Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) menguat pada perdagangan Rabu, 25 Juni 2025. Kenaikan harga minyak terjadi setelah gencatan senjata Iran-Israel memicu aksi jual tajam pada awal pekan ini.
Mengutip CNBC, Kamis (26/6/2025), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 85 sen atau 0,85% ditutup ke posisi USD 64,92 per barel. Harga minyak acuan global Brent menguat 54 sen atau 0,8% ditutup ke posisi USD 67,68 per barel.
Harga minyak sempat melonjak ke level tertinggi dalam lima bulan setelah Amerika Serikat (AS) menyerang tiga lokasi nuklir di Iran selama akhir pekan. Namun, harga minyak berjangka dengan cepat dijual pada Senin dan Selasa pekan ini setelah Iran menahan diri untuk tidak menargetkan pasokan minyak mentah regional.
Selain itu, Presiden AS Donald Trump mendorong Yerusalem dan Teheran untuk melakukan gencatan senjata. "Dengan pengumuman gencatan senjata (Senin), Presiden Trump mengakhiri perang Iran-Israel selama 12 hari setelah berhasil melaksanakan strategi eskalasi ke de-eskalasi,” ujar Head of Global Commodity Strategy RBC Capital Markets, Helima Croft.
“Situasi terburuk tampaknya sudah berakhir saat ini, meski gencatan senjata masih rapuh,” kata dia.
Efek Gencatan Senjata Iran-Israel, Harga Minyak Malah Merosot Tajam
Sebelumnya, harga minyak dunia anjlok untuk hari kedua pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta), karena pasar bertaruh bahwa gencatan senjata antara Israel dan Iran akan bertahan dan risiko gangguan pasokan minyak mentah besar telah memudar.
Dikutip dari CNBC, Rabu (25/6/2025), harga minyak mentah AS ditutup turun 6% ke level USD 64,37 per barel. Sementara patokan harga minyak mentah global Brent turun 6,1% menjadi USD 67,14. Harga minyak ditutup 7% lebih rendah pada Senin karena pasar minyak bertaruh bahwa konflik di Timur Tengah akan segera berakhir.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump mengatakan China dapat terus membeli minyak dari Iran, yang tampak seperti tanda bahwa AS akan melunakkan kampanye tekanan maksimumnya terhadap Republik Islam tersebut.
“China kini dapat terus membeli minyak dari Iran,” kata Trump dalam sebuah unggahan di media sosial.
“Semoga saja, mereka juga akan membeli banyak minyak dari AS. Merupakan kehormatan besar bagi saya untuk mewujudkan ini," lanjut Trump.
Trump Ajak Negara Lain Beli Minyak AS
Namun, seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan bahwa Trump terus meminta Tiongkok dan semua negara untuk mengimpor minyak canggihnya daripada mengimpor minyak Iran yang melanggar sanksi AS.
Trump mengancam pada bulan Mei akan melarang negara mana pun yang membeli minyak Iran yang melakukan bisnis dengan AS. China membeli sebagian besar dari 1,7 juta barel per hari (bpd) yang biasanya diekspor Iran.
Trump mengatakan bahwa China dapat terus membeli minyak Iran karena Selat Hormuz akan tetap terbuka karena gencatan senjata, pejabat Gedung Putih menjelaskan. Selat tersebut merupakan jalur air sempit antara Iran dan Oman yang digunakan untuk mengangkut 20% minyak dunia. Investor khawatir Iran mungkin mencoba menutup selat tersebut selama konflik dengan Israel.
Harga Minyak Kembali ke Sebelum Konflik
Harga minyak telah jatuh ke level yang terakhir terlihat sebelum Israel mulai mengebom Iran pada 13 Juni, karena investor sekarang percaya risikonya rendah bahwa gangguan pasokan besar akan terjadi di Timur Tengah.
Keputusan AS untuk bergabung dengan kampanye Israel dan mengebom tiga lokasi nuklir utama di Iran selama akhir pekan awalnya memicu kekhawatiran bahwa Teheran mungkin mencoba menghentikan ekspor minyak dari Teluk Persia sebagai pembalasan.
Sebaliknya, Teheran melancarkan serangan rudal ke pangkalan udara AS di Qatar yang tidak menimbulkan korban jiwa, sehingga dapat mencegah eskalasi lebih lanjut. Trump mengumumkan perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Iran tak lama setelah itu.
Gencatan senjata berada di ambang kehancuran pada Selasa pagi karena Trump menuduh Iran dan Israel melanggar perjanjian tersebut tak lama setelah mulai berlaku. Presiden menuntut agar Yerusalem dan Teheran mematuhi perjanjian tersebut, dengan tetap memberikan kata-kata yang sangat keras terhadap Israel.