Tak Semua Jadi Rojali-Rohana, Pengunjung Pergi ke Mal Pasti Beli

21 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Ternyata tak semua pengunjung mal masuk dalam rombongan jarang beli (Rojali) atau rombongan hanya nanya (Rohana). Beberapa orang cenderung pergi ke mal untuk membeli sesuatu yang dicari dan dibutuhkan.

Rojali dan Rohana kembali mencuat dalam beberapa waktu belakangan ini. Ini merujuk pada pengunjung mal yang hanya melihat-lihat barang tanpa melakukan transaksi.

Salah satu pengunjung mal Senayan City, Ambar mengatakan, tujuannya pergi ke pusat perbelanjaan. Dia menuturkan, di saat seperti ini, kebiasaannya adalah menentukan dahulu barang yang akan dibeli, baru kemudian mengunjungi mal.

"Saya sebagai emak-emak yang suka ke mal, kalau saya pribadi itu ke mal itu ketika ada kebutuhannya," kata Ambar saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (29/7/2025).

Sementara itu, terkait Rojali dan Rohana yang disebut sebelumnya, Ambar tak ambil pusing. Dia menuturkan, jalan-jalan ke mal menjadi preferensi masing-masing orang. Namun, dia mengaku tak berlebihan jika melihat barang yang tidak akan dibelinya ketika di mal.

Sementara itu, Ayani, pengunjung mal lainnya menyebut pasti akan beli barang ketika ke mal. Dia mengatakan, membeli barang langsung di mal bisa memastikan kualitas dan harganya sekaligus.

"Ada beberapa barang yang memang masih suka ke store offline buat cek barang yang mau dibeli. Kadang juga barang yang diinginkan gak ada di online, jadi pasti beli di offline. Sekalian untuk mastiin kualitas sama harganya juga, lebih yakin aja untuk beli," terangnya. 

Daya Beli Melemah?

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta W. Kamdani, menyoroti fenomena "Rojali" atau rombongan jarang beli dan "Rohana" atau rombongan hanya nanya, yang marak terjadi di pusat-pusat perbelanjaan. Ia menilai tren ini mencerminkan penurunan nyata pada daya beli masyarakat.

Menurut Shinta, dari sudut pandang pelaku ritel, tren tersebut menunjukkan adanya pergeseran perilaku konsumen akibat melemahnya permintaan (demand).

"Kalau kita kaitkan dengan demand, rojali dan rohana itu konsepnya lebih ke daya beli, di ritel sendiri mereka merasakan pelaku-pelaku ritel kami bahwa adanya penurunan demand itu terasa sekali, makannya ada orang yang lebih banyak jalan-jalan," kata Shinta saat ditemui di kantor APINDO, Jakarta, Selasa (29/7/2025).

Lebih Baik Daripada Kosong

Meski begitu, ia melihat sisi positif dari fenomena ini. Menurutnya, lebih baik masyarakat masih datang ke pusat perbelanjaan, dibandingkan pusat perbelanjaan yang benar-benar sepi pengunjung.

Shinta menegaskan, ini merupakan momentum penting bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk bekerja sama meningkatkan kembali daya beli masyarakat, terutama menjelang momen-momen belanja nasional.

"Kami pikir konsep itu lebih baik dibandingkan kosong sama sekali," ujarnya.

Perlu Insentif

Lebih lanjut, kata Shinta, APINDO mendorong agar pemerintah hadir dengan kebijakan yang dapat mendorong konsumsi masyarakat. Salah satu bentuk bantuan yang diharapkan adalah pemberian insentif untuk meningkatkan permintaan melalui program diskon maupun stimulus fiskal.

"Sekarang bagaimana pemerintah bisa membantu boost untuk insentif daya beli dan demand ini. Ini yang mungkin dibantu dengan diskon-diskon dan lain-lain, apakah ini bisa bantu, kita mesti lihat," ujarnya.

Berbagai upaya yang telah dilakukan selama ini diakui cukup membantu, namun Shinta menegaskan perlunya langkah-langkah lanjutan dan berkelanjutan agar efek yang ditimbulkan lebih terasa. Pemerintah diharapkan dapat hadir secara aktif memberikan dukungan kebijakan yang berpihak pada pemulihan konsumsi.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |