Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menargetkan, Indonesia dan Amerika Serikat (AS) bisa mencapai kesepakatan tarif impor lebih baik daripada Vietnam.
Untuk diketahui, Presiden AS Donald Trump dan jajarannya melunak, dengan hanya mengenakan tarif impor kepada barang-barang Vietnam sebesar 20 persen. Sementara untuk produk dari negara ketiga yang dikirim ulang melalui Vietnam, kena tarif 40 persen.
"Kalau Vietnam 20-40 persen. Tentu kita berharap lebih baik dari itu," kata Menko Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Dalam perundingan dengan AS, Indonesia bernegosiasi untuk satu tarif impor saja. Lantaran, Indonesia tidak melakukan praktik transhipment seperti Vietnam, yang jadi pihak ketiga untuk mengirimkan barang dari negara lain.
"Indonesia tidak melakukan transhipment. Jadi itu tidak dibahas dengan Indonesia," ujar Airlangga.
Adapun, selain mendapat keringanan tarif impor dari Amerika Serikat, Vietnam juga bakal mengenakan tarif 0 persen untuk barang-barang yang diimpor dari Negeri Paman Sam.
Pembebasan Bea Masuk
Saat ditanya apakah Indonesia turut menawarkan kebijakan pembebasan bea masuk untuk barang impor dari AS, Airlangga menyatakan, Pemerintah RI sebenarnya telah melakukannya lebih dulu untuk beberapa komoditas.
"Terkait tarif yang kebanyakan impor ke Amerika, tarifnya di bawah 10 persen, bahkan ada yang 0 dan 5 persen. Jadi itu adalah top komoditas yang Indonesia impor dari Amerika," bebernya.
"Detilnya nanti sesudah diumumkan, nanti kita umumkan juga," dia menekankan.
Inggris, China dan Vietnam Sudah Deal dengan AS
Selain Vietnam, Airlangga menyebut negara lain seperti Inggris dan China pun sudah menjalin kesepakatan tarif dengan pihak Washington DC. Oleh karenanya, Pemerintah RI terus menggencarkan negosiasi sebelum deadline per 9 Juli 2025 mendatang.
"Yang belum (deal) lebih dari 100 negara. Yang sudah deal baru UK, China dan Vietnam. China pun baru berlaku sementara, 90 hari," ungkap dia.
"Kesepakatan tarif sudah ada pembicaraan. Nanti kita tunggu saja perkembangannya. Karena ini day-to-day-nya berubah terus," pungkas Airlangga.
Nego Tarif Trump, Indonesia Bakal Impor USD 34 Miliar Produk AS
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, Indonesia menawarkan pembelian barang atau impor barang dari Amerika Serikat sebesar USD 34 miliar. Tawaran itu jadi salah satu bagian dari upaya perundingan Indonesia terhadap tarif resiprokal oleh Presiden AS, Donald Trump.
Airlangga mengatakan, jumlah tawaran pembelian barang impor AS tersebut lebih besar dari surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap Amerika Serikat, yang mencapai sekitar USD 18-19 miliar.
"Jadi kita trade deficit terhadap Amerika Serikat USD 19 miliar, tetapi yang kita offer kepada mereka jumlahnya melebihi, USD 34 miliar," ujar Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Menurut dia, pengajuan pembelian barang Amerika Serikat tersebut mengikuti prinsip Pak Pok yang kerap digaungkan oleh Presiden Prabowo Subianto, dengan mengimpor semua bahan dari Amerika Serikat.
"Tentu kita arahan pak pok dari Presiden, dengan adanya komitmen pembelian Indonesia ke Amerika yang sifatnya tidak short term, tapi bisa long term," ungkap dia.
Adapun pembelian barang dari Negeri Paman Sam tersebut bakal terdiri dari beberapa kategori. Mulai dari sektor energi, pertanian, hingga dalam bentuk investasi.
BUMN dan Danantara
Dikatakan Airlangga, BUMN dan Danantara nantinya akan ikut terlibat dalam perjanjian dagang ini. "Jadi sudah dibahas mengenai rencana pembelian energi 15,5 miliar, pembelian barang agriculture, dan terkait rencana investasi, termasuk di dalamnya BUMN dan Danantara," urainya.
Kepastian perjanjian dagang ini nantinya bakal dilaksanakan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara pihak Indonesia-AS di Amerika Serikat pada 7 Juli 2025 mendatang.
"Rencananya akan diadakan perjanjian atau MoU antara Indonesia dengan mitranya di AS pada 7 juli nanti. Menunjukan bahwa Indonesia incorporated antara pemerintah, BUMN, dan pelaku usaha, bersama-sama merespons terkait dengan adanya pengenaan tarif resiprokal," jelasnya.
Coba Kejar Vietnam
Adapun dalam upaya perundingan tarif resiprokal oleh AS ini, Vietnam telah berhasil mencapai kesepakatan. Dengan pengenaan tarif lebih kecil, yakni 20 persen dari semula 46 persen.
Untuk itu, Airlangga mengutarakan, tim negosiasi dari Indonesia saat ini terus berusaha di Washington DC bersama-sama dengan negara lain, seperti India, Jepang, Uni Eropa, Malaysia, termasuk Vietnam.
"Indonesia menunjukan sangat serius merespon tarif ini. Indonesia secara tertulis pun sudah memasukan dan membahas, baik dengan USTR, Secretary of Commerce, and Secretary of Treasury," pungkas Airlangga.