Ekspansi Smelter Aluminium, Inalum Butuh SDM Mumpuni

1 week ago 18

Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) bakal menambah smelter di Mempawah, Kalimantan Barat dan Kuala Tanjung, Sumatra Utara. Ada penambahan kapasitas hingga pembangunan smelter baru di lokasi-lokasi tersebut.

Perlu diketahui, Inalum sudah punya Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I di Mempawah. Kemudian, ada rencana pengembangan kapasitas SGAR 2 pada 2028 dan pembangunan Smelter 2 di Mempawah, Kalimantan Barat, dan Potline 4 di Smelter Kuala Tanjung, pada 2029.

Direktur Strategic Support & Human Capital Inalum, Benny Wiwoho menilai perlu sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam menopang perkembangan smelter tersebut.

"Seluruh progres ini menegaskan peran ICLF (Inalum Culture & Learning Festival) sebagai penggerak penguatan kapabilitas SDM, percepatan inovasi, dan peningkatan daya saing jangka panjang perusahaan," kata Benny dalam keterangannya, Rabu (10/12/2025).

Dia menjelaskan, Inalum sebagai bagian dari Holding BUMN Industri Pertambangan, MIND ID, jadi wajah dari industri aluminium terintegrasi di Indonesia. Maka, dibutuhkan karyawan yang siap terhadap dinamika perusahaan dan ekosistem industri aluminium nasional.

"Oleh karena itulah ICLF ini dibuat setiap tahun, kami menganggap bahwa Insan Inalum yang kompetitif, agile dan siap berkembang akan bisa lebih cepat membawa Inalum menjadi lebih kompetitif, inovatif, dan agile," ujar Benny.

Mau Bikin Smelter Baru

Sebelumnya, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) berencana membangun smelter baru di Mempawah, Kalimantan Barat. Total listrik yang dibutuhkan untuk operasional nantinya mencapai 1,2 gigawatt (GW).

Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita menyampaikan listrik itu perlu dipenuhi pada masa awal operasional di penghujung 2028 mendatang. Adapun, kebutuhan listriknya mencapai 932 megawatt (MW) dengan pasokan kapasitas terpasang 1,2 gigawatt (GW) untuk mengantisipasi pemadaman.

"New aluminium smelter itu dengan 600 ribu ton (kapasitas produksi) itu kita memerlukan 1,2 gigawatt (GW) instalasi terpasang," kata Melati dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI, Kamis (20/11/2025).

Perlu Listrik Tanpa Kedip

Dia mengatakan pasokan listrik diperlukan secara stabil atau tanpa kedip untuk menopang operasional smelter. Artinya, kebutuhan listrik itu harus konsisten sepanjang tahun.

"Karena memang musuh besar kami itu kalau listrik mati smelter kami tidak bisa recovery. Pot-nya langsung mati dan itu harus bangun lining baru untuk pot-nya. Jadi sangat berbahaya sekali kalau buat kami kalau availability-nya itu kurang dari 100 persen," tuturnya.

Dia menjelaskan, pengadaan pembangkit listrik di smelter Mempawah itu tidak masuk dalam anggaran Inalum. Berbeda dengan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I dan II yang dipasok dari pembangkit listrik pribadi milik Inalum.

"Jadi besar harapan kami, kami bisa beli listrik dari PLN," katanya.

Minta Restu Beli dari Swasta

Melati menuturkan, opsi lain pemenuhan listrik itu dipasok dari pembangkit swasta atau independent power producer (IPP) jika memang PLN tidak memiliki kapasitas sesuai yang dibutuhkan.

"Misalnya jika PLN tidak memiliki rencana untuk pemenuhan listrik di area Kalimantan Barat, maka kami minta diizinkan juga kami bisa mencari listrik, kapasitas listrik itu dari IPP-IPP yang lain," kata dia.

"Karena kami sangat ingin pembangunan oembangkit itu bisa menjadi captive source untuk smelter kita," imbuh Melati.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |