Ekspansi Bisnis, Anak Usaha Bank Taiwan Incar Kawasan Industri di Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank CTBC Indonesia (Bank CTBCI) kembali memperluas jaringan layanannya di Tanah Air. Bank yang telah beroperasi di Indonesia sejak 1997 itu meresmikan kantor cabang baru di Jalan Gajah Mada No. 113, Kelurahan Miroto, Kota Semarang.

Kehadiran kantor cabang ini menjadi bagian dari strategi ekspansi Bank CTBC Indonesia setelah 14 tahun tidak membuka jaringan baru.

Presiden Direktur Bank CTBC Indonesia, Iwan Satawidinata, menjelaskan bahwa Semarang dan wilayah Jawa Tengah memiliki potensi ekonomi yang terus berkembang, terutama dengan derasnya arus investasi asing.

Kawasan industri di Batang, Kendal, hingga Semarang menjadi destinasi baru bagi investor dari Taiwan, Tiongkok, dan Hong Kong.

"Banyak dari mereka merupakan nasabah CTBC di negara asalnya, dan kini mulai merelokasi pabriknya ke Jawa Tengah," katanya dalam keterangan resminya di lokasi, 9 Desember 2025.

Menurutnya, Foreign Direct Investment (FDI) menjadi penggerak penting ekonomi Indonesia. Karena itu, kehadiran kantor cabang di Semarang harapannya mampu mendukung kebutuhan layanan perbankan bagi para pelaku usaha yang tengah melakukan ekspansi maupun relokasi.

“Dengan banyaknya investasi yang masuk, terutama dari Taiwan, kami melihat Semarang sebagai wilayah strategis untuk memperkuat layanan kami. Kehadiran kantor cabang ini juga bertujuan mendukung nasabah yang memindahkan operasional pabriknya ke Jawa Tengah,” kata Iwan.

Bank CTBC Indonesia selama ini terkenal fokus pada layanan corporate banking dan commercial banking. Segmen itu pula yang menjadi target utama cabang Semarang.

Iwan menyebut banyak nasabah CTBC mengelola pabrik skala besar, termasuk industri alas kaki, sektor yang kuat di Taiwan, yang memproduksi sejumlah merek global seperti Nike dan On Running.

Sebagian dari pabrik tersebut kini beroperasi di Jawa Tengah dan Jawa Barat, dengan penyerapan tenaga kerja yang bisa mencapai 10.000 hingga 15.000 orang dalam satu fasilitas.

Sebelumnya, PT Bank CTBC Indonesia (Bank CTBC Indonesia) menyalurkan pendanaan tahap pertama senilai lebih dari seperempat triliun rupiah kepada PT Indonesia Fintopia Technology (Easycash), platform pinjaman daring (pindar) yang berizin dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pendanaan ini menjadi bagian dari komitmen bersama untuk memperluas akses pendanaan bagi masyarakat luas, termasuk individu, pekerja sektor informal, dan pelaku usaha dari berbagai segmen.

Direktur Utama Easycash Nucky Poedjiardjo Djatmiko menyatakan sinergi ini bukan hanya soal kecepatan dalam penilaian kredit, tetapi juga peningkatan akurasi.

“Easycash berkomitmen untuk meningkatkan inklusi keuangan menggunakan teknologi mutakhir. Kemitraan dengan CTBC Indonesia akan semakin meningkatkan kualitas proses penyaluran kredit serta memperluas jangkauan layanan Easycash untuk masyarakat yang membutuhkan," kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (22/5/2025).

Selain itu, kemitraan ini juga merupakan upaya untuk menjembatani gap pendanaan di Indonesia, diantaranya untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Berdasarkan kajian EY Indonesia, ada kebutuhan pendanaan UMKM secara nasional sebesar Rp4.300 triliun pada 2026. Namun, saat ini yang terakomodasi hanya sebesar Rp1.900 triliun, sehingga terdapat gap pendanaan sebesar Rp 2.400 triliun.

Sementara itu, menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 dari OJK, tingkat inklusi keuangan Indonesia mencapai 80,51%. Artinya, masih ada puluhan juta masyarakat yang belum terakses layanan keuangan formal.

Kemitraan ini menjadi langkah nyata CTBC Indonesia dan Easycash untuk memperkuat inklusi keuangan di Indonesia melalui pendekatan kolaborasi antara pihak perbankan dan platform pindar secara efektif dan aman.

"Kami akan menjalankan pendekatan dual track, yaitu dengan mengimplementasi strategi digital marketing yang efektif serta manajemen risiko secara prudent untuk menjaga kuantitas serta kualitas penyaluran pendanaan. Kami percaya kemitraan ini akan mempermudah lebih banyak masyarakat unbanked dan underbanked untuk mendapatkan akses layanan keuangan yang dapat diandalkan,” tutur Nucky.