Prediksi Harga Emas Pekan Depan, Siap-siap Rugi Lagi!

7 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia kembali mengalami tekanan sepanjang pekan ini, dibayangi oleh data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan perlambatan serta ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed.

Walaupun sempat menguat di akhir pekan karena pelemahan dolar AS dan kekhawatiran global, tekanan teknikal tetap mendominasi dalam pembentukan harga emas dan mengindikasikan potensi penurunan lanjutan pada pekan mendatang.

Analis Dupoin Futures Indonesia Andy Nugraha menjelaskan, pada pekan ini, data ekonomi dari AS memberikan sinyal yang beragam namun cenderung melemah. Indeks Harga Produsen (PPI) untuk April tercatat turun tajam, yakni -0,5% secara bulanan dan -2,4% secara tahunan lebih lemah dari ekspektasi pasar.

Di sisi lain, penjualan ritel hanya tumbuh tipis sebesar 0,1%, menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat mulai melemah. Kombinasi data tersebut memperbesar kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed, yang menurut pasar memiliki peluang hampir 50% untuk terjadi pada bulan September mendatang.

"Kondisi ini sempat mendukung rebound harga emas dari level terendah mingguan di USD 3.121 per ons menuju area USD 3.200 ke atas," jelas dia dalam keterangan tertulis, Minggu (18/5/2025).

Namun, Andy Nugraha, mencermati bahwa pergerakan harga emas secara teknikal masih dalam tekanan. Berdasarkan analisis candlestick harian dan posisi harga terhadap indikator Moving Average, tren bearish tampak semakin terbentuk.

“Jika kita melihat struktur pergerakan harga emas saat ini, tekanan jual masih sangat dominan. Harga emas belum mampu menembus resistance krusial di USD 3.295, yang menjadi penentu utama apakah pasar siap membalikkan tren atau tidak,” ujar Andy.

Proyeksi Minggu Depan

Untuk proyeksi pekan depan, Andy memperkirakan harga emas dunia berpotensi melanjutkan pelemahannya menuju kisaran USD 3.070, jika tekanan terus berlanjut.

Namun, ia juga menekankan bahwa jika terjadi pergerakan teknikal yang kuat dan harga mampu breakout menembus level USD 3.295, maka peluang rebound menuju USD 3.435 akan terbuka cukup lebar.

Ini akan sangat bergantung pada reaksi pasar terhadap data ekonomi berikutnya dan nada kebijakan dari para pejabat The Fed.

Di tengah sentimen geopolitik seperti potensi kesepakatan dagang AS-China dan isu nuklir AS-Iran, pasar emas tetap dibayangi ketidakpastian yang tinggi. Ini membuat logam mulia seperti emas masih menjadi pilihan perlindungan, namun ruang penguatannya terbatas selama faktor teknikal belum mendukung pembalikan tren.

Pelaku pasar disarankan untuk terus mencermati data-data lanjutan dari AS, terutama yang berkaitan dengan inflasi dan ketenagakerjaan, serta sikap Federal Reserve. Selama harga belum mampu bertahan di atas zona resistance teknikal, maka outlook jangka pendek emas cenderung masih berada dalam tekanan.

Harga Emas Dunia di Akhir Pekan

Harga emas dunia turun lebih dari 2% pada perdagangan hari Jumat dan berada membukukan kinerja mingguan terburuk dalam enam bulan.

Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot turun 1,6% menjadi USD 3.188,25 per ons dan turun 4,1% pada minggu ini. Sedangkan untuk harga emas berjangka AS ditutup 1,2% lebih rendah pada USD 3.187,2 per ons.

Bulan lalu, harga emas dunia mencapai rekor tertinggi USD 3.500,05 per ons di tengah meningkatnya ketegangan perang dagang.

Analis senior Kitco Metals Jim Wycoff menjelaskan, adanya pembicaraan yang positif mengenai perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China telah menghidupkan kembali selera risiko di pasar keuangan. Sejumlah investor mulai memburu lagi aset-aset berisiko dan meninggalkan instrumen safe haven.

"Pergeseran ini mendorong aksi ambil untung di kalangan pedagang berjangka, khususnya di pasar emas, dan telah memicu gelombang likuidasi selama seminggu,” kata Jim Wycoff. 

Pemerintahan di Washington dan Beijing awal minggu ini mengumumkan jeda perang tarif selama 90 hari, sementara mereka menyusun rincian untuk mengakhiri perang dagang mereka.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |