Liputan6.com, Jakarta Pengusaha teknologi Lucy Guo yang berusia 30 tahun, baru-baru ini menggeser Taylor Swift sebagai miliarder perempuan termuda di dunia yang meraih kekayaannya secara mandiri. Namun, jangan harap ia akan merayakannya dengan gegap gempita.
"Rasanya gelar itu berubah tiap tahun. Secara pribadi, itu hampir tidak berarti apa-apa bagi saya," ujar Lucy Guo kepada The Post mengenai peringkat majalah Forbes tersebut pada, Minggu (20/7/2025).
Guo meraih kekayaan miliarnya dari Scale AI, perusahaan rintisan yang fokus pada pelabelan data untuk kecerdasan buatan. Ia mendirikan startup ini bersama Alexandr Wang pada 2016 saat usianya baru 21 tahun. Dua tahun kemudian, Guo keluar dari perusahaan, tetapi tetap mempertahankan sekitar 5% saham. Meski terlihat kecil, kepemilikan ini berubah menjadi keuntungan besar ketika nilai perusahaan melonjak menjadi 25 miliar dollar pada April lalu. Alhasil, saham Guo pun ditaksir mencapai 1,2 miliar dollar.
Sehingga, secara resmi Lucy Guo kini seorang miliarder, tapi ia sendiri tidak merasa seperti itu. Guo sendiri memiliki prinsip hidup yang ia pegang teguh: “Act broke, stay rich”, atau tampil sederhana meski kaya raya.
Rutinitas Super Padat Sang Miliarder
Mantan programmer yang kini menjadi pendiri startup ini masih menjalani rutinitas kerja yang super padat, mencapai 90 jam per minggu. Jadwal hariannya dimulai pukul 5:30 pagi dan baru berakhir tengah malam, lengkap dengan empat sesi kelas Barry’s Bootcamp (kelas kebugaran) setiap harinya.
Guo menyebut gen “tidak butuh tidur” miliknya berasal dari orang tuanya, imigran asal Tiongkok yang bekerja sebagai insinyur di kawasan San Francisco Bay.
Sosok inovatif di dunia teknologi ini dikenal sebagai pribadi yang ceplas-ceplos dan tidak suka pada hal-hal yang membuang waktu.
“Aku nggak nonton TV atau scroll TikTok. Itu memberiku banyak waktu tambahan setiap hari. Aku terus bergerak, sementara banyak orang justru meluangkan waktu untuk santai. Kalau aku, waktu luangnya justru diisi hal-hal seru, kayak jam 10 malam pergi makan bareng teman,” akunya.
Meski ia tidak menghamburkan uang untuk mobil Bentley atau tas Birkin, Guo tetap punya segudang minat, mulai dari Barry’s Bootcamp, festival musik EDM, skateboard, terjun payung, mengoleksi boneka Pokémon, hingga membangun startup dari nol.
Proyek profesional terbarunya yang ia kerjakan penuh semangat adalah Passes, platform berbasis kreator yang ia dirikan pada 2022. Hanya dalam waktu singkat, Passes telah membantu berbagai konten kreator, dari influencer, YouTuber, podcaster, astrolog, sampai pegolf, telah menghasilkan pendapatan ratusan ribu dollar.
“Passes adalah platform bisnis lengkap bagi para kreator. Mereka bisa menjual merchandise, langganan konten, video YouTube yang belum dirilis, siaran langsung, hingga grup chat eksklusif untuk para penggemar, semuanya dalam satu tempat,” jelas Guo.
Lahirnya Ide Besar
Ide untuk membangun Passes muncul saat pandemi, ketika Guo sedang menjalankan inkubator startup. Ia melihat figur seperti Logan Paul dan Kylie Jenner mampu membangun brand bernilai ratusan juta dolar. Dari situ, ia menyadari bahwa kekuatan utama bukan hanya di popularitas, tetapi juga pada kepemilikan (atas bisnis dan merek itu).
“Kreator itu unik. Mereka bisa menjual apa saja, dan mereka tidak punya biaya akuisisi pelanggan seperti bisnis pada umumnya. Mereka sebenarnya adalah bisnis kecil yang berkembang menjadi bisnis besar, tapi selama ini banyak yang dikelola secara tidak optimal. Tak ada yang benar-benar membantu mereka mendapatkan kepemilikan saham atau membangun kekayaan lintas generasi,” ujarnya.
Lewat Passes, Guo ingin mengubah kondisi itu. Ia menghadirkan serangkaian alat yang dapat membantu kreator untuk memonetisasi brand mereka, mulai dari layanan desain internal hingga pemanfaatan kecerdasan buatan. Dan yang paling penting, kreator bisa menyimpan hingga 90% dari pendapatan mereka.
“Sekarang kami telah menjadi 80% sampai 100% dari total penghasilan para kreator. Bahkan kreator yang punya jutaan pengikut di platform lain mengatakan kepada kami bahwa penghasilan paling stabil mereka berasal dari sini, dan kami juga menjadi sumber penghasilan terbesar mereka,” ujar Guo dengan nada bangga.
Berbeda dengan Instagram atau TikTok yang berfokus pada jangkauan luas, Passes fokus pada hubungan antara kreator dan para penggemar setianya, dengan fitur monetisasi yang sudah terintegrasi sejak awal.
“Instagram membangun untuk jangkauan luas. Passes membangun untuk hubungan mendalam. Kami lebih mirip Patreon,” kata Guo.
Meski begitu, Passes kerap dibandingkan dengan OnlyFans. Namun Guo dengan tegas menolak anggapan itu. Baginya, perbandingan itu tak relevan dan keliru.
“Fitur-fitur kami sangat berbeda dari OnlyFans (OF). Dan bahkan jika kamu tidak membuat konten telanjang di OnlyFans, tipe kreator yang kami tarik tidak akan pernah menggunakan OF karena mereka tidak ingin hal itu menjadi bagian dari citra merek mereka,” bantah Guo.
Ia juga menekankan bahwa Passes memiliki kebijakan larangan konten telanjang dan pedoman yang lebih ketat dibandingkan OF. Namun demikian, ada beberapa kontroversi di Passes. Sebuah gugatan hukum yang diajukan tahun ini menuduh bahwa konten di bawah umur sempat llos dari pengawasan, tuduhan yang disebut Guo sebagai pemerasan.
"Kami telah mengajukan permohonan untuk membatalkan gugatan. Klaim mereka tidak sesuai dengan hasil investigasi kami. Pelaku jahat akan selalu ada, dan kami hanya bisa melakukan yang terbaik untuk mencegah hal-hal seperti ini," katanya, membantah tuduhan tersebut.
Saat ini, Passes memiliki sekitar 50 karyawan, ribuan kreator, dan jutaan pelanggan. Penghasil uang terbesar di platform ini termasuk pegolf Charley Hull, YouTuber Sssniper Wolf, dan ceruk pasar yang ternyata menguntungkan, para astrolog yang menjual ramalan harian.
“Para reator-kreator kami melakukan hal-hal luar biasa. Dan ini baru permulaan,” kata Guo.
Perjalanan Karier Guo
Karier Guo memang selalu selangkah lebih maju dari yang lain. Ia mulai belajar coding sejak kelas dua SD, lalu menempuh studi Ilmu Komputer dan Human-Computer Interaction (HCI) di Carnegie Mellon, meski akhirnya memilih drop out setelah mendapatkan beasiswa Thiel (beasiswa bergengsi untuk anak muda membangun startup) senilai 100.000 dollar. Perempuan asal California ini sempat magang di Facebook, menjadi desainer perempuan pertama di Snapchat, dan bertemu rekan pendirinya di Scale AI, Alexandr Wang, saat bekerja di Quora. Sisanya, seperti yang mereka bilang, adalah sejarah bernilai miliaran dolar.
Namun meskipun telah membangun segalanya dari nol, Guo mengakui bahwa dirinya masih sering diremehkan.
“Orang-orang nggak tahu seberapa besar kerja keras yang dibutuhkan untuk sampai di titik ini. Mereka hanya melihat judul berita, tapi nggak lihat hari-hari kerja selama 18 jam perhari,” katanya.
Dan memang, Guo tak asing dengan sorotan media. Salah satu momen paling heboh terjadi saat ia menggelar pesta liar di apartemen mewahnya senilai 6,1 dollar juta di Miami, lengkap dengan lemur dan ular sebagai “tamu spesial.” Sayangnya, pesta tersebut tak disambut hangat oleh para tetangga elite seperti David Beckham, dan Guo pun mendapat teguran dari asosiasi pengelola gedung (HOA).
Hidup Lucy Guo yang Penuh Energi
Tak lama setelah insiden itu, Guo kembali ke Pantai Barat dan membeli rumah mewah senilai 4,2 juta dollar di Los Angeles. Rumah lima kamar tidur itu dilengkapi kolam rendam pribadi dan ruang bioskop.
Tinggal di Los Angeles juga memberinya kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para kreator Passes di kantor utama seluas 25.000 kaki persegi, dilengkapi dengan fasilitas modern yang menjadi pusat inovasi dan kolaborasi.
“Mereka datang ke kantor kami untuk bikin konten dan rekaman podcast. Ini bisnis yang berbasis relasi. Bahkan sekarang kami sedang membangun studio musik.” Katanya.
Kecintaan Guo terhadap musik, terutama EDM, bukan sekadar hobi, tapi sudah jadi bagian dari identitasnya. Obsesi itu bermula saat ia berusia 20 tahun, ketika menyaksikan penampilan Major Lazer di festival Outside Lands di Golden Gate Park, San Francisco.
“Waktu tinggal di San Francisco, saya sebenarnya nggak terlalu bahagia. Tapi pengalaman EDM pertamaku benar-benar membuka mata. Aku yakin EDM terbukti bisa bikin orang lebih bahagia, karena BPM-nya. Energinya sangat positif dan membahagiakan,” akunya.
Kini, Guo juga sedang belajar menjadi DJ dan tak jarang tampil naik ke panggung saat teman-temannya tampil.
“Baru-baru ini aku main 30 menit di sebuah klub di LA, dan orang-orang bilang, ‘Set-nya keren banget!’,” ungkapnya dengan antusias.
Ia selalu membawa USB berisi koleksi musik di dalam tasnya, siap tampil kapan saja. Bahkan, Guo tak ragu terbang ke festival musik secara spontan, terutama jika DJ favoritnya tampil, seperti Layton Giordani, Kygo, Gryffin, Mau P., hingga Zedd.
Musim panas ini saja, ia menghabiskan sebulan di Eropa dengan akses VIP ke berbagai festival musik ternama. Ia juga sempat menghadiri peluncuran mewah Ritz-Carlton Yacht Collection di Barcelona bersama bintang-bintang seperti Tom Brady, Sofía Vergara, dan Naomi Campbell.
Petualangan selanjutnya, Guo berencana terbang ke Kenya untuk menyaksikan langsung migrasi besar-besaran satwa liar di ekosistem Serengeti-Mara, sebuah pengalaman impian yang penuh adrenalin dan keajaiban alam.
“Aku milih destinasi liburan berdasarkan pemandangannya atau pegunungan. Kalau ada Barry’s Bootcamp di sana, tambah bagus lagi,” katanya.
Meski sibuk membangun kerajaan bisnis dan keliling dunia, Guo ternyata diam-diam juga seorang Swiftie. Meski secara kekayaan sudah melebihi idolanya, ia tidak merasa statusnya berubah secara signifikan.
“Satu-satunya yang beda, DM aku sekarang rame banget,” katanya sambil tertawa. “Banyak selebritas yang tiba-tiba ngajak nongkrong. Tapi sekarang aku lebih hati-hati. Mereka beneran suka aku? Mau minta saran? Atau cuma pengin numpang jet pribadi? Itu bikin aku lebih waspada,” ungkapnya.
Saking seringnya disorot publik, Guo bahkan pernah dikabarkan dekat dengan aktor Orlando Bloom, semua gara-gara foto mereka yang kebetulan berdiri berdekatan di sebuah pesta.
“Aku cuma nengok sebentar ke arah dinding, terus dipotret paparazzi. Yang jelas, aku nggak pacaran sama Orlando Bloom,” ujarnya sambil tertawa.
Faktanya, Guo mengaku saat ini tak punya waktu untuk urusan asmara. Fokusnya sepenuhnya pada dunia teknologi dan membangun produk.
“Aku sudah pernah di semua posisi, jadi engineer, venture capitalist, founder, tapi yang paling bikin semangat tuh produk. Mencari fitur selanjutnya, membuat alat yang benar-benar dipakai orang, membantu kreator berkembang besar, itu yang aku cintai,” ujar Guo.
Dan jangan harap Guo akan melambat dalam waktu dekat. Dia sangat aktif dan produktif, dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan beristirahat.
“Aku punya terlalu banyak energi buat dihabiskan,” ujarnya mantap.