Liputan6.com, Jakarta Tiongkok dan Amerika Serikat mengumumkan gencatan senjata dalam perang dagang mereka pada hari Senin setelah pembicaraan di Jenewa, yang akan menghapus sebagian besar tarif impor dan tindakan balasan lainnya mulai Rabu.
Dikutip dari Reuters, Rabu (14/5/2025), Amerika Serikat akan menurunkan tarif tambahan yang diberlakukan terhadap Tiongkok tahun ini dari 145% menjadi 30%. Sementara China akan menurunkannya dari 125% menjadi 10%.
Tarif yang diberlakukan sebelum 2 April, termasuk yang diberlakukan sejak masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump, serta pembatasan lainnya seperti penghapusan pengecualian tarif untuk paket bernilai rendah oleh AS, tampaknya masih tetap berlaku.
Amerika Serikat telah setuju untuk menyesuaikan atau mencabut tiga perintah eksekutif yang secara kolektif memberlakukan tarif sebesar 115% atas impor dari China.
Washington setuju untuk menurunkan tarif yang disebut sebagai "Liberation Day" dari 34% menjadi 10% selama 90 hari, serta menghapus seluruh tarif yang diberlakukan selama eskalasi aksi balasan sebelumnya.
China Cabut Semua Tarif
China pun melakukan penyesuaian serupa dengan mencabut semua tarif yang diberlakukan sejak 2 April, kecuali yang sebesar 10%, sehingga tarif saat ini menjadi 10%.
Namun demikian, China masih menghadapi tarif sebesar 30% jika tarif yang diberlakukan sebelum 2 April dihitung, termasuk dua putaran tarif yang diberlakukan pada bulan Februari dan Maret.
AS dan China Sepakat Turunkan Tarif, Goldman Sachs Pangkas Peluang Resesi
Goldman Sachs memangkas prediksi resesi untuk Amerika Serikat (AS) menjadi 35% dari 45%. Hal itu membuat Goldman Sachs menjadi lembaga besar pertama yang melakukannya setelah jeda tarif Amerika Serikat (AS) dan China meningkatkan harapan akan ada pelonggaran dalam perang dagang global.
Mengutip Yahoo Finance, Selasa (13/5/2025), Amerika Serikat (AS) dan China sepakat untuk mengurangi tarif impor masing-masing selama 90 hari pada Senin, 12 Mei 2025. AS menurunkan tarif atas barang-barang China menjadi 30% dari 145% dan China memangkas bea masuk atas impor AS menjadi 10% dari 125%.
Perusahaan pialang global telah meningkatkan peluang terhadap resesi AS dan global bulan lalu. Hal ini karena kekhawatiran tarif mengancam akan melemahkan kepercayaan bisnis dan memperlambat pertumbuhan.
Goldman Sachs juga menaikkan perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada 2025 sebesar 0,5 poin persentase menjadi 1%.
Prediksi Pemangkasan Suku Bunga
Dengan prospek pertumbuhan yang berpotensi membaik, Goldman sekarang memprediksi total tiga kali pemangkasan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS pada 2025 dan 2026. Mereka memperkirakan satu pemangkasan pada Desember, dan bukan Juli. Sisanya pada Maret dan Juni tahun depan.
Goldman sebelumnya telah memprediksi tiga kali pemangkasan suku bunga pada 2025.
“Alasan pemotongan suku bunga bergeser dari asuransi ke normalisasi karena pertumbuhan tetap agak lebih kuat, tingkat pengangguran meningkat agak lebih rendah, dan urgensi untuk dukungan kebijakan berkurang,” kata Goldman.
Goldman Sachs juga menaikkan target akhir tahun untuk indeks S&P 500 menjadi 6.100 dari 5.900. Hal ini lantaran tarif yang lebih rendah dan risiko resesi. Pada Senin, 12 Mei 2025, indeks S&P 500 ditutup ke posisi 5.844,19.
Sementara itu, Citigroup mendorong harapannya untuk pemangkasan suku bunga the Fed menjadi Juli dari Juni 2025.