Liputan6.com, Jakarta Federal Reserve (The Fed) berencana memangkas sekitar 10% tenaga kerjanya secara bertahap dalam beberapa tahun ke depan.
Melansir CNBC International, Minggu (18/5/2025), kebijakan PHK ini diumumkan langsung oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam sebuah memo internal
“Pengalaman di sini dan di tempat lain menunjukkan bahwa adalah hal yang baik bagi organisasi manapun untuk secara berkala meninjau kembali staf dan sumber dayanya. The Fed telah melakukan itu dari waktu ke waktu seiring dengan perubahan pekerjaan, prioritas, atau lingkungan eksternal kami,” kata Powell dalam memo tersebut.
Sebagai bagian dari strategi efisiensi ini, Powell telah menginstruksikan pimpinan di berbagai divisi The Fed untuk melakukan konsolidasi fungsi, memodernisasi praktik bisnis, dan menyesuaikan struktur organisasi agar tetap efisien dan relevan dengan kebutuhan saat ini.
Tawarkan Pensiun
Salah satu pendekatan yang akan digunakan adalah program pengunduran diri sukarela yang ditangguhkan, ditujukan untuk pegawai Federal Reserve yang memenuhi syarat penuh untuk pensiun hingga akhir 2027. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi jumlah staf tanpa perlu PHK paksa.
Menurut laporan tahunan The Fed untuk tahun 2023, lembaga ini memiliki sekitar 24.000 pegawai. Dengan target pengurangan 10%, jumlah karyawan akan turun menjadi kurang dari 22.000 orang. Maka dari itu ada sekitar 2.000 pegawai yang kemungkinan akan terkena PHK.
Upaya Efisiensi oleh Trump
Kebijakan ini dirilis di tengah dorongan dari pemerintahan Trump untuk memangkas anggaran dan meningkatkan efisiensi di berbagai instansi layanan sipil. Inisiatif ini juga didukung oleh Elon Musk melalui upaya yang dikenal sebagai Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE). Musk bahkan pernah menyebut bahwa The Fed "sangat kelebihan staf."
Namun, dalam memo tersebut, Powell tidak menyebut nama Elon Musk atau DOGE sebagai alasan di balik kebijakan pengurangan pegawai ini.
Langkah efisiensi ini dinilai sebagai bagian dari penyesuaian internal yang mencerminkan kebutuhan organisasi untuk tetap adaptif terhadap perubahan lingkungan dan dinamika ekonomi, tanpa mengorbankan misi utama The Fed sebagai otoritas moneter AS.
The Fed Pertahankan Suku Bunga Acuan, Ini Alasannya
The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS) mempertahankan suku bunga acuan pada Rabu, 7 Mei 2025. Selain itu, the Fed juga memperingatkan risiko lebih tinggi terhadap sasaran inflasi dan pengangguran seiring tarif yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
Mengutip Channel News Asia, Kamis (8/5/2025), the Fed mempertahankan suku bunga acuan 4,25%-4,50%. Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan ada “banyak ketidakpastian” mengenai kebijakan tarif pemerintahan Trump akan berakhir.
Presiden AS Donald Trump memberlakukan pungutan tinggi bulan lalu terhadap China dan pungutan “dasar” yang lebih rendah sebesar 10% terhadap barang-barang dari sebagian besar negara lain. Hal itu memicu turbulensi selama berminggu-minggu di pasar keuangan.
Gedung Putih juga mengenakan tarif lebih tinggi pada puluhan mitra dagang lainnya dan kemudian tiba-tiba menghentikannya hingga Juli 2025. Langkah ini sebagai upaya Amerika Serikat kembali berunding dengan negara lain mengenai aturan perdagangan yang ada.
Banyak analis telah memperingatkan tindakan pemerintah kemungkinan akan mendorong inflasi dan pengangguran sekaligus memperlambat pertumbuhan, setidaknya dalam jangka pendek.
Hal itu dapat mempersulit jalan menuju penurunan suku bunga bagi the Fed yang memiliki mandat ganda untuk bertindak secara independent dari tekanan politik. Ini untuk menjaga inflasi 2% dalam jangka panjang dan tingkat pengangguran serendah mungkin.
Ditanya mengenai kritik publik yang ditujukan kepada Powell dan pejabat the Fed oleh pejabat senior pemerintah, termasuk presiden yang menyerukan untuk memangkas suku bunga. Hal ini untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Powell optimistis kritik Trump tidak memengaruhi pekerjaan the Fed untuk menangani inflasi dan pengangguran.
“Kami akan selalu mempertimbangkan hanya data ekonomi, prospek, keseimbangan risiko, dan hanya itu,” ujar dia.