakan bagian dari kontrak pengadaan sarana KRL baru produksi CRRC Qingdao Sifang.
"Dua rangkaian KRL baru ini merupakan bagian dari delapan rangkaian KRL dari kontrak pengadaan sarana KRL baru gelombang kedua, yang sebelumnya pada kontrak pengadaan pertama sebanyak tiga trainset," terang VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus, Senin (28/4/2025).
Joni menambahkan, KAI Commuter secara total memesan sarana KRL baru sebanyak 27 trainset atau dengan total sebanyak 324 unit kereta. Total pemesanan sarana KRL baru oleh KAI Commuter tersebut terdiri dari 16 trainset dari PT INKA (Persero) dan sebanyak 11 trainset KRL pemesanan dari CRRC.
"Kedatangan seluruh sarana KRL baru ini merupakan salah satu upaya KAI Commuter dalam mengoptimalkan layanan kepada masyarakat, khususnya pengguna Commuter Line Jabodetabek. Selain itu, juga sebagai salah satu komitmen KAI Commuter dalam menjaga keselamatan dan kenyamanan pengguna Commuter Line," ungkapnya.
Saat ini, sarana-sarana KRL baru yang telah datang sedang dalam pengecekan awal secara menyeluruh sebelum dilakukan asesmen internal oleh KAI Commuter.
Selanjutnya, akan dilakukan uji dinamis di lintas Jabodetabek sesuai dengan Permenhub Nomor PM 49 Tahun 2023 tentang Standar, Tata Cara Pengujian, dan Sertifikasi Kelaikan Kereta Api Kecepatan Normal dengan Penggerak Sendiri oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan.
Ke depannya, seluruh sarana KRL baru tersebut akan digunakan sebagai pengganti sarana KRL milik KAI Commuter yang akan memasuki masa konservasi.
KAI Commuter juga berharap, pengadaan ini dapat memenuhi kebutuhan sarana KRL untuk pelayanan Commuter Line. Sebagai catatan, saat ini rata-rata volume pengguna KRL Commuter Line Jabodetabek mencapai lebih dari 1 juta orang setiap hari kerja.
"KAI Commuter juga mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan antusiasme masyarakat pengguna Commuter Line Jabodetabek atas kepercayaannya menjadikan moda transportasi Commuter sebagai transportasi utama yang efisien, ramah lingkungan, bebas macet, dan terjangkau dalam mobilitasnya," pungkas Joni.
KAI Commuter Tak Akan Impor Lagi KRL Bekas
PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter memastikan tak akan lagi menggunakan kereta rel listrik bekas yang diimpor dari luar negeri. Hal tersebut jadi rencana investasi yang dilakukan perusahaan beberapa tahun kedepan.
Direktur Utama KAI Commuter, Asdo Atriviyanto menyampaikan sejak 2023, diputuskan untuk tidak lagi mendatangkan kereta bekas dari luar negeri. Alhasil, KAI Commuter mengimpor sejumlah rangkaian pabrikan asal China, CRRC Qingdao Sifang.
"Di era 2023 sampai 2027 ini kita sudah mempersiapkan investasi beberapa kereta-kereta yang baru jadi kita sudah tidak membeli kereta yang bukan baru lagi," tegas Asdo di Stasiun Jakarta Kota, Selasa (22/4/2025).
Selain KRL impor dari China, KCI juga memesan sejumlah rangkaian yang diproduksi oleh PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA. Baik KRL impor maupun buatan lokal, keduanya dibuat khusus untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat, khususnya di Jabodetabek.
"Kita sudah investasi yang baru dengan rangkaian yang lebih panjang dengan 1 trainset 12 kereta, ini harapannya bisa mengangkut masyarakat Jabodetabek khususnya pengguna commuter line, bisa menampung kapasitas yang lebih banyak lagi," tuturnya.
Sudah 100 Tahun
Sebagai informasi, KRL sudah beroperasi selama 1 abad sejak April 1925 lalu. Kala itu, KRL dioperasikan pemerintahan Hindia Belanda dan melayani ruteo Tanjung Priok-Jatinegara. Dalam perayaan 100 tahun KRL, sejumlah lokomotif dari yang pertama beroperasi hingga terbaru ditampilkan di Stasiun Jakarta Kota.
"Yang istimewa hari ini kita nanti akan tampilkan kereta dengan teknologi dan penampilan terbaru dari produk CRRC China dan produk kebanggaan kita yaitu dari INKA," kata dia.
Asdo mengatakan, kereta pabrikan CRRC Sifang dan INKA belum beroperasi untuk mengangkut penumpang. Pasalnya masih harus ada langkah asesmen dari Kementerian Perhubungan yang perlu dilalui.
"Jadi ini memang kereta ini belum beroperasi karena masih tahap pengujian dan kita nanti menunggu sertifikasi dari Kementerian Perhubungan Dirjen Perkeretaapian, setelah dilakukan pengujian dan kita mendapatkan sertifikasi baru akan kita operasikan di lintas Jabodetabek," pungkas Asdo.