Citra Bersih, Jejak Kotor: Greenwashing Investasi China di RI Terungkap

1 month ago 26

Liputan6.com, Jakarta - China gencar menggaungkan citra sebagai mitra strategis dalam transisi energi bersih melalui proyek-proyek investasi ramah lingkungan di Indonesia. Di bawah payung Belt and Road Initiative (BRI), sejumlah proyek skala besar dipromosikan sebagai bagian dari solusi global terhadap krisis iklim.

Namun, narasi manis itu mulai dipertanyakan. Laporan terbaru dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengungkap fakta berbeda di lapangan. Alih-alih mendorong keberlanjutan, sejumlah investasi asal China justru memunculkan berbagai dampak negatif—dari pencemaran lingkungan hingga pelanggaran hak-hak pekerja.

Dalam diskusi publik bertajuk “Di Balik Tirai Hijau: Membongkar Greenwashing dalam Investasi China”, CELIOS menyebut bahwa praktik greenwashing—atau upaya menyamarkan dampak buruk dengan label “hijau”—semakin marak, bahkan melibatkan aktor domestik di Indonesia.

Praktik greenwashing bukan hal baru dalam kancah investasi global. Istilah ini merujuk pada strategi perusahaan atau negara dalam menyampaikan citra ramah lingkungan yang tidak sejalan dengan kenyataan operasionalnya.

Dalam konteks Indonesia, fenomena ini dikemukakan dalam sejumlah proyek investasi asal China, yang diakui sebagai bentuk dukungan terhadap energi bersih dan pembangunan berkelanjutan.

Melalui program Belt and Road Initiative (BRI), China menjanjikan investasi “hijau” dalam berbagai sektor, termasuk energi, transportasi, dan hilirisasi industri. Narasi yang dibangun adalah dukungan terhadap transisi energi, pengurangan emisi karbon, serta pengembangan teknologi ramah lingkungan.

Namun, dalam laporan CELIOS yang dipaparkan oleh peneliti Zulfikar Ahmad, narasi tersebut banyak disampaikan tanpa memperlihatkan dampak negatif yang ditimbulkan. Bahkan, narasi hijau ini tidak hanya datang dari aktor asing, melainkan juga digaungkan kembali oleh sejumlah figur politik dan media dalam negeri.

“Ini bukan sekadar disinformasi. Kadang narasi yang disampaikan memang ada dasarnya, tetapi aspek negatifnya diabaikan atau ditekan,” ujar Zulfikar dalam webinar tersebut dikutip Kamis (7/8/2025).

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |