Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat 40 poin pada Kamis (10/4/2025). Nilai tukar rupiah berada di posisi 16.833 per dolar AS dari sebelumnya 16.873 per dolar AS.
Mengutip Antara, Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menilai, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi penundaan penerapan kebijakan tarif oleh Presiden AS Donald Trump.
"Rupiah diprediksi ditutup menguat di kisaran Rp16.775-Rp16.870 yang dipengaruhi oleh faktor global, yaitu penundaan penerapan tarif oleh Presiden Trump," kata dia seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Kamis.
Kemarin, Trump mengumumkan lebih dari 75 negara akan diberikan penangguhan selama 90 hari dari tenggat waktu Rabu, 9 April 2025 yang mana sebelumnya akan dikenakan tarif lebih tinggi dari batas dasar 10 persen --bahkan dalam beberapa kasus, tarifnya bisa jauh lebih tinggi.
Trump menuturkan, penangguhan itu diberikan karena negara-negara tersebut telah menghubungi mitra mereka di AS untuk mencari solusi terkait isu-isu perdagangan, hambatan dagang, tarif, manipulasi mata uang, dan tarif nonmoneter.
Donald Trump juga menuturkan, negara-negara tersebut tidak melakukan tindakan balasan terhadap Amerika Serikat "dalam bentuk apa pun."
Untuk faktor domestik, sentimen positif berasal dari level inflasi yang rendah sebesar 1,03 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) pada Maret 2025.
Selain itu, juga adanya harapan penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).
"Ruang penurunan suku bunga oleh BI cukup besar karena inflasi masih sangat rendah. Alasan yang mendasar lebih pada menjaga momentum pertumbuhan agar tidak terjadi stagnasi ekonomi," ujar Rully.
Rupiah Menguat terhadap Dolar Usai Rilis Inflasi, Hari Ini di Level Rp 16.800 per USD
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan pada Rabu, 9 April 2025. Rupiah ditutup menguat 18 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 85 poin di level Rp 16.872 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.890.
“Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 16.860 - Rp 16.900,” ungkap pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (9/3/2025).
Rupiah menguat meski Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) inflasi 1,65% secara bulanan atau month to month (MtM) pada Maret 2025.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah mengungkapkan bahwa erjadi kenaikan IHK dari 105,48 pada Februari 2025 menjadi 107,22 pada Maret 2025. Secara year on year (YoY), Indonesia mengalami inflasi sebesar 1,03% dan secara tahun kalender atau year to date (YtD) terjadi inflasi sebesar 0,39%.
“Hari ini pasar sedikit goyah setelah Presiden AS Donald Trump menambah tarif baru yang juga ditujukan pada beberapa ekonomi utama di luar Tiongkok salah satunya Indonesia yang terkena dampak tarif 32%,” kata Ibrahim.
Pada Selasa (8/4), Trump menandatangani perintah yang mengenakan tarif tambahan sebesar 50% pada Tiongkok, sehingga tarif kumulatif AS terhadap negara tersebut menjadi 104%.
Angka tersebut jauh di atas 60% yang diumumkan Trump selama kampanye Pilpres AS di 2024 lalu.
AS-Tiongkok Saling Balas Tarif Impor
Trump mengatakan, kenaikan 50% tersebut merupakan balasan atas pengenaan tarif balasan sebesar 34% oleh Tiongkok terhadap AS pekan lalu. “Pelonggaran kontrol yuan oleh PBOC tampaknya ditujukan untuk meningkatkan nilai ekspor Tiongkok, yang pada gilirannya dapat membantu ekonomi terbesar kedua di dunia itu menghadapi perang dagang yang mengerikan dengan AS,” papar Ibrahim. Sejauh ini, Tiongkok tidak menunjukkan niat untuk menghentikan pengenaan tarif balasan, dengan Kementerian Perdagangan berjanji untuk "berjuang sampai akhir" dengan AS atas peningkatan tarifnya.
“Pasar juga berspekulasi bahwa Tiongkok membuang kepemilikannya yang besar atas Obligasi Pemerintah AS, yang menyebabkan lonjakan besar dalam imbal hasil,” kata Ibrahim.